Benarkah Ada Merga Tertua di Karo?

Banyak orang masih beranggapan
bahwa salah satu merga adalah merga tertua di antara merga-merga Karo.
Sekilas terdengar masuk akal, tapi sebenarnya pemikiran ini terjebak pada logika yang keliru.

jika benar ada satu merga tertua,
artinya pernah ada - masa di Taneh Karo, yang hanya dihuni oleh satu merga saja.

Pertanyaannya sederhana:
dengan siapa mereka kawin?

Jika kawin sesama merga,
maka merga dan nama merga tidak lagi relevan.
Merga hanya punya makna
ketika ada merga lain yang berhubungan dengannya.

Artinya?
Tidak pernah ada satu merga tertua.

seluruh merga Karo dihimpun ke dalam lima kategori sosial:
Karo-karo, Ginting, Perangin-angin, Sembiring, dan Tarigan.

Dari kelimanya,
hanya Tarigan yang memiliki padanan di luar Karo,
yakni Trigan pada masyarakat Aceh Singkel.
Empat lainnya tidak memiliki legenda yang berasal dari luar Taneh Karo.

Namun masih banyak tulisan, yang menyebut merga-merga lain sebagai “cabang” dari salah satu Merga SiLima.

Di sinilah masalahnya.

Istilah cabang berasal dari tak-sonomi tumbuhan, seperti : batang, cabang atau ranting.
Pertanyaannya:
di mana buktinya Sinulingga, Purba, Barus, atau Sinuraya
“tumbuh” dari Karo-karo?

Dalam kajian akademik,
yang dikenal adalah istilah clan, subclan, bukan hubungan biologis satu arah, seperti batang atau cabang.

Kesimpulannya jelas:
Tidak ada satu pun merga Karo yang menurunkan merga lain.
Kelima Merga Silima bukan leluhur biologis,
melainkan kategori sosial
yang menyatukan keberagaman merga Karo.

Memahami ini penting
agar kita tidak mewarisi asumsi keliru
tentang identitas dan sejarah Karo.