Apa yang akan terjadi jika presiden pertama Republik Indonesia bukanlah Soekarno tetapi Tan Malaka?
Bisa hancur, hahaha
Saya tidak akan menjawab serius dan saya sedikit ad hominem. Memimpin partai Persatuan Perjuangan saja beliau tidak kompeten dan akhirnya bubar cepat. Hanya 1 tahun bertahan. Mendalangi peristiwa kudeta pada tahun 1946 saja gagal, dimusuhi oleh Sudirman yang merupakan rekannya sendiri. Memang, beliau mendirikan parpol yang bernama Murba, tetapi beliau tidak memimpin partai tersebut dan hanya membina saja. Dan itu setelah 3 bulan mendirikan Murba, beliau tewas akibat kesalahannya sendiri. Beliau juga banyak ditinggalkan oleh rekannya, termasuk Jenderal Sudirman. Dan, tidak diajak berdiskusi saat malam menjelang kemerdekaan. Orangnya juga susah diajak diskusi, memiliki gagasannya sendiri, dan sering kabur entah kemana. Bagaimana pahlawan lain bisa segan?
Lalu setelah itu, beliau terlibat atas tragedi Revolusi Sosial di Sumatera Timur yang menewaskan banyak orang Melayu, pembantaian priyayi di Jawa Tengah, dan pembantaian keluarga Keraton Surakarta. Kalau bertanya siapa penyebab Surakarta gagal menjadi daerah otonom dan terjebak kemiskinan sampai sekarang serta keluarga kerajaan mengalami konflik terus, bisa dijawab penyebabnya adalah Tan Malaka. Beliau juga terlibat dalam tragedi Bersiap.
Kalau sudah tidak kompeten memimpin sekelas partai politik, gerakan politik, ditinggali rekannya sendiri, dan terlibat dalam kejahatan serius (bahkan dalam mengelola hubungan pacaran dengan perempuan bangsawan Sunda dan Filipina saja kandas). Bagaimana bisa Tan Malaka diharapkan memimpin sebesar negara? Mau dibawa kemana negara Indonesia yang masih seumur jagung dan sukses memobilisasi ratusan juta warganya dari puluhan pulau? Malah dulu Soekarno lebih rasional dan diterima berbagai kelompok SARA. Ditambah dengan Hatta yang kompeten. Soekarno, terlepas dari kelemahannya, beliau lebih pragmatis dan cukup menyayangi bangsanya sendiri ketimbang tujuan ideologis. Soekarno mulai tidak disukai di tahun 60an ketika membuat kebijakan ekonomi serampangan dan mendekati komunisme.
Saya heran kok di tahun 2010–2020an ini orang kiri biadab seperti Tan Malaka, Amir Syarifuddin, Musso diidolakan dan diromantisasi. Padahal dulu tidak begitu. Kalau Tan menjadi presiden. Bisa banyak yang kena gebuk. Aceh minta otonomi? Digebuk. Bali minta otonomi? Digebuk. Pengusaha minta keringanan? Digebuk. Tidak suka yang berbau borjuis? Sikat. AS mau kirim bantuan kelaparan? Diblokade. Ngeri. Tulisan di buku tidak bisa dijadikan cermin tindakan. Hanya akan diingat sebagai puing sejarah.
Merdeka.