Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Gugurnya Tutur Siwaluh - Rakut Sitelu Mati Bawa Kawan

i ABITI
Foto Oleh : Lord Bandito

Kai dage pengalonNa Tutor si Delapan e? Janah bes Acara siapai ndia let TEGUNna Tuttur Na Ualu e?

Berani sekali Anda, mpal Bandito, setelah mencabut nyawa Rakut Sitelu (R3), Tutur Siwaluh (T8) kini Kam habisi juga, Nak Ting.. uhuk ..
Teganya diriMu ,Mpal ,Ting ....sungguh tegaNya teganya
Sebagai Dosen Terbang yang tidak sekedar "Jawab Tanggung". Kusampaikan secara Jujur Kam sudah 'kesusupan guna-guna dongeng' (TERPAN TAWAR).

Bandito akan review sejenak tentang dasar-dasar SANGKEP NGGELUH.

Kapan sangkep nggeluh menerima (ngalo) secara bersama-sama?
Pengalon Tegun Simantek Kuta dalam acara Cawir Metua: (penerima Tulan Putur/ pangkal paha)
1 Anak Taneh / Bena Kayu (Paha depan sebelah kiri)
2 Simajek Lulang / Lepar Bena Kayu (Paha depan sebelah kanan)
3 Singerakut Bide / Ujung Kayu (Paha belakang sebelah kanan)
4 Sekaku Ranan / Lepar Ujung Kayu (Paha belakang sebelah kiri)
(Karena para 'polisi adat' tetap berpedoman pada Rakut Sitelu (R3), maka dibutuhkan kerbau/ lembu yang berkaki 3 untuk ini, sebab bemo dan bajaj tidak dapat dijadikan lauk pauk )
 
Ke-empat grup ini adalah mereka yang menduduki ke-4 Jabu paling sudut dari Rumah Adat Karo (RASK). Berapapun jumlah jabunya, rumah [adat] SELALU terdiri dari JABU SUKI dan JABU TENGAH. 
*πŸ‘‰ Jabu Suki ditempati oleh Sembuyak, Anak Beru, Kalimbubu, dan Senina
*πŸ‘‰ Jabu Tengah komposisi penghuninya sangat tidak beraturan, misalnya di Si 8 Jabu , salah satunya disebut Jabu Sungkun Berita. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa semua rumah adat Karo adalah RUMAH SI 4 JABU. Pada era 1898 dst, mayoritas RASK adalah Si 4 Jabu, baru kemudian tahun 1930 lah baru Si 8 Jabu marak didirikan (setelah bumi hangus dan Karo Lautan Api).

Hubungan-hubungan di dalam masyarakat Karo bisa dijabarkan ke dalam 120 kategori. Bila kita kompres (encode) yang 120 kategori ini maka kita dapatkan 50-2 kategori. Meski 50-2 adalah bilangan 48, bentuknya sebagai RASK hanya pada 'Rontang Taduken' atau Rumah Si 24 Jabu.
 
Kita kompres lagi terus, maka kita dapatkan 12 kategori. Ini yang disebut Perkade-kaden 12 sekarang ini yang "sebenarnya" wujud nyatanya adalah Pinggan 12.
*Pinggan 12 ada 'Praktik Nyata' nya, sedangkan R3 & T8 adalah "NIHIL"
*Kalimbubu dan Puang Kalimbubu berdiri barengan, ngga peduli siapa yang ngomong duluan, yang jelas mereka TIDAK DISATUKAN, seperti kata tim hore parHaSOEHOETon si tukang "iket"

Sekarang mari kita kompres lagi yang 12 kategori, maka dia menjadi Singalo Kampil Kehamaten, yaitu 6 perempuan yang juga menjadi Si Ngalo Tukur.

KAMPIL KEHAMATENπŸ’•
-------------------------
πŸ‘‰ Kampil si-5 di Gugung, Kampil si-6 di Jahe.
πŸ‘‰ Motif Kampil ialah "Gempang Sawa", yaitu Phyton berkaki 4 yang sedang melintang (that's RetRet ah ndai)
 
Tentang 6 Orang PerempuanπŸ’•

1. Ibunya pengantin perempuan 
πŸ‘‰(sembuyak)

2. Bibi turang bapana 
πŸ‘‰(anak beru)

3. Mami ndehara mamana 
πŸ‘‰(kalimbubu)

4. Senina nandena 
πŸ‘‰(senina)

Masing-masing nomor 1 - 4 mewakili sembuyakna (sembuyak anakna).
Keempat perempuan itu disatukan pula oleh dua orang perempuan lagi.
 
5. SOLER, dari kata "oler" / aliran >> Nomor 3 dan 4 dipersatukan oleh ibu dari ibunya (singalo perkempun). 
>>> dihitung SAMA dengan Kalimbubu ( No. 3) _ Gugung & Jahe

6. BINUANG, dari kata "tuang" / menumpahkan ke dalam cetakan >> Nomor 1 dan nomor 2 dipersatukan oleh nande dari bapa pengantin perempuan (singalo perninin). 
>>> dihitung SAMA dengan Sembuyak ( No. 1) _ hanya Jahe

πŸ‘‰ 4 + 1 + 1 inilah yang kemudian menerima 6 kampil kehamaten.
 
Siapa 4 perempuan ini? Nanti setelah 100 tahun berlalu (anak-anak Lelaki mereka) , mereka lah 4 buah Sembuyak yang tinggal di ke-4 sudut dari sebuah Rumah [Adat]
*πŸ‘‰ Bena Kayu ( Sembuyak Rumah), 
*πŸ‘‰ Ujung Kayu ( Anak Beru Rumah), 
*πŸ‘‰ Lepar Bena Kayu ( Kalimbubu Rumah), 
*πŸ‘‰ Lepar Ujung Kayu ( Senina Rumah)
 
Tulang Belulang 4 perempuan ini yang dimasukkan ke Charnel House/Giriten (keikutsertaan tulang belulang 'their husbands' hanya lah sebagai pajangan)
 
Merekalah yang disebut sebagai Begu Sintua, dalam Acara Perumah Begu. Tidak ada Begu lain yang boleh 'hadir' sebelum mereka.
 
Kampil
yang mereka terima dalam kerja Erdemu Bayu, namanya Gempang Sawa, phyton melintang, itu lah RET RET itu.
 
Di Rumah Adat Karo (RASK), 6 pernanden tersebu menjadi 6 tiang utama (binangun) dari rumah sehingga saat mengket rumah keenam binangun itu 'iABITi' dengan uwis kapal atau uwis julu. (juz look at pict' of this tag status)
 
(Lompatan 4 ke 6 adalah logis , yang 'coyo' 3 lompat ke 8 itu "terpan tawar" )
******* Tak ulangi sik, kang mas Prabu :
 
1 Batang Unjuken (Nande)
2 Singalo Bere-bere (Mami)
3 Sirembah Kulau (Turang Bapa)
4 Singalo Perbibin (Senina Nande)
5 Singalo Perkempun (Nini arah nande)
6 Singalo Perninin (Nini arah bapa).

Si nomor 5 e gia la kin akapndu seri nge si nomor 2 ? Jadi si jadi BATANGNA situhuna 4.
Nomor 5 ras nomor 6 mempertegas maka si 4 e asalna 2 jabu enda nge.
Nomor 5 sebenarnya sama saja dengan nomor 2, maka dari itu Nomor 6 sama dengan nomor 1. 

Keturunan 4 MaCan (Mamak-Mamak Cantik) ini, nantinya setelah beberapa generasi (melewati Cawir Metua dan Perjabun Ngumban) yang menjadi AWAL _4 SEMBUYAK berbeda_ yang berhubungan satu sama lain sebagai: 
πŸ‘‰Sembuyak (batang unjuken/ nande sitersereh), 
πŸ‘‰Anak Beru (sirembah kulau/ turang bapa sitersereh), 
πŸ‘‰Kalimbubu (singalo bebere/ mami sitersereh), 
πŸ‘‰Senina (singalo perbibin/ senina nande sitersereh).

>> Keturunen 4 ibu-ibu hebat ini secara patrilineal (merga perbulangenna masing-masing) yang menduduki Jabu Suki di rumah adat.
 
*Rumah Adat Suku Karo ialah Keturunan dari sepasang 'pengantin' (sepasang kerbou yang erturang sekaligus suami istri/tanduk, ular yang punya 2 kepala [hermafrodit]/ ret-ret yang senantiasa 'kacilulun' (reh ngudaNa) meski telah melewati beberapa generasi.
 
Jadi meskipun masyarakat Karo menganut garis Patrilineal, nenek moyang kita bukan lelaki, melainkan Perempuan. Para suami dari penerima 'tukur' itu semua tegun nya ialah Tegun Anak, bukan tegun bapa.

Nunga diboto ho doi, Raja Nami?


Last question:
Tutur Si Waluh niNdu e, kai dage pengalonNa ? 
Ja iya radu ngalo, 8-8 na? Cuba dage yah 

*Dipersembahkan oleh Lord Bandito, untuk tim MURKA (Muda Sadar Kinikaroen), diambil dari diskusi hangat di Markas Besar - KBB Kantor Pusat  yang telah diarsipkan sebagai "Buku Saku KBB" edisi ke-11, 10 tahun yang lalu.

Mejuah-juah dalam mencintai budaya Suku KaroπŸ’•