Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Asal Usul Bangsa Simalungun

Asal Usul Bangsa Simalungun
Tuan Rondahaim merupakan Raja Kerajaan Raya di Simalungun.
(Foto: Net/harianSIB)

Simalungun adalah salah satu suku asli yang mendiami Sumatera Utara, tepatnya di timur Danau Toba (Kab. Sialungun). Orang Karo menyebut mereka dengan sebutan Timur, karena letak mereka yang disebelah timur Taneh Karo. 

Di dalam cakap (bahasa) Karo, “Simelungen” sendiri bermakna “si sepi, si sunyi, yang dimana terdiri dari dua suku kata, yakni “si = si, yang; dan [me-]lungun = sepi, sunyi”, jadi Simalungen mengandung artian: “wilayah(daerah) yang sepi”. Hal ini dikarenakan dulunya daerah Simalungun ini masyarakatnya hidup berjauhan sehingga tampak sepi. Sedangkan, orang Batak menyebutnya dengan “Si Balungu”, ini berkaitan dengan legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di wilayah itu.

Dalam tradisi asal-usulnya, suku bangsa Simalungun diyakini berasal dari wilayah India Selatan dan India Timur yang masuk ke nusantara sekitar abad ke-5 Masehi serta menetap di timur Danau Toba (Kab. Simalungun sekarang), dan melahirkan marga Damanik yang merupakan marga asli Simalungen (cikal bakal Simalungun Tua). Dikemudian hari datang marga-marga dari sekitar Simalungun seperti: Saragih, Sinaga, dan Purba yang menyatu dengan Damanik menjadi empat marga besar di Simalungun.πŸ’•

Secara ringkas, sejarah asal-usul suku bangsa Simalungun ini dapat dibagi menjadi dua gelombang, yakni:

1. Gelombang Pertama (Simalungun Proto)

Simalungun Proto (Simalungun Tua) diperkirakan datang dari Nagore di India Selatan dan Assam dari India Timur, yang dimana diyakini mereka bermigrasi dari India ke Myanmar selanjutnya ke Siam (Thailand) dan ke Malaka hingga akhirnya ke Sumatera Timur mendirikan kerajaan Nagur (kerajaan Simalungun kuno) dinasti Damanik (marga asli Simalungun). 

Dalam kisah perjalanan panjang mengemban misi penaklukan wilayah-wilayah sekitarnya, dikatakan mereka dipinpin oleh empat raja besar Siam dan India yang bergerak dari Sumatera Timur menuju Langkat dan Aceh, namun pada akhirnya mereka terdesak oleh suku asli setempat (Aru/Haru/Karo) hingga ke daerah pinggiran Danau Toba dan Samosir.

2. Gelombang Kedua(Simalungun Deutero)

Pada gelombang kedua ini, atau dengan masuknya marga Saragih, Sinaga, dan Purba, dikatakan Simalungun asli mengalami invasi dari suku sekitar yang memiliki pertalian dengan Simalungun Tua.

Jika ditelisik dari tiga marga yang masuk itu, maka berdasarkan aspek ruang dan waktu dapat kita indikasikan mereka datang dari ;
πŸ‘‰ Utara Danau Toba,
(Karo: Tarigan Purba dan Ginting Seragih yang kemudian juga menjadi Saragih Munthe) dan dari 
πŸ‘‰Barat Danau Toba,
(Pakpak/Dairi: Sinaga). 

Hal ini juga sangat berkaitan jika kita meninjau apa yang ada di tradisi merga di utara Danau Toba seperti Ginting (Pustaka Ginting) dan Tarigan (Legenda Danau Toba dan Si Raja Umang Tarigan) yang dimana dalam tradisi dua merga ini menceritakan adanya migrasi dari cabang (sub-) merga mereka ke wilayah Timur (Simalungun) dan sekitar Danau Toba.πŸ‘ˆ

Dalam Pustaha Parpandanan Na Bolag (kitab Simalungun kuno) dikisahkan Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba. 

Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau. Namun, kini populasi Simalungun sudah mengalami kemunduran akibat beralih identitas menjadi Melayu (masuk Islam sama halnya dengan Karo) dan terdesak akibat derasnya arus migrasi suku-suku disekitar Simalungun (khususnya Toba dan Karo) yang membuat suku bangsa Simalungun itu kini hanya menjadi mayoritas di wilayah Simalungun atas saja.

Blog : Arikokena
Oleh : Bastanta P Sembiring
Editor : Willem A Sinuraya