Mengungkap Jejak Si Pitu Kuta, Mitos Karo yang Terhubung ke Kerajaan Barus, Deli, dan Gunung Sibuaten

Desa Sigaranggarang dengan bangunan tradisional Karo dengan latar belakang Gunung Sinabung Tahun 1914

Mitos tentang asal-usul Si Pitu Kuta merupakan salah satu cerita penting dalam sejarah masyarakat Karo. Kisah ini menyebutkan sejumlah lokasi seperti Ajinembah, Gunung Sibuaten, Raya, Si Pitu Kuta, hingga Barus Jahe. Menariknya, seluruh lokasi tersebut masih ada hingga saat ini dan masih dikenal oleh masyarakat Karo. 

Dengan memahami posisi geografisnya, mitos ini menjadi lebih mudah dipahami dalam konteks sejarah dan perkembangan budaya Karo.

Ajinembah, Salah Satu Desa Tua di Tanah Karo

Ajinembah adalah salah satu desa (kuta) yang berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Secara tradisional, struktur desa Karo terdiri dari area inti yang disebut rumah kuta, yaitu ruang adat yang berisi:

  • Rumah adat (rumah tradisional Karo)

  • Lumbung padi (sapo page)

  • Rumah tulang atau geriten

  • Jambur sebagai tempat kegiatan komunal dan tidur pemuda

  • Tempat menumbuk padi (lesung)

Area ini biasanya dikelilingi pagar bambu sebagai pembatas antara kawasan adat dan ruang permukiman umum.

Rumah adat Karo sendiri memiliki sistem ruang yang disebut jabu, yang dihuni oleh beberapa keluarga. Jumlah jabu dapat berbeda-beda: 4, 6, 8, 12, 16 hingga 24 bagian. Sistem ini mencerminkan struktur sosial, kekerabatan, dan adat istiadat masyarakat Karo.

Si Pitu Kuta, Struktur Urung dalam Adat Karo

Pada masa kolonial, Ajinembah menjadi pusat dari Urung Si Pitu Kuta Ajinembah. Dalam tradisi Karo, urung merupakan wilayah adat yang didirikan oleh sebuah marga dan terdiri dari beberapa desa.

Dalam perkembangannya, Si Pitu Kuta kemudian diketahui tidak hanya mencakup satu urung, melainkan mencakup tiga wilayah urung berbeda:

Urung Pendiri Desa Pusat
Si Pitu Kuta Barus Jahe Marga Barus Barus Jahe
Si Pitu Kuta Tongging Marga Munte Tongging Tongging
Si Pitu Kuta Ajinembah Marga Munte Ajinembah Ajinembah

Dalam mitos, Ajinembah disebut sebagai pusat utama. Setelah terjadi kekacauan di Rumah Tujuh Ruang, sebagian wilayah diberikan untuk didirikan sebagai domain baru, yaitu Sibayak Barus Jahe.

Sibayak Barus Jahe dan Struktur Kepemimpinan Adat

Dalam tradisi Karo, sibayak adalah wilayah yang membawahi beberapa urung, dan pemimpinnya juga disebut sibayak. Dengan demikian, istilah Sibayak Barus Jahe dapat merujuk pada wilayah maupun pemimpinnya.

Hal yang menarik dalam mitos adalah pemberian gelar sibayak kepada Sibayak Ajinembah, meskipun wilayah Ajinembah secara historis belum pernah tercatat sebagai wilayah sibayak. Hal ini menunjukkan posisi istimewa Si Pitu Kuta dalam struktur adat dan sejarah masyarakat Karo.

Hubungan Adat Karo dan Simalungun

Mitos ini juga menceritakan perpindahan Raja Sori dari Ajinembah ke Raya setelah ritual penyembelihan kerbau Nanggalutu. Peristiwa ini dianggap sebagai awal mula berdirinya merga Seragih di wilayah nagori Raya, menggantikan kekuasaan marga Purba.

Istilah nagori dalam adat Simalungun memiliki kesetaraan fungsi dengan istilah urung dalam adat Karo. Hubungan ini menunjukkan adanya interaksi sejarah, migrasi, dan ikatan pernikahan antar kedua suku.

Gunung Sibuaten, Penanda Kosmologi dan Pertanian Karo

Gunung Sibuaten adalah gunung tertinggi di wilayah Tanah Karo dan terletak tidak jauh dari Ajinembah. Dalam mitos, puncak gunung ini menjadi tempat tinggal Raja Umang dan Beru Buaten.

Gunung ini juga memiliki peran penting dalam ritual pertanian masyarakat Karo, terutama dalam penghormatan terhadap roh padi Beru Dayang. Arah penempatan sesajen yang menghadap Gunung Sibuaten menunjukkan peran gunung ini sebagai pusat orientasi spiritual dan kosmologi Karo.

Jejak Sejarah hingga Sumatra Timur dan Barat

Mitos Si Pitu Kuta juga mengaitkan asal-usul merga Barus dengan tokoh Sibayak Barus Jahe, yang diyakini berasal dari Kerajaan Barus di pesisir barat Sumatra wilayah yang terkenal sebagai pusat perdagangan kapur barus sejak abad ke-8.

Pengaruh kekuasaan Sibayak Barus Jahe meluas hingga ke Urung Sinembah di Deli Hulu, wilayah Kesultanan Melayu Deli. Koneksi ini memperlihatkan jejak hubungan dagang, politik, dan budaya yang menghubungkan masyarakat Karo dengan jaringan pelabuhan penting seperti Barus dan Deli, terutama pada era perdagangan kapur barus dan lada.

Mitos Si Pitu Kuta bukan hanya cerita rakyat, tetapi juga sumber penting untuk memahami sejarah, migrasi, struktur adat, serta hubungan antar wilayah Sumatra bagian utara. Melalui tempat-tempat yang masih eksis hingga kini, identitas budaya Karo dapat ditelusuri kembali melalui jejak geografis dan simbolisme dalam mitos ini.