Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Garis Keturunan Sembiring Pelawi yang Dihamparan Perak adalah Cikal Bakal dari Kerajaan Kedatukan Sepuluh Dua Kuta


Berbagi kisah tentang Nini siarah lebe, guru Patimpus Sembiring Pelawi.
Berbicara tentang Pelawi Ajijahe dan Pelawi Perbaji tidak lepas dari Seorang Tabib yang sangat Populer dimasanya bernama GURU PATIMPUS SEMBIRING PELAWI dan juga tidak bisa lepas dari KEDATUKAN HAMPARAN PERAK yang mulanya merupakan bagian dari Kerajaan HARU DELITUA.
 
Kerajaan Haru adalah kerajaan RUMPUN MELAYU. Terkadang orang menyamaratakan saja antara RUMPUN MELAYU dengan SUKU MELAYU. Padahal makna dari rumpun Melayu adalah sebutan untuk sebagian besar penduduk awal Asia Tenggara sedangkan suku Melayu lebih cenderung kepada Identitas Kolektif yaitu beragama Islam.
 
Rumpun Melayu itu bersuku-suku misalnya RUMPUN Melayu Sumatera Selatan terdiri dari:
Suku Melayu Palembang, Suku Melayu Sumendo, Suku Melayu Komering, Suku Melayu Musi dsb.
RUMPUN Melayu Jambi yang terdiri dari, Suku Rao, Suku Hamba raja, Suku Aru dsb.
Disemenanjung RUMPUN Melayu ini disebut Kaum yang terdiri dari kaum anak jati dan kaum anak Dagang.
 
Kaum anak jati disebut juga dengan Orang Asli yang terdiri dari suku Jakun, Orang Laut, Orang Semang dan Bateq..Kaum Anak Dagang terdiri dari Orang Riau, Orang Palembang, Orang Jawa, Orang Jambi, dsb.
 
Di Sumatera Timur Rumpun Melayu menurut para peneliti, tertulis pada Kitab Pararaton masa kerajaan Singhasari tahun 1275M yang disebut Ekspedisi PAMALAYU dalam ekspedisi itu ada menyebutkan HARU yang bermusuhan.
 
Pada Tahun 1365M, pada kronik Majapahit NEGARAKERTAGAMA ada disebutkan Kerajaan HARW/HARU sebagai kerajaan rumpun Melayu.
 
Tahun 1600M, pada kitab sejarah Melayu SULALATUS SALATIN yang ditulis perdana Menteri Johor Tun Sri Lanang disebutkan bahwa budaya HARU mirip Melaka.
 
Letak Kerajaan Haru yang terakhir tidak terbantahkan berada di Delitua sebab Satu-satunya peninggalan tertulis tentang Haru hanya terdapat di DELITUA yaitu ditemukannya Sebuah Meriam Kuno di Benteng Putri Hijau yang Bertuliskan SANAT BALUN HARU..03, ber aksara Melayu Jawi. Meriam itu ditemukan KONTELIR CATS DE RAET pada tahun 1869.
 
Menurut Pakar Sejarah Melayu yang dipertuan Tengku. Luckman Sinar, tahun yang tertulis pada Meriam itu sesuai dengan Sejarah Aceh yang Menyerang Haru Deli Tua pada Masa Sultan Aceh Al-Kahar tahun 1540M dan menurut beliau meriam itu telah dibawa ke Museum Jakarta.
 
Kerajaan Haru Delitua seperti yang disebut pada Kitab Sulalatus Salatin Berbudaya Melayu dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya seperti pisau atau Badik khas Melayu Tumbuk lada yang terdapat di Riau, Jambi, Malaysia, Minang dan negeri-negeri Melayu lainnya terdapat juga pada beberapa Suku di Sumatera Timur diantaranya dihulu dan dihilir yaitu Karo dan Melayu Deli.

Pakaian Kecak Musang (Teluk belanga kerahnya ditinggikan) seperti yang dipakai Sebayak Kaban Jahe Pa Mbelgah, mirip dengan Pakaian Semenanjung dan Istana Melaka mirip RUMAH SI 16 JABU di Kaban Jahe serta Kosa Kata wilayah Hilir banyak persamaan degan wilayah Hulu sebelum masuk pengaruh bahasa Arab, Bahasa China dan Eropa di wilayah Hilir.
 
Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh WILAYAH Kerajaan Haru adalah wilayah RUMPUN MELAYU termasuk dataran tinggi Karo dan didataran Tinggi wilayah ini berbatas dengan TANO BATAK yang berbangso Batak.

Pada masa kerajaan Haru Delitua Hulu dan Hilir masih disebut satu Suku yaitu SUKU BANGSA HARU dan pada masa itu Orang Karo dan Orang Melayu masih disebut Orang HULU DAN HILIR.

Dengan demikian salah besar jika ada yang mengatakan Guru Patimpus adalah pendatang dikota Medan karena Hulu dan Hilir adalah merupakan satu kesatuan wilayah kerajaan yang sama dan merupakan tempat berdiamnya penduduk asli yang diwilayah hulu disebut BANGSA TANEH.
 
Kerajaan Haru yang terakhir Berpusat di Delitua. Kerajaan ini pada masanya adalah kerajaan Super Power yang merupakan salah satu penguasa jalur dagang Internasional Selat Malaka bersama Aceh, Melaka dan Portugis.
 
Menurut sejarah kerajaan Urung Senembah yang ditulis Bapak Wan Chaidir Barus kerjaan Haru Delitua ini terdiri dari Federasi Kerajaan-kerajaan Urung yang diantaranya URUNG SEPULUH DUA KUTA LAUCIH didirikan oleh klan Purba dan URUNG SEPULUH DUA HAMPARAN PERAK yang didirikan oleh keluarga GURU PATIMPUS SEMBIRING PELAWI.
 
Kemudian pada masa Sultan Deli-ke IV, yang berajakan TUANKU PANGLIMA PASUTAN yang berkuasa pada tahun 1728. Merubah sebutan KERAJAAN URUNG menjadi KEDATUKAN diantaranya adalah kedatukan SEPULUH DUA KUTA HAMPARAN PERAK yang merupakan Keturunan GURU PATIMPUS SEMBIRING PELAWI.
 
Menurut salah seorang keturunan Guru Patimpus Sembiring Pelawi yang bernama SIDARTA PELAWIE, Guru lahir di rumah adat Aji jahe tahun 1540M disebut RUMAH MESENG. Kemudian pindah ke Rumah yang disebut RUMAH KERBO, di Aji Jahe.
 
Sewaktu Guru berada di wilayah Hulu beliau tiga kali menikah yaitu ;
👉Pernikahan yang pertama dengan BERU SINUHAJI RUMAH JULU yang menurunkan Pelawi Aji Jahe, 
👉Pernikahan yang kedua dengan BERU SINUHAJI RUMAH JAHE, yang menurunkan Pelawi Aji Jahe Rumah tersek dan,
👉Pernikahan yang ketiga dengan BERU BANGUN BATU KARANG yang menurunkan Pelawi Perbaji.
 
Pada masa berikutnya
Guru Patimpus pergi ke wilayah Hilir setelah menganut Agama Islam kemudian beliau Menikah dengan putri Raja Pulo Berayan Beru Tarigan (kemudian melakukan persirangen dengan isteri-isterinya di Hulu). Dari pernikahan dengan beru Tarigan inilah menurunkan PELAWI HAMPARAN PERAK.
 
Diwilayah Hilir Guru menetap di wilayah Kosong dalam bahasa Hulu disebut PEMANTEK KUTA disekitar Sungai Deli. Disana Guru membuka Tempat Pengobatan. Karena keahlianya mengobati maka beliaupun terkenal sebagai Tabib di segala penjuru Hulu dan Hilir sehinga ;
👉Orang Hulu Mengatakan, jika Ingin MADA'AN (Sembuh, baik) datanglah pada Guru Patimpus sedangkan 
👉Orang Hilir Mengatakan jika ingin MENDAI (yang maknanya sama dengan Madan) datanglah pada Guru Patimpus.
 
Oleh karena Pagi Sore, Siang dan Malam masih ada saja orang yang datang berobat kekediaman Guru, maka diwilayah itupun bermunculan KEDAI MAKAN , PASAR KAGET, RUMAH PENGINAPAN serta Rumah-rumah tempat tinggalpun mulai tumbuh sehingga yang mulanya tempat yang tidak dihuni manusia itu menjadi kota yang bernama KOTA MEDAN YANG SEKARANG.
 
Oleh: Fajar Bangun