Karo dan Melayu : Ahoy Mejuah-Juah!
Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution dan istrinya Kahiyang Ayu ikut menari dalam Kerja Tahun Merdang Merdem dilaksanakan di Istana Maimun Kesultanan Deli, Medan, Sumatera Utara, Rabu (29/6/2022). kompas.id |
Mejuah-juah!
Kota Medan kini berkembang menjadi kota metropolitan nomor 3 terbesar di Indonesia setelah Surabaya dan Jakarta.
Pemerintah Kota Medan dan DPRD Kota Medan mengakui dan meyakini kalau cikal bakal Kota Medan adalah sebuah π¬πΆπ΅π’ (perkampungan) kecil yang bernama ππ’π₯π’π― yang didirikan oleh seorang Karo dari Ajiπ·ahe (Dataran Tinggi Karo), yakni Guru Patimpus Sembiring Pelawi.
Tetapi, perlu diingat! Di sekeliling Kampung Madan yang didirikan oleh Guru Patimpus itu telah berdiri perkampungan-perkampungan Suku Karo dan Melayu. Sehingga, jika berbicara soal sejarah Kota Medan, tidak dapat terpisahkan dari keberadaan Suku Karo dan Melayu.
Kota Medan yang kita kenal sekarang ini berdiri di atas;
π tanah-tanah ulayat Suku Karo di bagian Hulu dan
π tanah-tanah Melayu di bagian Hilir-nya.
Untuk membuktikan itu dapat kam lakukan penjelajahan secara langsung atau melalui studi literasi.
Maka itu, dapat disimpulkan bahwa penduduk asli Kota Medan adalah Masyarakat Suku Karo dan Melayu.
Hubungan antara Karo dan Melayu khususnya di Kota Medan ini kemudian diperkuat dengan hubungan pernikahan antara leluhur Kesultanan Deli dengan π£π¦π³πΆ Surbakti dari Kerajaan Serbanaman (Sunggal).
Keberadaan bangunan ππ¦π³πͺπ΅π¦π― Karo di halaman Istana Maimoon (Istana Sultan Deli) merupakan monumen penting penanda hubungan Karo dan Melayu. Ini terbukti, saat Sultan Deli memindahkan istananya dari Labuhan Deli ke Medan, beliau juga turut serta memindahkan dan mendirikan kembali ππ¦π³πͺπ΅π¦π― itu di halaman istananya. Itulah bukti pentingnya ππ¦π³πͺπ΅π¦π― (rumah tulang π£π¦ππΆππ’π―π¨) Suku Karo itu bagi Kesultanan Deli.
Di tahun 2014, pemerintahan Kota Medan yang saat itu masa kepemimpinan Walikota Medan Zulmi Eldin hendak menjadikan "AHOY MEJUAH-JUAH" menjadi salam khas dan resmi Kota Medan.
π"Ahoy", merupakan salam khasnya Melayu Deli. Sedangkan
π"Mejuah-juah" merupakan salam khas Suku Karo.
Tentu ini adalah hal baik dan memang sudah seharusnya demikian. Sebab Suku Karo dan Melayu adalah penduduk asli Medan dan Kota Medan yang kita kenal sekarang ini juga dikonstruksi di atas tanah-tanah ulayat Suku Karo dan Melayu. Jadi memang seharusnya "Ahoy Mejuah-juah" salam dan sapaan tepat untuk Kota Medan.
Namun entah mengapa sepertinya program itu tidak begitu berjalan dengan baik dan gaungnya juga kurang begitu terdengar sehingga "Ahoy Mejuah-juah Medan" pun masih asing bagi orang di luar Medan bahkan bagi orang Medan sekalipun.
Namun tidaklah terlambat untuk kita kembali dan terus menggaungkan "Ahoy Mejuah-juah Medan" ini, setidaknya dimulai dari Orang Karo dan Melayu Medan itu sendiri.
Ahoy Mejuah-juah bukan saja sekedar salam khas Medan yang diambil dari Karo dan Melayu, tetapi selanjutnya (Ahoy Mejuah-juah Medan) akan menjadi monumen tak benda (tidak terlihat) persaudaraan antara Karo dan Melayu serta seluruh penduduk Kota Medan.π