KFC Indonesia Masih Rugi Rp 239,5 Miliar, tapi Mulai Bangkit: Efisiensi Selamatkan FAST dari Jurang Kerugian

Di tengah gempuran persaingan bisnis kuliner dan perubahan gaya hidup masyarakat, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) — pengelola jaringan restoran cepat saji KFC Indonesia — masih harus menelan pil pahit. Hingga kuartal III-2025, perseroan mencatat kerugian bersih sebesar Rp 239,5 miliar.
Meski masih rugi, kabar baiknya, angka tersebut menyusut 57% dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 557 miliar. Dengan kata lain, KFC mulai keluar dari masa gelap setelah dua tahun terakhir berjuang keras melakukan efisiensi di tengah tekanan ekonomi.
Pendapatan Turun Tipis, Tapi Beban Mulai Terkendali
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, pendapatan FAST tercatat Rp 3,56 triliun, turun tipis 0,76% secara tahunan dari Rp 3,59 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, di sisi lain, langkah efisiensi perusahaan mulai menunjukkan hasil. Beban pokok pendapatan turun 4,9% YoY menjadi Rp 1,43 triliun, sehingga laba bruto meningkat menjadi Rp 2,13 triliun.
Beban penjualan dan distribusi juga menyusut dari Rp 2,09 triliun menjadi Rp 1,91 triliun, sedangkan beban administrasi menurun dari Rp 572,03 miliar menjadi Rp 523,51 miliar. Bahkan beban operasional lainnya ikut terpangkas menjadi Rp 31,97 miliar dari sebelumnya Rp 36,95 miliar.
Semua langkah penghematan ini menunjukkan bahwa KFC tidak tinggal diam, melainkan terus beradaptasi agar tetap bisa bertahan di tengah tekanan bisnis yang menantang.
Tutup 20 Gerai dan PHK 1.041 Karyawan
Sebagai bagian dari strategi efisiensi besar-besaran, FAST menutup 20 gerai sepanjang 2025. Jumlah restoran yang beroperasi kini menjadi 695 gerai per 30 September 2025, turun dari 715 gerai pada akhir 2024.
Langkah ini tentu tidak mudah, karena di sisi lain perusahaan juga harus mengurangi 1.041 karyawan, dari sebelumnya 13.106 orang menjadi 12.065 orang.
Meski berat, langkah ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk menyehatkan keuangan perusahaan.
Tanda-Tanda Pemulihan Mulai Terlihat
Meski masih mencatat kerugian, banyak analis melihat langkah efisiensi ini sebagai awal kebangkitan KFC Indonesia. Kerugian yang terus menyusut menunjukkan bahwa strategi penghematan FAST mulai berjalan efektif.
Dengan pengelolaan biaya yang lebih ketat, restrukturisasi operasional, dan adaptasi terhadap tren digital dalam pemesanan makanan, KFC berpotensi kembali mencetak laba pada 2026 jika tren ini terus berlanjut.
“Kita sedang melihat fase transisi dari bertahan menuju pulih,” ujar seorang analis pasar modal, menggambarkan situasi FAST yang kini mulai menunjukkan perbaikan setelah badai panjang di industri makanan cepat saji.
Kerugian memang masih membayangi KFC Indonesia, tetapi tren penurunan yang signifikan menjadi sinyal positif.
Di tengah persaingan ketat dan tekanan biaya operasional, PT Fast Food Indonesia Tbk perlahan bangkit dengan strategi efisiensi dan restrukturisasi bisnis.
Mungkin, tak lama lagi, aroma ayam goreng KFC bukan hanya menggugah selera — tetapi juga menandai kebangkitan finansial perusahaan yang telah puluhan tahun mewarnai pasar kuliner Indonesia.