Adri Istambul Lingga Gayo: Antara Warisan Sibayak dan Kepemimpinan Modern

Di tengah derasnya arus modernisasi, tak banyak anak muda yang mampu menjaga keseimbangan antara mengejar mimpi besar dan tetap menjejak kuat pada akar budayanya. Namun, sosok Adri Istambul Lingga Gayo Sinulingga, S.E., M.M., memberikan contoh nyata bahwa identitas budaya bukanlah beban, melainkan kekuatan.

Lahir di Tiga Binanga, Tanah Karo, Adri tumbuh dengan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari para orang tua dan leluhurnya—nilai kerja keras, keberanian mengambil keputusan, serta keinginan untuk terus belajar. Nilai-nilai itulah yang membentuk pribadi seorang lelaki yang kini menjabat direktur pengembangan PT Podo Joyo Masyhur & Group dan memimpin berbagai perusahaan real estate di Indonesia.

Di balik semua pencapaiannya, ada filosofi sederhana namun kuat yang selalu ia pegang:

“Set up your new standard everyday. Kerjakanlah dengan cara-cara luar biasa, maka hasilnya pasti luar biasa.”

Perjalanan Panjang dari Karyawan Biasa ke Kursi Direktur

Tidak ada kesuksesan yang datang tanpa proses. Begitu pula dengan Adri.

Saat masih duduk di bangku kuliah, ia bukan seseorang yang disiapkan oleh keadaan untuk menjadi direktur. Ia memulai dari bawah menjadi pengurus koperasi mahasiswa, lalu terjun ke dunia wirausaha, mencoba jatuh bangun bisnis, hingga akhirnya mampu mendirikan perusahaan sendiri.

Perjalanannya membuktikan bahwa jabatan dan pencapaian bukanlah hadiah, melainkan buah dari perjalanan panjang yang penuh keberanian dan ketekunan.

Ksatria Airlangga: Jejak Studi yang Mengubah Arah Hidup

Pada tahun 2019, Adri memasuki Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR), mengambil Magister Manajemen. Bagi Adri, kuliah bukan sekadar menyelesaikan akademik, melainkan membangun jembatan masa depan.

“UNAIR itu bukan hanya kampus. Itu networking. Itu branding. Itu tempat di mana saya menata ulang arah hidup,” ungkapnya.

Ia mengakui bahwa kualitas UNAIR, dosen-dosennya, serta jaringan alumninya berperan besar dalam membangun kapasitas dirinya sebagai pemimpin perusahaan.

Dosen-dosen seperti Prof. Dian, Dr. Gancar, Dr. Masmira, Prof. Sri, dan Prof. Badri adalah figur-figur yang ia hormati. Transfer knowledge yang diberikan membuat Adri merasa belajar bukan dari buku semata, melainkan dari pengalaman nyata yang telah teruji global.

Mimpi Masa Kecil yang Tetap Menyala

Ada kisah menarik yang selalu ia ceritakan dengan mata berbinar. Sejak SMP, Adri sudah menulis mimpinya:

menjadi Presiden Republik Indonesia.

Targetnya jelas: usia 43 tahun.

Takdir membawa kisah lain. Pada usia 43, ia memang tidak duduk di Istana Negara tetapi ia menjadi Presiden Direktur. Mimpinya tidak mati, hanya mengambil wujud lain. Dan hingga kini, semangat itu masih menyala dalam dadanya.

“Cita-cita saya jadi Presiden Republik Indonesia sampai hari ini tetap membara. Entah kapan itu terjawab.”

Tidak Pernah Berhenti Belajar

Adri memiliki satu prinsip yang tidak pernah berubah: belajar adalah bagian dari hidup. Ia bahkan menyebut kuliah pascasarjananya sebagai bentuk “balas dendam positif” setelah sebelumnya tidak menyelesaikan studi hukum di UNAIR pada 2001.

Meski sudah berpengalaman lebih dari 24 tahun di organisasi Real Estate Indonesia, menjadi pembicara seminar, melakukan perlindungan anggota, dan menjadi dosen tamu di Mini MBA Real Estate CSEL UI selama 10 tahun, Adri tetap merasa bahwa belajar adalah kewajiban.

“Seberapapun umur kita, belajar itu harus. Tidak ada kata berhenti.”

Menjaga Warisan: Bawar, Bendera Linge, dan Darah Sibayak Lingga

Salah satu sisi Adri yang jarang diketahui publik adalah kecintaannya pada identitas dan sejarah leluhur. Ia merupakan bagian dari keturunan Sibayak Lingga, salah satu garis bangsawan yang memiliki peran besar dalam sejarah Karo dan Gayo.

Dalam sebuah kesempatan, Adri menunjukkan foto Bawar—sejenis pedang pusaka, dan foto bendera Kerajaan Linge yang dahulu dibawa ke Tanah Karo oleh Sibayak Lingga.

Namun, ia menjelaskan kondisi pusaka itu dengan penuh kejujuran:

“Maaf kami tidak dapat membawa aslinya, sebab kondisi bendera dan bawar Kerajaan Linge saat ini sudah lapuk dimakan usia. Dahulunya bawar ini memiliki permata, namun kakek saya mencopot dan menjualnya. Itu sebabnya tidak ada lagi permata di gagangnya.”

Ungkapan sederhana, namun mencerminkan sebuah sikap jujur dan penghormatan pada sejarah.

Karo dan Gayo: Dua Suku, Satu Ikatan Sejarah

Adri juga menjelaskan hubungan emosional dan historis antara Karo dan Gayo hubungan yang terjalin jauh sebelum masa kolonial.

Menurutnya, renggangnya hubungan dua suku ini adalah akibat politik pecah-belah Belanda. Padahal sebelumnya, kedua suku ini saling berinteraksi, berkeluarga, dan memiliki kedekatan budaya.

Ia juga meyakini bahwa suku Gayo berasal dari ras Austronesia, yakni campuran bangsa-bangsa dari daratan Eropa dan Asia yang datang dalam gelombang awal migrasi ke Nusantara. Pemahaman ini bukan sekadar teori, tetapi bagian dari narasi panjang yang diyakini dalam tradisi lisan dan sejarah lokal.

Pesan untuk Generasi Muda

Di akhir setiap ceritanya, Adri selalu menekankan satu hal:

Belajarlah tanpa henti. Tekunlah. Kerjakan apa pun dengan sungguh-sungguh.

Ilmu tanpa implementasi tidaklah berarti. Ilmu tanpa kerja keras tidak akan mengubah hidup.

Putra Karo yang Berlari Maju Tanpa Melupakan Akar

Adri Istambul Lingga Gayo adalah gambaran seorang anak Karo yang tidak hanya mengejar mimpi setinggi langit, tetapi juga memelihara warisan leluhur dengan penuh kehormatan. Ia menjadi contoh bahwa modernitas tidak harus memutus akar budaya, bahkan justru dapat memperkuat fondasi seorang pemimpin.

Dari Tiga Binanga, ia melangkah jauh. Dari mimpi kecilnya menjadi presiden, ia kini menjadi pemimpin perusahaan besar. Dari seorang mahasiswa aktif, ia tumbuh menjadi tokoh yang dihormati dalam dunia real estate nasional.

Dan kisahnya belum selesai. Sebab semangatnya masih menyala.

“Tidak ada kata berhenti untuk belajar.”

Kisah Adri bukan sekadar cerita sukses, ini adalah pengingat bahwa mimpi besar, budaya kuat, dan kerja keras adalah kombinasi paling mematikan untuk meraih masa depan.