Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

ADA DAN TIDAK ADA BATAK -- Dua Keberadaan Batak



Di kalangan KBB sendiri ada dua pandangan tentang Batak. Di awal munculnya KBB, baik di Jaman Sebelum maupun Setelah Internet, hanya ada satu pandangan. Kita menganggap ada Suku Batak, tapi Karo Bukan Batak.

Belakangan, ada pula yang pro KBB mengatakan tidak ada Batak. "Batak adalah ciptaan Belanda," kata mereka, ringkasnya.

Bagaimana kita menghadapi perbedaan pendapat ini diantara kita yang pro KBB?

Tulisan ini mengajak kita terlebih dahulu melihat apa itu Batak dalam kehidupan praxis.
Ada dua pandangan tentang Batak:

👉1. Batak adalah sebuah suku atau rumpun yang mencakup Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola, dan Mandailing.

👉2. Batak terbatas pada Toba, Samosir, Humbang, dan Silindung.

Pandangan yang pertama berkembang terutama di literatur (internasional) dan daerah perantauan (tingkat nasional) sejak Jaman Kolonial. Sementara pandangan ke dua terbatas diantara orang-orang Toba, Samosir, Humbang, dan Silindung.

Hingga tahun 1980an, bahasa lisan di Medan pahamnya masih menganggap Orang Batak adalah itu yang terbatas pada Toba, Samosir, Humbang, dan Silindung. Hanya saja, ketika orang-orang menulis buku atau di media massa mereka beralih ke pandangan kalau Batak adalah mencakup Karo, Sinalungun, Pakpak, Toba, Angkola, dan Mandailing.

Perubahan cara pandang sebuah istilah seperti di atas, dari Bahasa Lisan ke Bahasa Tulisan, sebenarnya menarik untuk didiskusikan di dalam Antropologi, khususnya yang beraliran struktural. Tapi, kita tidak usah buat susah-susah dulu. Kita ikuti saja dulu apa yang terjadi di dunia nyata secara praxis.

Sebagian KBB'ers mengatakan tidak ada Bahasa Batak. Kenyatannya ada dan umatnya juga banyak. Kita ambil saja contoh kecil di HKBP Rawamangun ada jadwal ibadah berbahasa Indonesia dan berbahasa Batak.

Orang yang menganggap tidak ada Bahasa Batak karena langsung mengartikan Batak itu mencakup Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola, dan Mandailing. Sementara orang-orang Karo tidak mengerti Bahasa Batak kalau tidak dipelajarinya.

Padahal, yang dimaksudkan Bahasa Batak di HKBP Rawamangun itu adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang Toba, Samosir, Humbang, dan Silindung berkomunikasi antara sesama mereka.

"Hita Batak on," kata mereka jangan pikir mereka mengingat Halak Haro, dang diingot do ho.

Artinya, ada Batak. Kalau jutaan orang mengaku dirinya adalah Batak dan mereka menggunakan Bahasa Batak, menurut hemat saya, kita harus menghormati mereka. Kita akui mereka Orang Batak.
Tapi Karo Bukan Batak.

Ada banyak hal yang secara ilmiah pun akan menghantam diri kita sendiri kalau tetap bertahan mengatakan Batak adalah ciptaan kolonial. Beberapa literatur yang terbit sebelum Jaman Kolonial sudah menyebutkan adanya Batak di Pulau Sumatera.

Tapi, sekali lagi, Karo Bukan Batak.

Lagi pula, masih relevan kah KBB (Karo Bukan Batak) kalau KBB'ers sendiri mengatakan tidak ada Batak? Renungkan dalam-dalam.

Ula kari karatndu ipendu.💕

Oleh : Juara R. Ginting