Jejak Panjang Polonia dari Perkebunan Tembakau Polandia hingga Jantung Kota Medan

Nama Polonia telah lama menjadi bagian dari identitas Kota Medan. Dulunya nama ini melekat pada bandara utama kota itu, kini tetap hidup dalam nama kecamatan, hotel, restoran, hingga kawasan bisnis. Namun, sedikit yang mengetahui bahwa nama Polonia merupakan warisan hubungan bersejarah antara Indonesia dan Polandia yang sudah terjalin sejak tahun 1872 lebih dari satu setengah abad silam.
Awal mula kawasan Polonia bermula dari pemberian konsesi lahan seluas 1.100 hektar oleh Sultan Deli kepada seorang investor asal Polandia, Ludwik Michalsky. Lahan subur di antara Sungai Deli dan Sungai Babura itu kemudian disulap menjadi perkebunan tembakau, salah satu komoditas paling bernilai di dunia pada masa itu. Michalsky menamai wilayah tersebut Polonia, yang berarti “tanah perantauan orang Polandia”.
Nama itulah yang kemudian melekat kuat hingga kini menjadi saksi hubungan dagang, budaya, dan sejarah antara dua bangsa yang terpisah ribuan kilometer.
Dari Perkebunan ke Pusat Kota
Sejarawan Prof. Budi Agustono dari Universitas Sumatera Utara (USU) menjelaskan bahwa pada masa kolonial, Medan berkembang pesat menjadi kota internasional berkat industri tembakau. Setelah pengusaha Belanda Jacob Nienhuys membuka perkebunan di Labuhan Deli pada tahun 1863, para investor dari berbagai negara termasuk Eropa, Amerika, dan Asia mulai berdatangan.
Salah satunya adalah Michalsky, yang datang dari Polandia pada tahun 1869. Selain membangun perkebunan tembakau, ia juga membuka peternakan kuda dan menanam tanaman poplar (penghasil kapas). Selama 12 tahun, ia bekerja sama dengan perusahaan besar Belanda, Deli Maatschappij, sebelum akhirnya menutup usahanya pada tahun 1884, menjelang krisis besar di industri tembakau yang terjadi antara 1888 dan 1890.
Meski usahanya berhenti, nama Polonia tetap abadi. Lahan itu kemudian berpindah tangan ke perusahaan Langkat Association dan akhirnya dikelola kembali oleh Deli Maatschappij pada 1889. Kawasan tersebut menjadi wilayah strategis dekat pusat pemerintahan Hindia Belanda di Lapangan Merdeka, lengkap dengan pemukiman Eropa, barak militer, rumah sakit termasuk Rumah Sakit Santa Elisabeth hingga sekolah dan kantor pemerintahan.
Dari Ladang Tembakau ke Lapangan Terbang
Pada awal abad ke-20, Belanda membangun Lapangan Terbang Polonia di kawasan tersebut, tepatnya sekitar tahun 1920-an. Awalnya, area bandara hanya seluas 60 hektar, lalu diperluas menjadi 350 hektar untuk mengakomodasi peningkatan lalu lintas udara. Nama Polonia terus dipertahankan hingga tahun 2013, ketika fungsi bandara berpindah ke Bandara Internasional Kualanamu. Lokasi lamanya kini menjadi Pangkalan TNI AU Soewondo.
Meskipun tak lagi digunakan sebagai nama bandara, jejak sejarah Polandia masih nyata dari Kecamatan Medan Polonia hingga berbagai bisnis dan permukiman yang masih menggunakan nama itu.
Polonia: Simbol Sejarah Panjang Hubungan Dua Bangsa
Dalam seminar sejarah di Universitas Sumatera Utara bertajuk “Hubungan Polandia dan Medan-Sumatera Utara Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20”, Duta Besar Polandia untuk Indonesia, Beata Stoczynska, menegaskan bahwa hubungan antara Indonesia dan Polandia bukan hanya soal kemiripan warna bendera. Hubungan itu jauh lebih mendalam, berakar pada sejarah panjang yang dimulai di Medan.
“Nama Polonia adalah simbol persahabatan yang telah berlangsung lebih dari 150 tahun. Medan memiliki tempat istimewa di hati Polandia,” ujar Beata dalam sambutannya.
Hal senada disampaikan Piotr Smieszek, penulis buku Negara Polandia untuk Pemula, yang menyebut bahwa penggunaan nama Polonia oleh Indonesia hingga lebih dari satu abad merupakan bentuk penghargaan yang luar biasa terhadap sejarah hubungan kedua negara.
Kini, kerja sama antara Indonesia dan Polandia terus diperkuat di berbagai sektor mulai dari pendidikan hingga infrastruktur maritim. Sementara itu, nama Polonia tetap hidup dan menjadi pengingat bahwa sebuah kota di Sumatera pernah menjadi pintu masuk persahabatan panjang antara dua bangsa lintas benua.