IHSG Terkoreksi 0,52% di Sesi Dua, Saham Prajogo Pangestu dan Hapsoro Diburu Investor

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada sesi pertama perdagangan hari ini. IHSG turun 0,52% atau 44,71 poin ke level 8.557,42 setelah sebelumnya sempat bertahan di area psikologis 8.500-an.

Dari total pergerakan saham, tercatat 369 saham melemah, 304 menguat, dan 283 stagnan. Nilai transaksi pasar mencapai Rp 16,33 triliun dengan volume perdagangan 30,56 miliar saham, sementara kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp 15.674 triliun.

Sektor Teknologi dan Perbankan Tekan IHSG

Mengacu data Refinitiv, sebagian besar sektor mencatatkan penurunan. Teknologi menjadi sektor terlemah dengan koreksi 1,33%, disusul sektor finansial yang turun 0,69%.

Tekanan terbesar berasal dari saham-saham big caps perbankan dan emiten pusat data.

Berikut penurunan pada saham bank besar:

Saham Perubahan Harga
Bank Mandiri (BMRI) -2,89% ke 4.880
Bank Negara Indonesia (BBNI) -1,81%
Bank Central Asia (BBCA) -0,89%
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) -0,53%

BMRI mencatat beban terbesar terhadap indeks dengan -12,07 poin, diikuti BBCA (-7,07 poin) dan BBRI (-3,29 poin). Selain itu, saham DCI Indonesia (DCII) ikut melemah 2,7%, menekan IHSG sebesar -7,28 poin. Saham lain yang memberikan tekanan signifikan adalah Dian Swastatika Sentosa (DSSA) -9,99 poin dan Telkom Indonesia (TLKM) -9,89 poin.

Saham Prajogo Pangestu dan Hapsoro Jadi Sorotan

Di tengah tekanan pasar, sejumlah saham yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu justru mencatat penguatan signifikan.

Saham Kenaikan
Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) +11,3%
Chandra Daya Investasi (CDIA) +7,33%

Sementara itu, saham grup Hapsoro juga menarik minat investor. Saham Rukun Raharja (RAJA) naik 6,15%, dan Raharja Energi Cepu (RATU) menguat 7,02%.

Di sisi lain, Bumi Resources (BUMI) menjadi saham dengan nilai transaksi terbesar, mencapai Rp 4,14 triliun.

IHSG Semakin Dekat Target 9.000, Namun Risiko Masih Ada

Sebelumnya, IHSG sempat memecahkan rekor baru dengan menembus level 8.600 dan disebut semakin dekat dengan target 9.000 sebelum akhir tahun. Optimisme didorong oleh:

  • Fundamental ekonomi yang dianggap kuat

  • Kinerja positif emiten

  • Minat investor ritel yang terus meningkat

Namun demikian, pelaku pasar tetap menghadapi kekhawatiran mengenai potensi market bubble dan risiko geopolitik global seperti ancaman perang dunia ketiga.

IHSG mengalami koreksi pada sesi dua akibat tekanan dari sektor teknologi dan perbankan. Meski demikian, saham-saham milik Prajogo Pangestu dan Hapsoro menjadi bintang dengan lonjakan harga yang signifikan. Optimisme menuju level 9.000 masih ada, tetapi dibayangi risiko pasar dan geopolitik.