Posisi Merga Si Lima dalam Tatanan Sosial Suku Karo: Membongkar Miskonsepsi yang Sudah Terlanjur Mengakar

Dalam struktur sosial Suku Karo, Merga Si Lima sering dianggap sebagai lima “induk merga” yang menjadi dasar garis keturunan masyarakat Karo. Kelima merga itu Ginting, Karo-karo, Perangin-angin, Sembiring, dan Tarigan sudah lama dikenal, digunakan, dan diwariskan sebagai identitas patrilineal masyarakat Karo.

Namun, pemahaman yang umumnya beredar di masyarakat sesungguhnya terlalu disederhanakan—bahkan mengarah pada miskonsepsi sejarah dan asal usul merga itu sendiri.

Tulisan ini mengupas ulang posisi Merga Si Lima dalam struktur sosial Karo, serta menjelaskan mengapa merga-merga yang berada di bawahnya tidak semuanya satu nenek moyang seperti yang sering diasumsikan.

Merga Si Lima Bukan “Induk Leluhur” dari Semua Merganya

Karena lima merga besar ini dipakai sebagai nama belakang (misalnya Karo-karo, Sembiring, atau Ginting), banyak orang menyimpulkan bahwa:

“Semua merga bagian (sub-merga) adalah keturunan langsung dari salah satu Merga Si Lima.”

Ini jauh dari akurat.

Memang benar bahwa seseorang yang bermarga Munte, Suka, atau Jadibata pasti bagian dari Ginting. Namun mayoritas orang Ginting memilih tetap menggunakan Ginting sebagai nama belakang, bukan nama sub-merganya.

Sebaliknya, untuk merga Karo-karo, penggunaan sub-merga justru lebih dominan:

  • Purba

  • Sinulingga

  • Barus

  • Sitepu

Hanya sebagian kecil saja yang memakai nama belakang “Karo-karo”.

Contoh:

  • Koran Karo-karo (pejuang 45)

  • Prof. Dr. Santoso Karo-karo (putra Koran Karo-karo)

  • Iwan Karo-karo (eks-pemain PSMS)

Fenomena ini membuat banyak orang tidak sadar bahwa mereka diam-diam menganggap Merga Si Lima sebagai garis keturunan biologis. Padahal kenyataannya berbeda.

Sub-merga Tidak Berasal dari Leluhur yang Sama

Kalau identitas merga kita “dikorek” sedikit saja, maka terlihat jelas bahwa sub-merga yang berada di bawah Merga Si Lima tidaklah punya asal-usul tunggal.

Contoh jelas:

Sub-merga Tarigan

  • Sibero

  • Silangit

  • Bondong

Tiga-tiganya berbeda asal usul, meski semuanya adalah Tarigan.

Sub-merga Perangin-angin

  • Bangun

  • Singarimbun

  • Keliat

  • Pinem

  • Sebayang

  • Kutabuluh

Mereka juga berasal dari nenek moyang berbeda, walaupun sama-sama bagian dari Perangin-angin.

Jadi, Merga Si Lima lebih tepat dipahami sebagai kategori sosial, bukan garis keturunan biologis tunggal seperti marga dalam sistem Batak Toba.

Masalah “Asumsi Implisit”: Semua Sembiring Itu Hitam?

Setelah fakta-fakta ini dijelaskan, banyak orang mengaku sebenarnya sudah tahu. Tapi sesungguhnya, tanpa disadari, sebagian masyarakat masih menganggap bahwa:

“Colia, Brahmana, Pandia adalah keturunan Sembiring karena mereka dari India Selatan yang berkulit hitam.”

Ini contoh nyata dari implisit bias.

Padahal:

  • Sembiring sebenarnya berasal dari ucapan “Sempiring”,

  • Urung-urung Sembiring baik dari Seberaya maupun Delitua memakai gelar Suka Piring,

  • Tidak semuanya memiliki jejak genealogis dari India Selatan.

Pelurusan seperti ini penting untuk meruntuhkan mitos yang terlanjur hidup dalam masyarakat.

Fenomena Cocokologi: Menyamakan Marga Tanpa Dasar Empiris

Begitu ditemukan nama merga Karo pada suku lain, misalnya Purba di Simalungun atau Batak Toba—orang-orang yang gemar cocokologi langsung menghubungkannya sebagai satu garis keturunan.

Padahal:

  • Tidak ada bukti genealogis,

  • Tidak ada catatan sejarah yang mengonfirmasi,

  • Tidak ada penelitian antropologis yang mendukungnya.

Lalu bagaimana dengan nama seperti Purba Lingga di Jawa?
Apakah itu gabungan merga Purba dan Lingga?

Jawabannya: Tidak sesederhana itu. Tanpa riset empiris, klaim seperti ini hanya jadi cocokologi liar semata.

Mengapa Merga Si Lima Tidak Ditemukan di Suku Lain?

Dari lima merga besar Karo, hanya Tarigan yang punya padanan di luar Karo—yakni Trigan pada masyarakat Singkel (Aceh).

Penulis pernah bertemu langsung dengan seseorang bermarga Trigan di Manduamas, Aceh Singkel. Percakapan terjadi dalam bahasa masing-masing, dia berbahasa Singkel, penulis berbahasa Karo dan keduanya saling mengerti dengan sangat jelas. Mirip seperti ketika berbicara dengan orang Alas.

Tapi selain Tarigan, empat merga lainnya:

  • Ginting

  • Karo-karo

  • Perangin-angin

  • Sembiring

Tidak ditemukan padanannya di luar Suku Karo.

Namun tetap saja ada pihak yang berusaha “memasukkan” Merga Si Lima ke dalam genealogi Siraja Batak, sebuah konstruksi kolonial lama yang dipaksakan oleh misionaris dan peneliti Belanda.