Menguak Asal-Usul Marga Sinaga
Karogaul.com - Sinaga merupakan salah satu marga tertua yang ada
dalam suku Batak Toba. Asalnya dari Desa Urat, Pulau Samosir namun marga ini
umum pula dikenal di Indonesia. Tidak sedikit pula keturunan Sinaga yang hari ini
berada di penjuru dunia.
Jika dijejaki melalui garis leluhur, maka marga Sinaga keturunan Si
Raja Batak generasi kelima. Dari Si Raja Batak memperanakkan Guru Tateabulan.
Guru Tateabulan memperanakkan Tuan Sariburaja. Tuan Sariburaja memperanakkan Raja
Lontung. Si Raja Lontung inilah yang menjadi ayahnya Sinaga.
Si Raja Lontung memiliki sembilan anak yang terdiri dari 7
laki-laki dan 2 perempuan (boru). Mereka antara lain: Toga Sinaga, Tuan
Situmorang, Toga Pandiangan, Toga Nainggolan, Toga Simatupang, Toga Aritonang,
Toga Siregar, Siboru Amak Pandan, dan Siboru Panggabean.
Menurut E.H. Tambunan dalam Sekelumit Mengenai Masyarakat BatakToba dan Kebudayaannya, keturunan Lontung kebanyakan tinggal di Samosir.
Keturunan Lontung kemudian menyebar memenuhi Tanah Batak. “Hampir di seluruh
Tanah Batak terdapat keturunan Lontung, bermarga Sinaga,” tulis Tambunan.
Baca Juga : Menguak asal-usul marga Sembiring Kembaren
Baca Juga : Menguak asal-usul marga Sembiring Kembaren
Dalam beberapa buku tarombo (silsilah), sebagaimana dicatat
antropolog Richard Sinaga dalam Silsilah Marga-Marga Batak, ada yang
menempatkan Situmorang sebagai keturunan Lontung yang pertama sedangkan Sinaga
pada urutan kedua. Menurut cerita orang tua turun-temurun, anak sulung Si Raja
Lontung adalah Sinaga dan anak kedua Situmorang. Setelah dewasa, Situmorang
lebih dulu kawin dengan Boru Limbong sementara adik Boru Limbong ini diperistri
oleh Sinaga.
“Karena itu Situmorang lazim disebut haha ni parrajaon
(menjadi abang karena istrinya kakak dari istri Sinaga) dan Sinaga disebut haha
ni partubu (abang karena lebih dahulu lahir),” tulis Richard Sinaga.
Sinaga mempunyai 3 anak laki-laki antara lain: Raja Bonor, Raja
Ratus, dan Raja Uruk. Masing-masing dari mereka mempunyai tiga anak laki-laki.
Raja Bonor yang kemudian disebut Sinaga Bonor memperanakkan Raja Pande, Tiang
Ditonga, dan Suhutnihuta. Si Raja Ratus yang kemudian disebut Sinaga Ratus
memperanakkan Ratus Nagodang, Si Tinggi, dan Si Ongko. Raja Uruk yang kemudian
disebut Sinaga Uruk memperanakan Sihatahutan, Barita Raja, dan Datu Hurung.
Dalam Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX,
budayawan Sitor Situmorang mencatat persaingan antara marga Sinaga dan
Situmorang pada masa Si Singamangaraja XII. Salah satu keturunan Sinaga bernama
Ompu Palti Raja –menurut Belanda– adalah musuh bebuyutan Sisingamangaraja. Pada
masa penyerangan Belanda, Ompu Paltiraja bersikap netral bahkan bermusuhan
dengan Sisingamangaraja.
Menurut Sitor, meski sama-sama keturunan Lontung, Situmorang dan
Sinaga memainkan peran kultural dan politik yang berbeda. Marga Situmorang
disebutkan sebagai bride giver karena Sisingmanagaraja selalu beristrikan boru
Situmorang.
Sementara Sinaga disebut oleh Sitor sebagai bride taker bagi
dinasti Sisingamangaraja.
“Dari silsilah diketahui bahwa relasi antara kedua marga
kakak-beradik dalam lingkungan Lontung itu ditandai persaingan intern, yaitu
perebutan hegemoni dalam organisasi parbaringin (agama Batak) di semua bius
Lontung,” tulis Sitor. Selain itu, diterangkan Sitor antara marga Sinaga dan
Situmorang kerap bersaing mengenai siapa yang berhak menjadi Pandita Bolon
(pendeta utama) yang mempimpin organisasi parbaringin dalam bius (paguyuban
meliputi wilayah tertentu) mereka.
Sampai saat ini semua keturunan Toga Sinaga masih tetap satu
marga yaitu marga Sinaga. Lain halnya dengan saudara-saudaranya yang enam,
telah berkembang menjadi beberapa marga. Semua keturunan Toga Sinaga terhimpun
dalam satu ikatan yang diberi nama: Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boruna
(PPTSB).
Persatuan ini ada di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi
bahkan tingkat nasional. Pada 1966 PPTSB membangun tugu Toga Sinaga di Desa
Urat, Samosir dan diresmikan pada Juni 1970.
Di tanah air, beberapa tokoh bermarga Sinaga tercatat sebagai
tokoh publik. Mereka antara lain Anicetus Bongsu Antonius Sinaga (uskup agung),
Saktiawan dan Ferdinand Sinaga (pesepakbola), Restu dan Gita Sinaga (artis
peran), Indra Sinaga (vokalis band Lyla), Narova Morina Sinaga (vokalis band
Geisha), Dolorosa Sinaga (perupa), dan yang lainnya.
(historia)