Kisah Elia Massa Manik, Putra Karo yang Berhasil Menyelamatkan Banyak Perusahaan BUMN

Tidak banyak yang tahu, bahwa salah satu putra terbaik dari Sumatera Utara, khususnya dari tanah Karo pernah menjadi sosok penting di sejumlah perusahaan raksasa milik negara. Namanya Elia Massa Manik, lahir tahun 1965, dan sudah tercatat memimpin perusahaan kelas nasional seperti Elnusa, PTPN III, hingga Pertamina. Tidak sekadar memimpin, tetapi menyelamatkan perusahaan yang berada di ujung kejatuhan.
Menyelamatkan Elnusa dari Nafas Terakhir
Saat pertama kali masuk ke Elnusa tahun 2011, kondisi perusahaan nyaris runtuh. Arus kas minus Rp 200 miliar. Secara logika bisnis, perusahaan itu diprediksi hanya mampu bertahan beberapa bulan lagi.
Namun Elia tidak menyerah. Ia tidak datang dengan pidato panjang, melainkan perubahan nyata: membenahi sumber daya manusia, memilih orang yang benar-benar ahli, dan merombak budaya kerja perusahaan.
Setahun kemudian, keajaiban itu terjadi Elnusa bangkit dan membukukan laba Rp 128 miliar, lalu melesat menjadi Rp 178 miliar sebelum Elia meninggalkan perusahaan. Dari perusahaan yang “sekarat”, menjadi perusahaan yang hidup kembali.
Kuncinya? Bukan sekadar strategi. Bukan sekadar laporan. Tetapi manusia yang menjalankan mesin perusahaan.
Di PTPN III, Ia Merapikan Pondasi dari Akar Rumput
Ketika dipercaya memimpin PTPN III, ia menemukan masalah baru: rendahnya produktivitas kebun dan lemahnya sistem. Elia mulai dari dasar SDM. Ia memilih orang yang benar-benar memahami jiwa perkebunan, menempatkan mereka sebagai manajer kebun, dan memberi tanggung jawab profit & loss pada masing-masing.
Jumlah direksi dipangkas dari lima menjadi tiga, proses dibuat cepat, keputusan dibuat efektif. Hasilnya? Hanya 11 bulan memimpin, PTPN kembali mencatat keuangan positif.
Di Bank BNI, Ia Membentuk Pasukan Khusus Penyelesai Kredit Macet
Saat diberi tanggung jawab di BNI, ia membentuk tim kecil, hanya 12 orang, namun bergerak ke 32 wilayah seluruh Indonesia. Mereka menyelesaikan kredit macet langsung di lapangan cepat, akurat, dan tidak bertele-tele. Itulah gaya kepemimpinan yang selalu dibawanya: kecil tapi efektif, fokus pada eksekusi.
Di Pertamina, Ia Mendorong Standar Tingkat Dunia
Ketika memimpin Pertamina, ia tahu industri migas adalah industri berisiko tinggi. Ia memperkuat budaya HSSE, mengirim direksi belajar langsung ke Exxon dan Saudi Aramco, agar Pertamina memahami bagaimana perusahaan minyak kelas dunia bekerja.
Setiap keputusan yang ia ambil selalu berpusat pada satu hal: kualitas manusia, kecepatan bekerja, dan keberanian untuk mengeksekusi. Elia sering berkata:
“Ide hanya 20 persen. 80 persennya adalah keberanian mengeksekusi.”
Dan ia membuktikannya di setiap perusahaan yang ia pimpin.
Tiga Filosofi Hidup Seorang Pemimpin
Elia selalu membawa tiga prinsip dalam bekerja:
-
Pengetahuan – Tanpa ilmu, tanpa data, kita tidak apa-apa.
-
Kecepatan – Pekerjaan yang bisa selesai hari ini, jangan ditunda besok.
-
Keberanian – Mengambil risiko, mengganti orang yang tidak tepat, dan tidak takut membuat perubahan besar.
Filosofi ini pula yang membuatnya relevan menghadapi dunia digital. Baginya, teknologi membuat segalanya berjalan lebih cepat—dan hanya pemimpin yang berani berubah yang akan bertahan.
Putra Karo yang Jarang Terekspos, Tapi Karyanya Nyata
Nama Elia Massa Manik mungkin tidak selalu muncul di layar televisi, tidak ramai di media sosial, dan tidak sering muncul dalam obrolan politik. Namun di balik layar, ia adalah bukti bahwa putra daerah bisa memimpin perusahaan nasional dan mengubahnya menjadi lebih baik.
Ia bukan hanya menjadi pemimpin. Ia menjadi penyelamat.
Dan kisah seperti ini penting untuk diangkat, agar anak-anak muda Karo tahu bahwa mereka bisa berdiri di panggung nasional, bukan hanya sebagai penonton, tapi sebagai penggerak perubahan.