Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Nabari Ginting Putra Bahorok Langkat - Sang Nakhoda di Tengah Badai

Nabari Ginting Putra Bahorok Langkat

Hari ini saya berkesempatan untuk menemui dan bincang bincang dengan Drs Nabari Ginting M.Si salah satu putra terbaik Karo asal Bahorok Kabupaten Langkat.

Nabari Ginting di kenal sebagai birokrat yang meniti karier dari bawah, mulai dari Kepala Kantor Kecamatan Simpang Empat, Tanah Karo, tidak lama setelah lulus dari APDN Medan, dia dipercaya mengemban berbagai tugas penting, baik di Kabupaten Karo maupun Provinsi Sumut, termasuk menjadi Kepala Dinas Sosial Sumut sejak tahun 2006.
 
Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana sebuah proses berjalan dan harus dihadapi oleh pria kelahiran Bahorok, 17 Januari 1952.

Beliau ditakdirkan menjadi nakhoda di tengah badai. Saat itu, Nabari Ginting ditunjuk menjadi Pejabat Bupati Nias Selatan di tahun 2005 dan pada saat itu juga beliau menjabat sebagai Kepala Biro Pemerintahan di Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sumut.

Penugasan yang di hadapi seorang Nabari Ginting tidaklah mudah. Bagaimana tidak, selain kondisi geografis yang sangat menantang, daerah itu baru saja dimekarkan setahun sebelumnya. Sudah pasti sangat banyak yang perlu dibenahi.

Dalam kepemimpinan itu, Nabari Ginting juga di hadapkan dengan sebuah proses bencana alam gempa bumi yang terjadi di perairan antara Pulau Nias, Sumatera Utara dan Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam pada larut malam sekitar pukul 23.09 WIB. Tepatnya pada tanggal tanggal 28 Maret 2005, Nias diguncang gempa hebat berkekuatan 8,2 pada skala Richter.
 
Saat bencana itu terjadi, masyarakat tengah beristirahat dan menyebabkan kepanikan luar biasa. Pemerintahan di Nias Selatan lumpuh total.
 
Dengan keterbatasan dan permasalahan serta hambatan yang ada, Nabari Ginting sebagai Pejabat Bupati Nias Selatan dinilai berhasil memimpin kabupaten baru itu menghadapi berbagai tantangan.
Atas prestasi dan jasa jasanya, Nabari Ginting dianugerahi gelar kehormatan, “Tuha Samuti Tano”, yang berarti Tuan Nakhoda Bumi, bahkan warga Hibala menabalkan namanya menjadi nama sebuah pulau di Kabupaten Nias Selatan.

Selain menjadi nakhoda di Nias Selatan, Nabari juga pernah dipercaya menjadi Pejabat Wali Kota Pematangsiantar tahun 2005.

Di luar struktur pemerintahan, Nabari juga pernah menjadi Komisaris Utama PT KIM Medan.
Bekerja sepenuh hati membuatnya memperoleh berbagai penghargaan, termasuk Camat Terbaik di Sumut Tahun 1985, diserahkan oleh Gubsu saat itu, Kaharuddin Nasution.

Dalam menjalani hari hari di masa pensiun, Drs Nabari Ginting mengisi waktu beliau dengan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan serta aktif dalam diskusi dan kegiatan kebudayaan yang Hari ini juga menjadi topik diskusi kami.

Sosok Nabari Ginting yang banyak serta aktif untuk mencurahkan perhatian kepada perkembangan budaya dan adat istiadat Karo dengan melakukan pencatatan tentang berbagai proses ritual adat budaya Karo dalam sebuah buku saku sebagai panduan untuk generasi muda mendatang.

Kerisauannya agar seni dan budaya Karo itu jangan sampai hilang dia buktikan dengan mewajibkan anak anak dan cucu serta keluarga dekat untuk tetap mempergunakan bahasa Karo ketika berada di rumah.

"Apakah sebuah peradaban dan kebudayaan akan berkembang atau justru menghilang, semua tergantung kepada kita sendiri, katanya".

"Budaya itu yang memberi kita identitas dan kebanggaan sebagai bagian dari khazanah budaya Nusantara yang sangat kaya, ungkapnya pula".

Oleh : Roy Fachraby Ginting