Karo Protestantse Kerk dan Misi Kekristenan di Taneh Karo 127 Tahun yang lalu
Karo Gaul - Hari ini 18 April 2017, tepat 127 tahun yang lalu
Kekristenan tiba di dataran tinggi Karo dan 3 tahun kemudian, tepatnya 20
Agustus 1893 atau 124 tahun yang lalu almarhum kakek atau nini bulang kami
Mantri Cacar Nuah Barus di babtis atau i peridiken sebagai 6 pertama Kalak Karo
jadi pengikut Kristus di Taneh Karo. Karo Protestantse Kerk demikian jemaat
Karo pertama atau Gereja Protestan Karo menandai telah lahirnya misi Ke
Kristenan di Tanah Dataran Tinggi Karo.
Kini bibit semaian dan kabar keselamatan itu sudah
bertumbuh menjadi Gereja Batak Karo Protestan atau GBKP dengan Klasifikasi
Protestan yang beraliran Calvinis dengan kepemimpinan impalku yang baik Pdt. Agustinus Purba M.Th
Berdasarkan catatan yang di tulis Gereja bahwa pada
tanggal 18 April 1890, Nederlands Zendelin Genootschap (NZG), mengutus Pdt.
H.C. Kruyt dari Tomohon, Minahasa, ke Tanah Karo.
Selanjutnya Hendrik C. Kruyt misionaris pertama yang
datang ke suku Karo dan menetap di Buluh Awar mulai 1 Juli 1890.
Kruyt tinggal di Buluh Awar yang menjadi pos
penginjilan yang pertama di Tanah Karo. Setahun kemudian dia menjemput empat
orang Guru Injil yaitu B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas dan H. Pesik.
Keempat orang inilah yang menjadi rekan Kruyt
melakukan penginjilan di Karo dan sebelumnya, keempat orang ini juga bekerja di
daerah Minahasa, Sulawesi Utara.
Pada tahun 1892, Pdt. H.C. Kruyt pulang ke negerinya
tanpa berhasil membaptis seorang warga suku Karo.
Kruyt kemudian digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden, yang
sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor dan Pendeta inilah
yang melakukan pembaptisan pertama pada suku Karo pada tanggal 20 Agustus 1893.
Pada saat itu ada enam orang yang dibabtis, yaitu:
Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala, dan Tabar.
Pada tanggal 21 September 1894 Pendeta Wijngarden
meninggal tanggal karena serangan disentri.
Wijgaarden digantikan oleh Pdt. Joustra yang
menerjemahkan 104 cerita cerita Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru ke dalam Bahasa Karo atau di kenal dengan 104 turi-turian dan Wijgaarden
juga tinggal di Buluh Awar.
Kedatangan misi Ke Kristenan membawa kemajuan yang
besar bagi masyarakat Karo dan tercatat dengan berdirinya Sekolah pertama di
dataran tinggi Karo yang dibuka 19 Oktober 1891 dirintis oleh para missionaris
untuk belajar membaca dan menulis di desa Buluh Awar.
Orang Karo yang pertama di Baptis dari 6 orang itu
yakni Nuan Barus menjadi orang Karo yang pertama sekali disekolahkan ke Medan
sebagai mantri cacar tahun 1895 dan lulus menjadi mantri cacar pada April 1897.
Selanjutnya di bangun juga Jalan antara Sembahe ke
Sibolangit untuk kepentingan misi dan selesai dikerjakan sepanjang 5 kilometer
pada bulan Oktober 1893 dan sudah bisa dilalui oleh kereta lembu.
Ke Kristenan juga membawa wanita Karo Negel Br
Sinulingga yang menjadi wanita Karo pertama menikah dengan pejabat Belanda
Carel Westenberg seorang controleur di Deli Mij awal tahun 1890-an.
Selanjutnya Gereja Karo yang pertama sekali
ditahbiskan di Buluh Awar 24 Desember 1899 dengan jumlah jemaat 56 orang
dipimpin Pdt M. Joustra.
Si Kelin dari desa Durin Sirugun orang yang pertama
menjadi Guru di sekolah rakyat milik misionaris tahun 1901.
Pernikahan secara Kristen yang pertama dilakukan di
desa Tanjung Beringin oleh Pdt. J.H. Neumann pada April 1902.
Untuk pertama kalinya diterbitkan buku permainan dan
bacaan dalam bahasa Karo tahun 1903 untuk dipakai di sekolah-sekolah
misionaris.
Rumah Sakit Kusta pertama di Lau Simomo diresmikan
oleh Pdt E.J van den Berg 25 Agustus 1906, dengan jumlah pasien pertama 25
orang dan di tahun 1907 mobil pertama sampai di Kabanjahe milik J. Th Cremer
dalam kesempatannya memberi sumbangan kepada RS Kusta di Lau Simomo
Tahun 1908 berdiri sekolah Kweek School (sekolah
tinggi guru) di Berastagi pimpinan G. Smith, kemudian pindah ke Raya.
Tahun 1912 kamus pertama bahasa Belanda - Karo
diterbitkan oleh Bataksche Instituut yang disusun Pdt Meint Joustra.
Bulan Juni dan Juli 1926 koperasi pertama berdiri di
Sibolangit dan Kabanjahe bernama KSSS (Kongsi Si Sampat-Sampaten).
Rumah Sakit Umum pertama RS Zending Kabanjahe dibangun
di Gungleto oleh Bataksche Instituut 20 September 1920 diresmikan pada 15 Juli
1923 yang kemudian dihibahkan ke GBKP 22 September 1948.
Majalah pertama dicatat bernama Merga Silima terbit
tahun 1926 dan Alkitab perjanjian baru dalam bahasa Karo selesai diterjemahkan
oleh Pdt J.H. Neumann tahun 1928.
Wanita pertama yang sekolah ke luar daerah, Nimai Br
Purba lulus ujian pada Kopschool dan melanjut ke Normaalschool di Padang pada
bulan Mei 1929 dan lahir pula Putra Karo yang pertama yang menjadi masinis
tahun 1930 bernama Merhad Purba putra Pa Kertas Purba di Kabanjahe yang
berangkat ke Wellevreden memasuki sekolah Ambachts.
Organisasi wanita (Kristen) Karo yang pertama bernama
CMCM (Christelijke Meisjes Club Madjoe) yang kemudian menjadi Moria berdiri
sejak 10 Agustus 1933.
Sarjana Karo yang pertama bernama Jaga Bukit putra Pa
Suro dari Tiga Panah menjadi mahasiswa RHS di Jakarta setelah lulus AMS Jakarta
tahun 1936.
Sementara Manis Manik lulus Kweekschool Surabaya tahun
1936 dan menjadi orang Karo pertama yang sekolah di luar negeri tepatnya di
Hoof ACTE, Oegst Geest Holland.
Batiren Purba kepala sekolah pertama orang Karo di
Bataksche Timmer Winkel di Kabanjahe 1933.
Sampai tahun 1900, orang Karo yang sudah dibaptis
hanya 25 orang.
Dalam kurun waktu 10 tahun pertama tidak banyak orang
Karo yang dibabtis.
Ini disebabkan oleh kegigihan suku Karo dalam
mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya.
Mereka merasa aman hidup dalam kebudayaan yang
bersifat magis, mistis, dan animistis.
Selain itu, perkembangan Islam di Sumetera juga turut
mempengaruhnya kurangnya penduduk lokal Karo yang mau dibabtis.
Tahun 1903, datang pula Pdt. E.J. van den Berg dan
J.H. Neumann yang kemudian membuka pos baru (Pos Keempat) dan menetap di
Kabanjahe.
Keduanya merupakan teman sekerja yang baik. Mereka
membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di Kabanjahe.
Mereka juga bekerjasama dengan pihak pemerintah. Pdt.
E.J.Van den Berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lau Simomo.
Sementara itu, J.H. Neumann aktif membuka pekan-pekan
(sejenis pasar di desa-desa) di daerah Deli Hulu.
Selanjutnya muncul pula misionaris Karo Pa Samel yang
merupakan Penginjil Karo pertama di Karo Sumatera dan berdasarkan catatan
Belanda katakan Pa Samel, de eerste Karo-evangelist, te Karo, Sumatra yang
tercatat tahun 1914-1919 dan foto Pa Samel ada di museum Tropenmuseum
Catatan : Roy Fachraby Ginting SH M.Kn