Komjen Nico Afinta Karokaro: Putra Karo di Kursi Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum RI

Ketika nama Komjen. Nico Afinta Karokaro diumumkan sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum Republik Indonesia pada 24 September 2024, banyak pihak menilai langkah itu sebagai keputusan strategis Presiden Joko Widodo di penghujung masa jabatannya.

Sosok yang lama dikenal di jajaran reserse Polri ini menempati posisi penting setelah mengarungi karier panjang di kepolisian, dari lapangan hingga dunia pendidikan Polri. Namun di balik reputasinya sebagai perwira tinggi yang tegas dan akademis, sedikit orang tahu bahwa Nico adalah putra berdarah Karo, dengan marga Karokaro, yang lahir dan besar di Surabaya.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Nico lahir di Surabaya, 30 April 1971. Masa kecilnya dihabiskan di kota itu, menempuh pendidikan di SD Katholik Indriyasana VII, lalu ke SMP Negeri 1 Surabaya, dan SMA Negeri 2 Surabaya.

Sejak muda, Nico dikenal tekun dan disiplin. Setelah lulus SMA tahun 1989, ia memutuskan untuk masuk Akademi Kepolisian (Akpol), langkah yang mengubah seluruh jalan hidupnya. Ia resmi lulus sebagai Perwira Polri Angkatan 1992 — satu generasi dengan beberapa nama besar yang kini juga memegang jabatan strategis di institusi kepolisian.

Keinginannya untuk terus belajar membuat Nico tidak berhenti di pendidikan dasar kepolisian. Ia kemudian menempuh studi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan meraih gelar Sarjana Hukum pada tahun 2001. Gelar Magister Hukum diselesaikannya di Universitas Padjadjaran (2010), disusul dengan gelar Doktor Hukum dari universitas yang sama enam tahun kemudian.

Ia juga mengikuti berbagai pendidikan pengembangan karier Polri seperti Sespim (2006) dan Sespimti (2016). Jalur akademis yang panjang itu memperkuat citranya sebagai polisi yang bukan hanya lapangan, tapi juga pemikir.

Karier Awal di Kepolisian

Karier Nico dimulai dari bawah. Ia mengawali dinas di Poltabes Semarang sebagai perwira samapta pada 1993, kemudian menjabat sebagai kepala unit setahun kemudian.

Pada 1996, Nico ditugaskan kembali ke Akpol sebagai komandan peleton taruna, lalu naik menjadi komandan kompi setahun berselang. Pada 1999–2000, ia dipercaya mengikuti Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bosnia dan Herzegovina (UNMIBH) — sebuah pengalaman internasional yang jarang didapat perwira muda kala itu.

Sekembalinya ke tanah air, ia meniti karier di satuan reserse. Dari Kapolsek Metro Ciputat, kemudian Kanit Ekonomi Ditreskrim Polda Jawa Tengah, hingga sejumlah jabatan penting di Polda Metro Jaya. Di sinilah Nico mulai dikenal luas sebagai perwira reserse yang tangguh dan tenang.

Namanya sempat mencuat ke publik pada 2008 saat menjadi salah satu penyidik dalam kasus besar Antasari Azhar — peristiwa yang kala itu menarik perhatian nasional.

Meniti Jabatan Strategis

Memasuki dekade 2010-an, karier Nico melaju cepat. Ia dipercaya menjadi Kapolrestabes Medan (2013–2015), kemudian Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, dan selanjutnya Direktur Reserse Kriminal Umum (2017).

Pada 2018, ia dipromosikan ke Bareskrim Polri sebagai Kepala Biro Operasional, lalu menjadi Direktur Tindak Pidana Umum. Dari sana, ia terus bergerak naik — menjadi Staf Ahli Sosial Politik Kapolri, kemudian Kapolda Kalimantan Selatan (2020), dan beberapa bulan kemudian dipercaya menjadi Kapolda Jawa Timur (2020–2022).

Masa jabatannya di Jawa Timur tak lepas dari ujian besar. Tragedi Stadion Kanjuruhan pada Oktober 2022 menjadi titik krusial dalam kariernya. Namun, setelah masa penyelidikan dan evaluasi, Nico tetap dipercaya mengemban tanggung jawab penting di lembaga pendidikan Polri sebagai Ketua STIK Lemdiklat Polri (2023–2024).

Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum RI

Pada 24 September 2024, Nico Afinta resmi dilantik sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum — jabatan tinggi di luar struktur Polri. Posisi ini sebelumnya dipegang oleh Andap Budhi Revianto.
Penunjukan ini menandai fase baru perjalanan kariernya: dari dunia penegakan hukum di lapangan, ke dunia administrasi kebijakan dan birokrasi nasional.

Sebagai Sekjen, Nico dikenal berupaya membangun tata kelola lembaga yang efisien, berintegritas, dan modern. Ia juga mendorong sinergi antara lembaga penegak hukum agar kebijakan hukum berjalan selaras dengan reformasi birokrasi.

Tanda Jasa dan Penghargaan

Sepanjang kariernya, Nico menerima sejumlah tanda jasa kehormatan, antara lain:

  • Bintang Bhayangkara Pratama (2021)

  • Bintang Bhayangkara Nararya

  • Satyalancana Pengabdian 8, 16, dan 24 Tahun

  • Satyalancana Dharma Nusa & Bhakti Pendidikan

  • Medali UNMIBH (Bosnia, 2000)


Figur Intelektual Berdarah Karo

Di balik sosoknya yang dikenal tegas, Nico juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati. Ia sering menekankan pentingnya pendidikan, disiplin, dan moral dalam membentuk karakter anggota Polri.

Sebagai putra berdarah Karo bermarga Karokaro, ia menjadi contoh nyata kontribusi masyarakat Karo dalam dunia pemerintahan nasional. Kiprahnya di Polri hingga Kemenkum menegaskan bahwa etos kerja keras dan loyalitas tetap menjadi kunci keberhasilan di lembaga mana pun.

Dari Bosnia hingga Kemenkum, dari reserse hingga ruang birokrasi, perjalanan Komjen. Nico Afinta Karokaro menggambarkan satu hal: integritas dan konsistensi akan selalu menemukan jalannya. Ia bukan hanya polisi karier — ia adalah simbol perubahan generasi baru penegak hukum yang mengutamakan ilmu, moral, dan pelayanan publik.