Pergerakan Saham CBRE Melemah, Tekanan Jual Tinggi di Pasar

Kinerja saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) kembali berada di zona merah. Pada sesi pertama perdagangan Jumat (14/11/2025) sekitar pukul 09.25 WIB, harga saham perusahaan pelayaran ini turun 3,03% ke level Rp 1.120 per saham.
Volume transaksi mencapai 14,62 juta lembar dengan frekuensi 4.109 kali dan nilai perdagangan Rp 16,51 miliar. Tekanan jual mendominasi, tercermin dari data Stockbit Sekuritas yang mencatat net sell sebesar Rp 4,1 miliar.
Sepanjang pekan berjalan, saham yang masuk dalam portofolio Andry Hakim tersebut lebih sering melemah dan terkoreksi sekitar 11%. Investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 11,61 miliar pada periode 7–11 November 2025.
Pergerakan Berbalik Arah Setelah Sempat Meroket
CBRE sebelumnya sempat mencatat lonjakan harga hingga menyentuh Rp 1.800 pada penutupan 8 Oktober 2025. Meski belakangan terkoreksi, secara year-to-date (ytd) saham ini masih mencatat kenaikan tinggi, yakni sekitar 5.700% dari harga awal Rp 19.
Respons Perusahaan Terkait Kontrak Hilong 106
Manajemen CBRE telah mengklarifikasi isu mengenai kontrak sewa kapal Hilong 106 melalui keterbukaan informasi No. Ref: 0075/CS-CBRE/JKT/XI/2025 tanggal 5 November 2025. Perusahaan menegaskan bahwa kerja sama tersebut dilakukan eksklusif dengan PT Gunanusa Utama Fabricators (GUF). Kontrak sewa kapal berlangsung selama delapan tahun dengan nilai sekitar Rp 4,3 triliun.
Dalam kolaborasi ini, CBRE berperan sebagai subkontraktor untuk mendukung rangkaian proyek engineering, procurement, construction, and installation (EPCI) milik GUF, baik di Indonesia maupun luar negeri. Kapal yang digunakan merupakan offshore support vessel tipe pipe laying & lifting vessel, yang berfungsi mendukung operasi bawah laut, pengangkatan beban berat, hingga pemasangan pipa di laut dalam.
Pihak perusahaan menyebut kontrak ini memberikan dampak positif terhadap operasional, terutama dengan meningkatnya utilisasi armada, bertambahnya basis pelanggan di sektor migas, dan menguatnya posisi CBRE di industri layanan maritim.
Persiapan Rights Issue dan Masuknya Investor Strategis
Direktur Utama CBRE, Suminto, menjelaskan bahwa kontrak besar dengan GUF menjadi momentum penting bagi transformasi perusahaan. CBRE juga sedang menyiapkan aksi korporasi berupa rights issue guna memperkuat modal. Dua calon investor strategis dari sektor EPCI serta T&I (transportation & installation) telah masuk dalam rencana kemitraan.
RUPSLB dijadwalkan berlangsung pada 18 Desember 2025 untuk meminta persetujuan pemegang saham atas rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD). Pemanggilan RUPSLB dilakukan pada 25 November 2025, dengan daftar pemegang saham yang berhak hadir merujuk pada penutupan perdagangan 24 November 2025.
Dalam skema PMHMETD tersebut, pemegang promissory note (PN) memiliki opsi untuk mengonversi pinjaman menjadi saham. Daftar pemegang PN meliputi:
-
Hilong Shipping Holding Limited – USD 25 juta
-
Yafin Tandiono Tan – USD 11 juta
-
PT Saga Investama Sedaya – USD 12,5 juta
-
PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) – USD 6,5 juta
Jika seluruh opsi konversi dilaksanakan, Hilong Shipping Holding Limited dan konsorsium Yafin Tandiono Tan akan resmi menjadi pemegang saham dan investor strategis CBRE.
Fokus Perusahaan ke Bisnis Perkapalan Global
Manajemen menegaskan bahwa langkah rights issue dan konversi PN bertujuan memperkuat struktur permodalan, memperbaiki kinerja keuangan, serta membuka pintu bagi mitra strategis untuk mendukung ekspansi CBRE. Ke depan, perusahaan menargetkan untuk lebih agresif sebagai pemain global di sektor perkapalan dan layanan pendukung industri energi.