Ketika Para Raja Teknologi Dunia Duduk Semeja dan Makan Ayam PECAK

Malam itu, Seoul tampak sibuk seperti biasa. Lampu-lampu jalan berkilau, orang-orang bergegas, dan aroma ayam pecak menguar dari sebuah restoran bernama Kkanbu Chicken — tempat sederhana yang tak pernah menyangka akan menjadi saksi salah satu pertemuan paling tidak terduga di dunia bisnis modern.

Di tengah riuh pengunjung, Jensen Huang, pendiri sekaligus CEO Nvidia, masuk ke restoran itu bersama dua nama besar Korea Selatan — Jay Y. Lee, Chairman Samsung Electronics, dan Euisun Chung, pemimpin Hyundai Motor Group.
Tiga tokoh dengan kekayaan miliaran dolar itu duduk di meja kayu biasa, berbagi tawa dan segelas bir dingin seperti sahabat lama.

Tak ada jas mahal, tak ada pembicaraan korporasi kaku. Hanya suara tawa yang pecah di antara piring ayam pecak renyah, cheese balls, dan soju yang mengalir.
Saya suka ayam pecak dan bir bersama teman-teman. Kkanbu tempat yang sempurna, bukan?” kata Huang, tersenyum kepada pengunjung yang tak percaya bahwa mereka sedang makan bersama tiga raksasa teknologi dunia.

Kata “Kkanbu” sendiri punya makna istimewa: dalam bahasa gaul Korea, ia berarti sahabat sejati. Nama itu tiba-tiba terasa begitu tepat malam itu — tiga sahabat dari dunia berbeda, disatukan bukan oleh kontrak bisnis, melainkan oleh rasa kemanusiaan yang hangat dan sederhana.

Mereka bersulang dengan tangan saling terjalin, mengikuti tradisi minum khas Korea yang melambangkan keakraban. Lalu, tanpa basa-basi, Jensen Huang keluar dari restoran, berdiri di trotoar yang padat, dan mulai membagikan ayam pecak serta cheese sticks kepada warga yang berkerumun.
Sayap ayamnya enak banget! Ada yang mau?” serunya sambil tertawa, disambut sorak-sorai riuh.

Suasana mencapai puncak ketika Huang menekan lonceng emas — simbol bahwa ia akan menanggung seluruh tagihan malam itu. Restoran seketika pecah dalam tepuk tangan dan teriakan bahagia.
Namun, seperti dalam kisah sahabat sejati, Jay Y. Lee yang akhirnya membayar seluruh biaya, sementara Euisun Chung menambahkan traktiran untuk putaran berikutnya. Tidak ada kompetisi, hanya saling menghormati.

Di balik tawa itu, dunia sedang menatap ke arah lain — ke KTT APEC di Gyeongju, di mana isu besar tentang chip AI dan masa depan teknologi global sedang dibicarakan. Tapi malam itu, ketiganya memilih jeda: sejenak melupakan tekanan, protokol, dan diplomasi, demi secangkir bir dingin dan hangatnya pertemanan.

Keesokan harinya, Jensen Huang bertemu Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, dan mengumumkan kabar besar: Nvidia akan memasok lebih dari 260.000 GPU untuk memperkuat pengembangan kecerdasan buatan di Korea Selatan — termasuk kerja sama dengan dua rekan minumnya malam sebelumnya, Samsung dan Hyundai.

Malam di Kkanbu Chicken pun menjadi lebih dari sekadar makan malam. Ia berubah menjadi simbol bahwa inovasi dan persahabatan bisa tumbuh dari meja sederhana, di antara tawa, ayam pecak, dan bir dingin.

Karena bahkan di dunia teknologi yang dipenuhi data, algoritma, dan logika dingin, kehangatan manusia tetap menjadi sumber daya paling berharga.