Usman Ginting, Sosok yang Menyuarakan Jiwa Masyarakat Karo melalui Lirik dan Nada

Bagi masyarakat Karo, nama Usman Ginting bukanlah sosok yang asing. Ia dikenal luas sebagai penyanyi dan pencipta lagu yang telah memberi warna mendalam bagi musik Karo. Sosok yang mempopulerkan lagu legendaris “Sira Ndabuh ku Lagan” ini layak disebut sebagai “Living Legend”, seorang seniman yang menjadikan musik sebagai cerminan kehidupan dan kebijaksanaan.

Musik Sebagai Cermin Masyarakat

Filsuf besar asal Athena, Plato (427–347 SM), dalam karya terkenalnya “Republik”, menegaskan bahwa musik bukan hanya hiburan. Musik, bagi Plato, merupakan cerminan watak, moral, dan karakter sebuah masyarakat. Ia juga berpendapat bahwa masyarakat yang memandang musik hanya sebagai hiburan adalah masyarakat yang sedang mengalami kemerosotan moral.

Pandangan ini terasa sejalan dengan karya-karya Usman Ginting. Musik bagi Usman bukan sekadar melodi dan irama, tetapi cerminan kehidupan dan nilai-nilai masyarakat Karo. Setiap lagu yang ia ciptakan merekam realitas sosial, budaya, dan moralitas masyarakatnya.

Lagu-Lagu yang Tumbuh dari Kehidupan

Karya-karya Usman Ginting menampilkan kedalaman makna yang jarang ditemukan dalam musik populer masa kini. Lagu “Didong Doah” misalnya, menyentuh sisi kehidupan anak dari keluarga sederhana yang berjuang menghadapi kenyataan. Lagu “Tading-tadingen” membawa pesan agar manusia tidak menjadikan harta sebagai ukuran segalanya dan tetap menjaga persaudaraan.

Sementara itu, “Apa Adanya” dengan cerdas menyindir gaya hidup generasi muda yang lebih mengutamakan kesenangan dan penampilan daripada belajar dan bekerja keras. Setiap karya Usman bukan sekadar hiburan, tetapi juga nasihat yang disampaikan melalui nada dan lirik yang menyentuh hati.

Sosok yang Menjadi Teladan Seniman Karo

Sebagai seniman, Usman Ginting telah memberikan contoh nyata tentang bagaimana musik dapat menjadi sarana pendidikan moral dan kebudayaan. Ia tidak mengejar popularitas semata, melainkan berusaha menjaga ruh seni dan budaya Karo agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Karya-karyanya menunjukkan bahwa musik daerah bukan sesuatu yang ketinggalan zaman, tetapi justru menjadi warisan yang harus dijaga dan diteruskan. Usman berhasil membuktikan bahwa musik yang lahir dari kejujuran dan pengalaman hidup akan selalu memiliki tempat di hati pendengarnya.

Warisan Nada dan Makna

Karya Usman Ginting mengingatkan bahwa musik memiliki kekuatan untuk membentuk karakter dan kesadaran masyarakat. Ia menunjukkan bahwa seni tidak boleh berhenti pada batas hiburan, tetapi harus menyentuh nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas.

Pertanyaan yang tersisa kemudian: apakah musik masa kini masih memiliki kedalaman seperti itu, ataukah hanya sekadar menjadi sarana hiburan dan popularitas semata?

Usman Ginting telah memberikan jawabannya melalui setiap nada dan lirik yang ia ciptakan—bahwa musik sejati adalah pantulan jiwa, pengalaman, dan kehidupan manusia itu sendiri.


Salam Mejuah-juah.
Sebagai penutup, salah satu karya terbaiknya “Kai Hukumna” menjadi bukti bahwa musik dapat berbicara lebih dalam daripada kata-kata. Setiap irama yang mengalun darinya adalah kisah, doa, dan pengingat tentang kehidupan yang dijalani dengan tulus.

Notes: Plato Ginting