Produk Pilihan
Kesing KaroMisteri Umang atau Orang Bunian di Tanah Karo
Publikasi 3 Juli 2020
Karogaul.com - Sebongkah batu besar berdiri kokoh di atas sebidang tanah. Ada
yang istimewa dari batu ini, ada pintu dan ruangan di dalamnya. Masyarakat
setempat meyakininya sebagai rumah Umang, orang Bunian di Tanah Karo.
Dahulu kala, terdapatlah sebuah kampung kecil di salah satu
daerah di Tanah Karo. Kampung Uruk Rambuten, begitu masyarakat setempat
menyebutnya. Hanya beberapa keluarga saja yang tinggal di sana. Rumah-rumah
mereka mengelilingi sebuah pohon beringin besar. Kampung tersebut memang
perkampungan kecil yang hanya dihuni marga Ketaren.
Alkisah, hiduplah seorang peladang di kampung tersebut. Dia
biasa dipanggil Bulang (kakek) Ketaren. Sebagai seorang peladang, Bulang mau
membuka hutan yang masih berada tidak jauh dari kawasan perkampungan untuk
dijadikan lahan bercocok tanam.
Dalam perjalanan menuju lokasi tersebut, Bulang bertemu dengan sesosok mahkluk
bertubuh kecil dengan kakinya terbalik. Tumitnya menghadap ke depan dan jari
kakinya ke belakang. Orang-orang menyebutnya Umang.
“Mau kemana?” Umang bertanya pada Bulang. Bulang menjelaskan
bahwa dia mau membuka hutan untuk berladang padi. Umang pun menawarkan bantuan
kepada Bulang, dengan syarat Bulang tidak boleh membawa perempuan dan anak
kecil ke ladangnya. Bulang menyanggupinya, walaupun dia sendiri punya seorang
istri yang baru saja melahirkan.
Akhir kata, Umang dan kawan-kawannya membantu Bulang membuka
hutan. Dalam satu hari, lahan seluas tiga hektar selesai dibersihkan dan siap
untuk ditanam.
Sebelum senja, Bulang kembali ke rumahnya. Di rumah, dia
mengatakan kepada istrinya, bahwa lahan untuk ladang sudah selesai dibuka, dan
besok dia akan mulai menanam padi. Dia juga meminta istrinya untuk menyiapkan
benih padi yang akan ditanam besok.
Sang istri pun heran, bagaimana bisa lahan seluas tiga hektar
dapat diselesaikan suaminya dalam waktu hanya satu hari. Dengan hati
bertanya-tanya, dia tetap menyiapkan benih padi yang akan ditanam.
Keesokan harinya, Bulang sudah berada kembali di ladangnya
dengan membawa benih padi yang akan ditanam. Namun tak disangka, Umang marah
padanya karena dia telah mengingkari janji. Bulang sama sekali tidak mengerti
kenapa Umang bisa menuduhnya seperti itu. Padahal dia tidak pernah membawa
perempuan atau anak kecil ke ladangnya.
Tiba-tiba saja, istri dan anak Bulang sudah berada di
belakangnya. Ternyata, istri Bulang diam-diam mengikutinya karena rasa
penasaran yang tak tertahankan. Perjanjian Bulang dengan Umang pun batal.
Semuanya berubah menjadi hutan kembali seperti sedia kala. Mendapati itu, Bulang
marah besar. Namun apa daya, nasi sudah jadi bubur.
Besoknya, Bulang kembali membuka hutan tersebut untuk dijadikan
ladang padi. Selama berhari-hari akhirnya Bulang pun berhasil membersihkannya.
Ketika itulah ditemukan batu besar yang disebut Gua Kemang. Hingga saat ini,
batu besar tersebut diyakini oleh masyarakat setempat sebagai rumah Umang yang
pernah membantu Bulang.
Cerita Mistik Gua Kemang
“Umang” merupakan bahasa Karo yang berarti jin atau roh. Seperti
diceritakan oleh Tolen Ketaren, fisik dari Umang seperti manusia, tapi lebih
kecil. Bedanya lagi, kalau berjalan, kakinya terbalik, tumitnya menghadap ke
depan sedangkan jari-jari kakinya ke arah belakang. “Itu kata orang yang sudah
pernah melihatnya. Seperti orang bunian,” jelas Tolen setelah menceritakan
kisah asal muasal Gua Kemang yang dipercayai masyarakat setempat.
Baca juga : Lakukan hal ini untuk mendapatkan uang dari jualan online via internet, Mulai bisnis dari #dirumahaja !
Sekitar tahun 1970-an, menurut Tolen, masyarakat masih sering
bertemu dengan Umang. Bahkan ada juga masyarakat yang dibawa ke hutan oleh
Umang. “Tapi kalau balik, ada kurang-kurangnya,” ujar pria yang pernah menjadi
Kepala Desa Sembahe pada 2001-2007 ini.
Dulunya, Gua Kemang yang diyakini sebagai rumah Umang ini
dikenal juga dengan nama Gua Umang. Karena mistis, banyak orang yang bertapa
dan membawa sesajen ke sana. Bahkan dulu, setiap orang yang lewat di daerah
Sembahe, selalu singgah dan menyembah batu ini. “Makanya dibilang Sembahe. Asal
kata dari ‘semba e’, sembah ini. Sembahe dulu di kampung itu,” jelas Tolen.
Dulu gua batu ini juga bisa tiba-tiba menghilang, raib entah
kemana. Menurut keyakinan masyarakat di sana, hal itu berarti ada Umang yang
menempatinya. “Kadang nampak batunya, kadang tidak. Kata orang, kalau umangnya
sudah pergi, baru nampak batunya,” ujar Tolen.
Baca Juga : Daftar Panggilan Kerabat Dalam Bahasa Karo
Seperti dikisahkan Tolen lagi, menurut cerita dari orang-orang
tua di sana, terdapat jalan bawah tanah dari Gua Kemang menuju sebuah batu
besar lainnya. “Secara magis, ada jalan bawah tanah dari gua batu itu ke Batu
Penjemuren, tempat jemuran padi si Umang,” cerita bapak berusia 46 tahun
tersebut. Batu Penjemuren sendiri merupakan batu besar dengan bagian atasnya
yang datar. Batu ini berada di pinggir Sungai Sembahe, sekitar satu kilometer
dari Gua Kemang. Namun jalan bawah tanah tersebut tidak pernah ditemui oleh
Tolen.
Gua batu yang ditemukan oleh masyarakat setempat pada zaman
penjajahan Belanda ini, pernah hendak diangkat untuk dipindahkan ke Belanda.
Tetapi tidak bisa dipindahkan. Tolen sendiri pun tidak tahu kenapa gua batu ini
tidak bisa diangkat. Mungkin ada kaitannya juga dengan kekuatan magisnya.
Sebagian masyarakat meyakini bahwa hingga saat ini kadang-kadang
masih ada yang menghuni gua batu tersebut. “Konon, sekarang masih ada
penghuninya,” kata Hendri, pemuda setempat yang menemani saya menuju lokasi Gua
Kemang.
Kampung Uruk Rambuten yang dianggap sebagai awal Desa Sembahe,
sampai saat ini masih dikenali. Namun tak ada lagi penduduk yang menghuni
kampung tersebut. Kampung Uruk Rambuten berada di dekat lokasi jatuhnya pesawat
Garuda Indonesia pada 26 September 1997 lalu. Menurut Tolen, ada kemungkinan
pesawat tersebut jatuh karena tersangkut pohon beringin besar yang tumbuh di
tengah-tengah kampung Uruk Rambuten.
Situs Budaya yang Terbengkalai
Gua Kemang berlokasi di Kampung Durintani, Desa Sembahe,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Tepatnya berada di lahan
perkebunan seorang penduduk yang juga bermarga Ketaren. Untuk menuju lokasi gua
batu ini, kita dapat berjalan kaki sejauh satu kilometer dari simpang
Durintani, arah kanan dari Medan.
Tidak susah menemukan simpang Durintani. Ada sebuah plang dari
semen yang terdapat di simpang tersebut. “Situs Gua Kemang (Gua Batu), Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara, Proyek
Pembinaan Kebudayaan APBD Tingkat I Sumatera Utara,” itulah yang tertulis di
sana. Ternyata gua batu yang diyakini oleh para arkeolog sebagai peninggalan
manusia pra sejarah ini sudah menjadi salah satu situs budaya milik pemerintah.
Jalan aspal mengawali perjalanan menuju gua batu. Namun separuh
jalan setelahnya kita terpaksa melewati jalanan berbatu yang sedikit menanjak.
Cukup menguras keringat juga. Apalagi mengingat kondisi tubuh saya yang sudah
lama tak pernah berolahraga.
Terasa cukup lama juga kami berjalan kaki, mungkin lebih
setengah jam. Akhirnya pintu masuk menuju gua batu ini sudah berada di depan mata.
Namun sebuah kondisi yang cukup mengiris hati akhirnya menyambut kami. Pagar
dan tembok yang menjaga situs budaya ini sudah berlumut. Begitu pun tangga yang
akan mengantar kami hingga ke atas, di mana gua batu berada. Ukiran yang
tertulis di tembok pagar sudah hampir tak terbaca akibat lumut yang begitu
tebal.
“Pernah dibangun parkir dan jalannya oleh Kanwil Depdikbud tahun
75-an. Namun tidak berkembang,” ujar Tolen seakan-akan mengerti pertanyaan yang
muncul di benak kami.
Kami pun melanjutkan sisa-sisa perjalanan, menempuh puluhan
tangga hingga sampai ke lokasi Gua Kemang yang berada di bagian atas kebun.
Kondisi gua ternyata tak jauh beda dengan apa yang kami jumpai sebelumnya.
Lumut tebal menyelimuti dinding luarnya. Dua relief serupa manusia yang diyakini
sebagai bentuk sosok Umang tersebut tak lagi terlihat jelas.
“Dulu batu ini besar. Ada batu-batu lain juga di sekitar gua.
Batu-batunya seperti meja, kursi, tapi dirusak Belanda. Ada yang dibuang, ada
yang dimasuki ke kantong plastik. Tapi tidak tau yang mana yang diambil,”
cerita Tolen menjelaskan lagi tentang Gua Kemang yang berada di bawah sebuah
pohon rambe, sejenis pohon langsat.
Di bagian depan gua, ada lobang kecil berukuran sekitar 50 x 50
cm dengan pahatan berbentuk segitiga di bagian atasnya. Semacam pintu bagi
rumah Umang. Di dalam gua hanya terdapat satu chamber berukuran sekitar 3 x 2
meter dengan tinggi sekitar satu meter. Bagian atas dalam gua mirip dengan atap
rumah biasa, mengerucut ke atasnya.
Di sisi kanan dan kiri dalam gua, ada dua undakan, seperti
tempat tidur. Sedangkan di sebelah kanan ada ruangan kecil memanjang. “Mungkin
dapurnya Umang,” ujar Hendri. Atau mungkin tempat tidurnya bayi Umang? Selain
itu, terdapat juga ukiran-ukiran serupa tulisan Arab di dalam gua di bagian
atas pintu.
Menurut Tolen, mungkin saja itu tulisan Karo, karena jika dilihat
dari bentuknya, tulisan Karo hampir mirip dengan bentuk tulisan Arab. Namun
tidak jelas juga kepastiannya karena di beberapa bagian dinding dalam gua juga
banyak coretan-coretan manusia yang iseng mengukir namanya di sana. Rusaklah
sudah!
Namun yang paling perlu diperhatikan di sini adalah kondisi Gua Kemang. Cukup memprihatinkan, mengingat gua ini pernah dijadikan sebagai salah satu situs budaya di Sumatera Utara. Jika pemerintah sekarang tak mengindahkan ini, bisa saja Gua Kemang benar-benar akan hilang untuk selamanya.
Artikel
Baca Artikel Lainnya
Review Product
HYPE GAUL
-
Karogaul.com - Alam semesta diciptakan Tuhan dengan milyaran hal menakjubkan didalamnya,keindahan alam ini membuat kita begitu kaya dan t...
-
Karogaul.com - Tak bisa dipungkiri, Sumatera Utara memiliki pesona alam menakjubkan untuk dijelajahi. Mulai dari pegunungan, perbukitan, hi...
-
Karogaul.com - Siapa juga yang pernah datang ke sini pasti akan tertambat hatinya. Ingin datang sekali lagi. Begitu indah pesona Danau Ma...
-
Karogaul.com - Berastagi memiliki taman wisata pemandian air panas alam, yaitu Lau Sidebuk-Debuk atau Sidebuk-Debuk. Mata air panas ini bera...
-
Karogaul.com - Apakah kamu sudah tahu tempat-tempat wisata keren di Berastagi ? Ada hal menarik dari semua tempat wisata di Berastagi yaitu...

Jasa Pengiriman
Bank Transfer