Arab Saudi Longgarkan Akses Alkohol: Reformasi atau Risiko Sosial?

Keputusan Arab Saudi membuka dua toko alkohol baru pada 2026 menandai babak baru dalam transformasi sosial dan ekonomi di bawah agenda besar Visi 2030. Meski langkah ini masih terbatas—hanya khusus untuk ekspatriat non-Muslim, diplomat, dan pemegang izin tertentu, kebijakan ini menunjukkan arah perubahan yang tidak dapat diabaikan.
Secara historis, Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan regulasi alkohol paling ketat di wilayah Teluk. Selama puluhan tahun, akses terhadap alkohol hanya tersedia melalui jalur diplomatik, pasar gelap, atau produksi rumahan, praktik yang tentu berisiko hukum maupun kesehatan. Dengan hadirnya toko legal yang terkontrol, pemerintah tampaknya berusaha mengatur alih-alih memerangi permintaan yang sudah ada.
Namun, kebijakan ini bukan sekadar soal jual beli alkohol. Ia adalah bagian dari strategi besar untuk menarik lebih banyak investor asing, tenaga ahli internasional, dan wisatawan global. Negara tetangganya seperti UEA dan Bahrain telah lebih dulu menerapkan model serupa dan terbukti berhasil menarik sektor pariwisata internasional. Maka, keputusan Arab Saudi membuka pasar terbatas untuk alkohol dapat dibaca sebagai upaya menyeimbangkan identitas religius dengan kepentingan ekonomi modern.
Meski begitu, pembukaan akses alkohol, bahkan secara terbatas, tetap menjadi isu sensitif. Bagi sebagian masyarakat, perubahan ini dapat dianggap sebagai penyimpangan dari nilai-nilai Islam yang telah lama menjadi fondasi hukum dan budaya negara. Pemerintah tampaknya menyadari hal ini karena pelaksanaan kebijakan dilakukan secara bertahap, diam-diam, dan tanpa publikasi resmi yang berlebihan.
Jika dilihat secara pragmatis, perubahan ini adalah kompromi: syariat tetap diberlakukan bagi warga Muslim, sementara standar internasional disediakan bagi penduduk global yang Saudi ingin tarik. Tantangannya adalah menjaga garis batas tersebut tetap jelas, terkontrol, dan tidak memicu gesekan identitas.
Pada akhirnya, kebijakan ini menunjukkan satu hal: Arab Saudi sedang menata ulang citra globalnya. Langkah ini mungkin menuai perdebatan, tetapi ia mencerminkan arah masa depan Arab Saudi lebih terbuka, lebih global, namun tetap berusaha menjaga akar nilai keagamaannya.