Produk Pilihan
Kesing KaroJika kemungkinan sembuh dari virus Corona adalah 98%, mengapa dunia begitu panik?
Publikasi 15 Maret 2020
Karogaul.com - Karena angka itu kurang akurat, terlalu optimistik, dan tidak bisa menggambarkan seluruh masalah. Saya duga angka itu diambil dari estimasi Case Fatality Rate (CFR) 2 persen yang kemudian Anda simpulkan survival rate 98%. Sayangnya update terakhir dari sekjen WHO, dr Tedros mengatakan angkanya bukan 2 persen, melainkan 3.4%, yang didapatkan dengan membagi jumlah kematian dengan total case jumlah kasus positif (open case + close case). Dan karena ini kasus baru, kita tidak begitu tahu apa yang akan terjadi dengan open case secara probabilitas. Kalau mortalitas didapat dari menghitung jumlah kematian dibagi dengan jumlah close case, angkanya menjadi lebih buruk. Bahkan, dengan metrik CFR sementara pada saat tulisan ini ditulis (14 Maret), maka angka mortalitasnya 5/96 yaitu 5,2 persen.
Angka persentase mortalitas saja tidak bisa menggambarkan bahayanya Covid-19 karena tiga hal: transmissibility, kemampuannya untuk inflict damage di beberapa segmen orang, dan daya rusak ekonomi & sosialnya. Orang menggunakan gambar dibawah sebagai berikut yang digunakan untuk mengentengkan COVID-19. Disitu ditunjukkan betapa COVID-19 'hanya' menelan 56 pada tiap harinya. Cuma, perlu dipahami bahwa itu adalah snapshot awal. Dengan laju pandemik yang tidak terkontrol, terlebih dengan sikap jajaran tertinggi yang serba mengentengkan masalah ini, posisinya akan segera naik ke atas, bahkan cukup cepat. Ibaratnya kamu punya kendaraan dengan CC gede. Potensi akselerasinya besar, meski kecepatan awalnya rendah. Contohnya di Italy saja sudah lebih dari 250 jiwa dalam satu hari, which means well above that cart position.
COVID-19 ini sangat mudah menular karena orang yang asimptomatik pun bisa menularkan dengan mudah dan tidak adanya carrier yang visibel. Bandingkan dengan DBD misalnya, yang carriernya adalah nyamuk yang sangat tangibel, terlihat meski mungil. Apakah pernah Anda lihat direktur RS dan dokter-dokter, dan suster yang jatuh sakit dan meninggal saat menangani DBD? Well, sudah ribuan tenaga medis yang tertular. Di Central Hospital di Wuhan saja, 230 dari 4000 tenaga medisnya tertular. Sebab kedua dia mudah menular adalah daya tahan virus di beragam permukaan yang bisa mencapai 9 hari. Bahkan sebuah studi dengan kasus penularan di bus di Hubei menunjukkan bahwa di closed-air conditioned system, penularan terjadi pada jarak 4.5 meter, bahkan setelah 30 menit penumpang bis turun.
Virulensi dan kecepatan manifestasi penyakit COVID-19 jangan dibandingkan dengan Tuberculosis yang bisa laten secara bertahun-tahun (dan karena faktor waktunya lebih mudah ditreatment dengan antibiotik) apalagi flu yang mortalitasnya jauh di bawah. COVID-19 ini cukup cepat manifestasinya dan sangat 'ngelimpe'/ menipu : bahkan tes negatif saja tidak cukup membuktikan Anda bebas. Nampaknya testing toolnya punya sensitivity yang rendah dalam beberapa kasus sehingga False Negative bisa terjadi berkali-kali. Mari kita lihat kronologi perjalanan penyakit dr Li Wenliang yang berkali-kali dites negatif.
- 7 Januari - Infeksi di RS ketika memeriksa pasien
- 10 Januari - Mulai batuk
- 12 Januari - masuk RS
- <…. beberapa kali testing …>
- 30 Januari - positif Corona
- 7 Februari - meninggal dunia.
Mari kita lihat statistik di Indonesia di grafik di bawah. Pada saat awal diumumkan presiden Jokowi pada 2 Maret, hanya ada 2 pasien. berikutnya, 4, kemudian 6, 19, 27, 34, dan 70. Tiap pengumuman kira-kira lipat dua. Bahasa kerennya ini adalah deret eksponensial dengan rumus
Semua orang yang belajar ilmu komputer rasanya tahu itu adalah mimpi buruk. Ketika algoritma anda bukan cuma kuadratik melainkan eksponensial. Berapapun komputer dan kecepatan Anda, punya algoritma dengan kompleksitas kuadratik itu sangat jelek dan akan segera menghabiskan resource. Di dunia medis, resource habis itu berarti tempat tidur ICU penuh, pasien dirawat di bangsal, alat ventilator tidak mencukupi, dan alat lindung diri sudah kurang. Seperti yang terjadi di Italia atau Wuhan. Di saat itu, tenaga medis seperti layaknya suasana perang: sangat terforsir dan makin banyak korban yang jatuh. Terkadang tenaga medis sampai harus memilih: siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati.
Yang perlu dilakukan sekarang memang bukan panik, namun untuk segera melakukan langkah-langkah agresif untuk containment (seperti edukasi publik, social distancing, work from home, penutupan sekolah, dan lain-lain) di daerah yang dikuatirkan. Setidaknya untuk buying time sampai vaksin bisa digunakan untuk general public.
Dengan langkah containment yang cukup, diharapkan kapasitas sistem medis bisa jauh lebih mampu menangani dan melayani kasus-kasus penyakit, dengan izin Tuhan. Tanpa langkah itu, jumlah kasus dan jumlah korban akan eksponensial dan lebih cepat menghabiskan kapasitas sistem medis kita.
------------------------------
Lawan !
Virus Corona
Info Pemesanan :
Artikel
Baca Artikel Lainnya
Review Product
HYPE GAUL
-
Karogaul.com - Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara merupakan daerah yang mengintari Kota Pematangsiantar. Selain memiliki pantai-p...
-
Karogaul.com - Objek wisata di Klaten memang tidak perlu diragukan lagi. Misalnya saja objek wisata air yang ada di Klaten, Jawa Tengah. ...
-
Karogaul.com - Siapa juga yang pernah datang ke sini pasti akan tertambat hatinya. Ingin datang sekali lagi. Begitu indah pesona Danau Ma...
-
Karogaul.com - Berwisata saat akhir pekan maupun saat hari libur memang sangat menyenangkan. Apa lagi berwisata ke tempat yang alami tentu ...
-
Karogaul.com - Ngomongin wisata danau toba memang gak abis-abisnya, selalu ada aja tempat-tempat baru untuk di eskplore. Inilah alasan meng...

Jasa Pengiriman
Bank Transfer