Diplomasi yang Terselip Mikrofon: Ketika Prabowo dan Trump Jadi Sorotan Dunia di KTT Mesir

Dalam dunia politik internasional yang penuh kalkulasi, terkadang satu kalimat kecil bisa menciptakan gelombang besar. Itulah yang terjadi di KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh, Mesir, ketika Presiden Indonesia Prabowo Subianto tertangkap mikrofon aktif saat berbicara dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam momen yang disebut media internasional sebagai “hot mic moment”, Prabowo terdengar bertanya dengan nada ringan namun sarat makna: “Can I meet Eric?”, merujuk pada Eric Trump, putra presiden AS itu. Trump kemudian menanggapi santai bahwa ia akan meminta Eric untuk meneleponnya percakapan singkat yang kemudian menjadi viral di dunia maya.
Sekilas, insiden itu tampak sepele dua pemimpin dunia berbincang santai di sela forum internasional. Namun bagi publik global dan pengamat politik, rekaman kecil ini membuka pintu besar pada diskusi mengenai etika diplomasi, konflik kepentingan, dan citra seorang kepala negara. Mengingat Trump dikenal memiliki jaringan bisnis internasional, termasuk proyek-proyek berlabel Trump di Indonesia, muncul pertanyaan apakah pertemuan yang diusulkan itu murni bersifat diplomatik atau memiliki nuansa personal dan ekonomi di baliknya.
Reaksi publik pun beragam. Sebagian menilai Prabowo hanya mencoba membangun hubungan baik dengan figur berpengaruh di Amerika, sesuatu yang lazim dalam dunia diplomasi. Namun, banyak juga yang menilai langkah itu kurang etis karena dilakukan di tengah forum serius yang membahas perdamaian Gaza isu kemanusiaan yang sedang membara. Media seperti Reuters dan The Guardian menyoroti bahwa insiden tersebut, meski tampak ringan, bisa mengaburkan batas antara urusan negara dan urusan pribadi seorang pemimpin.
Bagi Indonesia, kejadian ini menjadi cermin penting tentang bagaimana diplomasi modern bekerja di era digital. Setiap gestur, tawa kecil, bahkan kalimat singkat yang terekam mikrofon bisa menjadi headline dunia. Prabowo, yang dikenal dengan gaya tegas dan lugasnya, kini berhadapan dengan tantangan baru: menjaga kredibilitas diplomatik Indonesia di tengah sorotan global yang kian tajam. Dalam konteks politik domestik, insiden ini juga menimbulkan diskusi tentang bagaimana seorang pemimpin sebaiknya menyeimbangkan pendekatan personal dengan kehati-hatian strategis.
Namun, di sisi lain, momen ini juga memperlihatkan sisi manusiawi dari politik. Bahwa di balik meja perundingan dan protokol ketat, diplomasi sering kali dimulai dari percakapan ringan bahkan dari kalimat sesederhana “bisakah saya bertemu anakmu?” Mungkin bagi Prabowo, itu hanyalah jembatan kecil menuju percakapan yang lebih besar. Tapi bagi dunia, itu adalah pengingat bahwa dalam politik global, tidak ada yang benar-benar off the record.
Referensi:
1. Reuters, “Indonesian president asks Trump for meeting with son Eric in 'hot mic' moment,” 13 Oktober 2025.
2. The Guardian, “Indonesia’s president Prabowo Subianto heard on hot mic asking Trump if he can meet son Eric,” 14 Oktober 2025.
3. The Australian, “Prabowo risks domestic Indonesian backlash to attend Gaza peace summit and visit Israel,” 14 Oktober 2025.
4. AP News, “Egyptian president says Trump’s Mideast proposal is ‘last chance’ for peace in the region,” 13 Oktober 2025.