Asumsi Karo berasal dari Batak adalah Mitos
Mickel, turis Jerman (tengah) mengenakan kain tradisional Suku Karo, Uis Beka Buluh di kepalanya berfoto bersama alm. Piara Ginting Suka (kiri) dan alm. Reksa Ginting Suka (kanan) di depan Rumah Perpulungen, Rumah Adat Tradisional Suku Karo Siwaluh Jabu di Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. (Foto: Istimewa/Mahanaim Ginting) |
Asumsi bahwa Karo Sekali adalah merga tertua diantara merga-merga Karo berangkat dari sebuah asumsi lebih general pada masanya. Asumsi Pertama, sebuah kelompok masyarakat berasal dari satu atau sepasang nenek moyang yang sama.
Seperti halnya orang-orang Batak, dianggap sebagai keturunan Si Raja Batak. Hanya saja, dalam kasus Karo, beberapa merga punya legenda masing-masing yang menunjukan asal usulnya berbeda dengan merga-merga Karo lainnya.
Sebagai contoh, Sinulingga memiliki asal usul berbeda dengan Purba meski kedua merga ini sama-sama bagian dari merga karo-karo.
Di sisi lain, sebagian pengamat mengasumsikan Karo adalah sebuah kelompok masyarakat yang berasal dari satu tempat lain hingga tiba di tempatnya sekarang dengan nama Taneh Karo.
✋Sementara asumsi asal usul Karo dari Yunan ada kaitannya dengan kemiripan rumah-rumah di Yunan dengan di Karo. Lagi pula, asumsi ini lebih banyak didengungkan oleh orang-orang Komunis yang berkiblat ke China.
✋Sementara asumsi Karo berasal dari Batak diturunkan dari teori bahwa Karo adalah subsuku bangsa Batak dan, karena itu, juga merupakan keturunan Siraja Batak.
Ketiga asumsi itu sangat lemah secara ilmiah. Berangkat dari asumsi yang lebih general, sebagaimana pada masanya telah menjadi issue di literatur bahwa:
Teori Von Heine-Geldren menjadi dasar utama pula Badan Intelegen Internasional Amerika (CIA) mengkonsepsikan Asia Tenggara menjadi satu kesatuan sosial, kultural, dan politik. Padahal di wilayah ini ada dua rumpun bahasa besar (Indochina dan Austronesia) ditambah rumpun Bahasa Melanesia di Maluku (Suku Tobelo) dan Papua.
Demikian juga asumsi kalau Karo adalah bagian Batak telah menjadi issue di literatur sejak Kolonial. Asumsi ini diperkuat pula oleh silsilah (tarombo) yang dibuat oleh W.H. Hutagalung yang menunjukkan bahwa Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Toba adalah keturunan Siraja Batak.
Bagaimana perkembangannya asumsi-asumsi di atas?
👉Asumsi nenek moyang kita berasal dari Daratan Asia bagian Tenggara alias Asia Tenggara sudah lama redup.
Demikian juga penemuan Balai Arkeologi Aceh-Sumut atas kerangka manusia purba berusia lebih dari 7 ribu tahun di Loyang Gayo (Aceh Tengah), matching dengan DNA orang-orang Gayo dan Karo masa kini tapi sangat jauh dari orang-orang Batak [Toba].
Selanjutnya, balai arkeologi yang sama menemukan perkampungan orang-orang Batak usianya tidak lebih dari 800 tahun. Ini menandakan keberadaan orang-orang Batak jauh lebih belakangan dari keberadaan orang-orang Karo di Pulau Sumatera. Sehingga kitapun bertanya, kok Karo dikatakan berasal dari Batak?
Asumsi Karo berasal dari Batak adalah mitos, mitos Batak. Tidak pernah ada kisah apapun di Karo yang menuturkan Karo berasal dari Batak.
Demikian juga halnya asumsi Karo Sekali adalah merga tertua di Karo. Mitosnya saja pun tidak ada. Secara ilmiah? Wah .......😁
Kelebihan ilmiah daripada agama adalah bahwa dunia ilmiah ada prosedurnya yang harus ditaati oleh semua orang untuk diakui berpendapat ilmiah, sementara agama cukup "nina Dibata".
Buktikanlah kalau Karo Sekali itu artinya Karo yang cukup diucapkan sekali sedangkan Karo-karo diucapkan dua kali. Ada mitosnya? Kalau tidak ada, paparkanlah secara ilmiah.
Seperti halnya orang-orang Batak, dianggap sebagai keturunan Si Raja Batak. Hanya saja, dalam kasus Karo, beberapa merga punya legenda masing-masing yang menunjukan asal usulnya berbeda dengan merga-merga Karo lainnya.
Sebagai contoh, Sinulingga memiliki asal usul berbeda dengan Purba meski kedua merga ini sama-sama bagian dari merga karo-karo.
Di sisi lain, sebagian pengamat mengasumsikan Karo adalah sebuah kelompok masyarakat yang berasal dari satu tempat lain hingga tiba di tempatnya sekarang dengan nama Taneh Karo.
👉Ada yang menduganya berasal dari Suku Karen di Burma.
👉Ada juga yang menduganya dari Yunan (China Selatan). Di samping banyak yang menganggap bagian dari Batak yang berasal dari kampung-kampung sekitar kaki Gunung Pusuk Buhit.
✋Semua asumsi asal usul Karo itu diturunkan dari sebuah teori tertentu yang lebih general. Asumsi Karo berasal dari Karen diturunkan dari teori bahwa penduduk Indonesia sekarang ini berasal dari India Belakang atau di dalam Bahasa Inggris biasa disebut Indochina (Vietnam, Kamboja, Burma, Laos, Thailand).
✋Sementara asumsi asal usul Karo dari Yunan ada kaitannya dengan kemiripan rumah-rumah di Yunan dengan di Karo. Lagi pula, asumsi ini lebih banyak didengungkan oleh orang-orang Komunis yang berkiblat ke China.
✋Sementara asumsi Karo berasal dari Batak diturunkan dari teori bahwa Karo adalah subsuku bangsa Batak dan, karena itu, juga merupakan keturunan Siraja Batak.
Ketiga asumsi itu sangat lemah secara ilmiah. Berangkat dari asumsi yang lebih general, sebagaimana pada masanya telah menjadi issue di literatur bahwa:
👋1. Orang-orang Indonesia berasal dari Daratan Asia,
👋2. Karo adalah bagian Batak.
Asumsi bahwa nenek moyang orang-orang Indonesia berasal dari Daratan Asia sangat dipengaruhi oleh beberapa penemuan artefak di Indonesia oleh arkeolog Austria (Von Heine-Geldren) yang memperlihatkan kesamaannya dengan penemuan-penemuan sebelumnya di Dongson dan Tonkin (Vietnam).
Asumsi bahwa nenek moyang orang-orang Indonesia berasal dari Daratan Asia sangat dipengaruhi oleh beberapa penemuan artefak di Indonesia oleh arkeolog Austria (Von Heine-Geldren) yang memperlihatkan kesamaannya dengan penemuan-penemuan sebelumnya di Dongson dan Tonkin (Vietnam).
Teori Von Heine-Geldren menjadi dasar utama pula Badan Intelegen Internasional Amerika (CIA) mengkonsepsikan Asia Tenggara menjadi satu kesatuan sosial, kultural, dan politik. Padahal di wilayah ini ada dua rumpun bahasa besar (Indochina dan Austronesia) ditambah rumpun Bahasa Melanesia di Maluku (Suku Tobelo) dan Papua.
Demikian juga asumsi kalau Karo adalah bagian Batak telah menjadi issue di literatur sejak Kolonial. Asumsi ini diperkuat pula oleh silsilah (tarombo) yang dibuat oleh W.H. Hutagalung yang menunjukkan bahwa Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Toba adalah keturunan Siraja Batak.
Bagaimana perkembangannya asumsi-asumsi di atas?
👉Asumsi nenek moyang kita berasal dari Daratan Asia bagian Tenggara alias Asia Tenggara sudah lama redup.
👉Asumsi Karo berasal dari Yunan juga redup. Apalagi penemuan pengelompokan DNA akhir-akhir ini menunjukan rute perjalanan nenek moyang yang sangat berbeda dengan asumsi lama itu.
Bayangkan saja, di dalam DNA saya ada sekian persen Papua, sekian persen India, dan sekian persen Melayu. Bagaimana ceritanya di DNA saya bisa ada Papuanya?
Demikian juga penemuan Balai Arkeologi Aceh-Sumut atas kerangka manusia purba berusia lebih dari 7 ribu tahun di Loyang Gayo (Aceh Tengah), matching dengan DNA orang-orang Gayo dan Karo masa kini tapi sangat jauh dari orang-orang Batak [Toba].
Selanjutnya, balai arkeologi yang sama menemukan perkampungan orang-orang Batak usianya tidak lebih dari 800 tahun. Ini menandakan keberadaan orang-orang Batak jauh lebih belakangan dari keberadaan orang-orang Karo di Pulau Sumatera. Sehingga kitapun bertanya, kok Karo dikatakan berasal dari Batak?
Asumsi Karo berasal dari Batak adalah mitos, mitos Batak. Tidak pernah ada kisah apapun di Karo yang menuturkan Karo berasal dari Batak.
Demikian juga halnya asumsi Karo Sekali adalah merga tertua di Karo. Mitosnya saja pun tidak ada. Secara ilmiah? Wah .......😁
Kelebihan ilmiah daripada agama adalah bahwa dunia ilmiah ada prosedurnya yang harus ditaati oleh semua orang untuk diakui berpendapat ilmiah, sementara agama cukup "nina Dibata".
Buktikanlah kalau Karo Sekali itu artinya Karo yang cukup diucapkan sekali sedangkan Karo-karo diucapkan dua kali. Ada mitosnya? Kalau tidak ada, paparkanlah secara ilmiah.
Oleh : Juara R. Ginting