Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sibayak Lingga di atas Kapal Haarlemmermeer (1863)

sibayak lingga karo gaul
Ritual Ngampeken Tabu Nini di Desa Bintang Meriah, Kutabuluh Simole, Karo
ANTARA FOTO/M Syafii/Koz/Spt/13.

Elias Netscher (Residen Riau) berada di Deli untuk mengambil pengaruh Kesultanan Deli. Tapi ia juga tahu ada kekuatan besar tak jauh dari pantai yakni daerah-daerah masyarakat Karo. Netscher beranggapan bahwa orang-orang Suku Karo khususnya yang berasal dari dataran tinggi, tidak pernah berhubungan dengan orang Eropa. Dan ia ingin bertemu sambil menunjukkan kekuatannya.

Pada bulan Febuari 1863, Sibayak Lingga dan Goenoeng Raja datang memenuhi undangan. Dan tak tanggung-tanggung, bersamanya ikut pula datang sekitar 500 orang pengikutnya.

Mereka semua hadir dengan busana rapi dan lengkap : mengenakan jubah berwarna kebiruan, bercelana panjang dan sebagian besar sarung berwarna merah atau coklat berbahan kain katun linen dan memakai kain yang tebal karogaul's.



Kain-kain mahal ini umumnya berasal dari Penang. Netscher hanya melihat 100 orang Melayu berkain linen di dalam istana Sultan Deli di Labuhan. Selebihnya penduduk biasa bercelana pendek.
Netscher mengundang mereka untuk naik ke kapal uap Haarlemmermeer.

Netscher menuliskan tanggapannya : "... dan saya tidak pernah melihat keheranan seperti itu pada wajah orang-orang ini, ketika mereka melihat senjata besar, ruang mesin dan banyak kru bersenjata Eropa. Orang-orang ini berperilaku sangat baik."

Netscher mengenang pertemuan itu. Dia juga berterima kasih kepada komandan dari Kapal Haarlemmermeer yakni Letnan 1 Laut P. Koning, dan petugas lainnya yang juga sopan menerima para tamu. Tetapi Netscher mungkin lupa bahwa tahun 1823, orang-orang Karo itu pernah menghadapi senjata-senjata milik Eropah.

Sekitar tahun 1770, Deli ditaklukkan oleh Raja Ismail, Sultan dari Siak. Pada awal abad berikutnya, dengan akta 8 Maret 1811, pimpinan Deli, Panglima Mengedar Alam dianugerahi gelar Sultan oleh pangeran Siak. Mengedar Alam adalah Raja Deli yang pertama yang memakai gelar Sultan.

Pada 1823, Sultan Mengedar Alam berperang dengan suku-suku Karo di luar Labuhan dan di Langkat. Karena bagian dari kekuasaan Kerajaan Siak, Kapten kapal Inggris bernama Stuart meminjamkan senjatanya.

Jadi bukan baru pertama kali orang-orang Karo itu berhadapan dengan senjata buatan Eropah. Senjata-senjata di atas kapal uap Haarlemmermeer itu tentu mengagumkan. Tetapi menghadapinya di rimba raya bukan hal menyulitkan. 9 (ssembilan) tahun kemudian, tepatnya pertengahan Mei 1972, Perang Karo atau Perang Sunggal meletus. Dan mereka yang berperang menggunakan senjata-senjata tak biasa.

Perdagangan lada yang baik selama ini mampu membuat mereka membeli senjata-senjata dari Penang. Dan kekuatannya lebih dari 3 kali lipat. Perlawanan lebih dari 1.500 pasukan Datuk Sunggal menyebabkan 3 kali pula Batavia memerintahkan pengiriman pasukan ke Deli.

Hingga akhirnya perlawanan baru mampu dipadamkan 23 tahun kemudian. Itupun dengan siasat busuk. Tahun 1895, Datuk Badiuzzaman Surbakti akhirnya diajak untuk berunding dengan Gubernur Jenderal Carel Herman Aart van der Wijck di Batavia. Bersama adiknya, Datuk Alang, mereka berangkat tanpa curiga.

Namun bukan perundingan diterima. Gubernur jenderal menyatakan akan memaafkan segala “kesalahan” bila Datuk Badiuzzaman bersujud di depan kakinya. Datuk Badiuzzaman menolak mentah-mentah. Akibat penolakan itu, hukuman dijatuhkan. Datuk Badiuzzaman dan Datuk Alang dihukum buang seumur hidup; masing-masing ke Cianjur dan Banyumas.

Kembali ke atas kapal di tahun 1863 :
“Kalau kam ingin buat perjanjian dengan Deli, silahkan. Itu urusan, kam. Ini wilayah ulayat kami. Ini batas-batasnya. Tetapi dengan wilayah ulayat Karo, jangan Toean campur-campurkan dengan wilayah Sultan. Pasti kam paham apa yang aku maksud kan, Toean.”
 
Mungkin begitu dialog yang ada. Dan seketika Netscher menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Netscher menatap peta. Ternyata wilayah kekuasaan Deli tak cukup luas.
 
"Ngeri ningku..... lang nindu, Toean."

---------------------
Sumber bacaan : Koran Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad tanggal 20-08-1864
Gambar : Haarlemmermeer-class gunvessel
Sumber gambar : https://en.wikipedia.org/wiki/Haarlemmermeer-class_gunvessel
Repost from FB. Edy Sembiring