Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karo Pegunungan Tidak Berbudaya Batak


Sering timbul pertanyaan apakah Orang Karo dipegunungan berbudaya Batak. Banyak sudut pandang yang memperlihatkan bahwa Karo berbeda dengan Batak.

Kalau ditinjau dari tidak terputusnya hubungan kekerabatan antara Karo Julu, Karo Jahe, Karo Baluren dan Karo Gugung maka terlihat pula dalam hal budaya yang masih saling mempengaruhi misalnya Kedatukan Senembah menggunakan gelar Melayu WAN dan tetap memakai Merga Karo-karo BARUS. Makam Datuk Sunggal di Cianjur masih memakai Merga SURBAKTI dsb.

Budaya Karo lama dipengaruhi oleh Hindu Pemena, sedangkan Batak tidak. Hal ini mengakibatkan di wilayah Batak tidak terdapat Merga Brahmana, Colia, Pelawi, Sinu kapur, Keling, Tekang dan tidak terdapat Upacara pembakaran mayat, Perabuan (ngombak), mengarak Lige dll.

Pengaruh Islam yang masuk ke Karo pegunungan melalui Aceh Gayo/Alas juga turut memperkaya kebudayaan Karo pegunungan. Seperti terdapatnya beberapa kalimat Bismillah dan kata Sulaman/Sulaiman dalam Tabas Karo misalnya seperti Tabas Erpangir ku lau dan orang Karo lama juga mempunyai tradisi bersunat bukan karena agama.

Dalam bentuk Rumah tradisional antara Karo dan Batak juga jauh berbeda karena sepertinya rumah Karo berabung lurus dan lebih mirip rumah di Malaka sedangkan Batak berabung melengkung lebih mirip rabung Minangkabau begitu pula pakaian tradisional Karo sebelum berganti dengan mode Jas ala Eropa masih terlihat seperti pakaian orang Semenanjung.

Pisau tradisionil Karo Tumbuk lada juga terdapat diwilayah sepanjang selat Malaka seperti Semenanjung Malaysia, Riau, Jambi dsb sedangkan pisau tradisionil Batak hanya terdapat di Tano Batak yang disebut pisau Gajah Dompak.

Kuatnya pengaruh Islam diwilayah pantai mengakibatkan Orang Karo di Hilir membentuk budaya baru yang disebut budaya Melayu.

Budaya di Hulu dan di Hilir akhirnya terpisah karena telah membentuk budaya sendiri sendiri dan penghapusan Marga mengakibatkan Suku pegunungan tetap bertahan dan Suku dataran rendah yang terdiri dari pembauran pendatang dari Riau, Semenanjung dan Aceh membentuk suku yang baru.

Bertahannya suku Karo dari berbagai pengaruh luar mengakibatkan Karo tetap mempunyai budaya sendiri, bahasa sendiri dan peradatan sendiri dan dalam kesepakatan adat tersebut suku Karo disatukan dalam Merga Silima.

Bujur ras Mejuah juah💕

Oleh : Fajar Bangun