Publik Ramai Pertanyakan Keterkaitan Isu Kebakaran Terra Drone dan Banjir Sumatera, Pakar Ingatkan Jangan Tarik Kesimpulan Prematur

dok. yt sripoku tv

Peristiwa kebakaran Gedung Terra Drone di Kemayoran, Jakarta Pusat, yang menewaskan 22 orang pada 9 Desember 2025, terus menyedot perhatian publik. Selain duka mendalam atas banyaknya korban jiwa, warganet juga ramai mengaitkan insiden ini dengan isu lingkungan, terutama banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera dalam beberapa pekan terakhir.

Diskusi tersebut mencuat setelah beredarnya unggahan di media sosial, termasuk sebuah video di Instagram, yang menyoroti rekam jejak Terra Drone Indonesia dalam pemetaan dan pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit di Sumatera beberapa tahun terakhir.

Isu Publik: “Ada yang terasa janggal?”

Meski belum ada bukti ataupun keterangan resmi yang menghubungkan kebakaran dengan isu sawit maupun banjir, sejumlah netizen menganggap momen kejadian ini “terlampau bertepatan” dengan meningkatnya pemberitaan mengenai kondisi lingkungan di Sumatera. Di berbagai platform media sosial, warganet ramai-ramai mempertanyakan apakah ada faktor lain di balik peristiwa tersebut.

Beberapa komentar netizen menyinggung kemungkinan adanya “kejanggalan”, namun komentar tersebut umumnya bersifat spekulatif dan tidak berbasis data. Banyak pula yang mengajak publik untuk tetap kritis sambil menunggu hasil investigasi resmi.

Terra Drone dan Pemetaan Sawit di Sumatera

Terra Drone Indonesia diketahui pernah terlibat dalam sejumlah proyek pemetaan perkebunan kelapa sawit, termasuk studi bersama dengan International Finance Corporation (IFC) pada 2021 di Riau. Aktivitas pemetaan ini berfokus pada pertanian presisi, bukan pengelolaan langsung terhadap lahan sawit.

Namun riwayat kerja perusahaan tersebut membuat sebagian masyarakat mencoba menghubungkan kebakaran dengan isu tata kelola lahan yang kini kembali ramai dibahas seiring banjir yang meluas di Sumatera.

Pengamat: “Boleh kritis, tapi jangan lompat kesimpulan”

Sejumlah pakar kebijakan publik mengingatkan bahwa keterkaitan antara dua peristiwa tersebut tidak bisa diasumsikan begitu saja. Menurut para analis, banjir di Sumatera adalah fenomena yang dipengaruhi banyak faktor, antara lain:

  • curah hujan ekstrem,

  • tata ruang daerah aliran sungai,

  • perubahan penggunaan lahan,

  • dan sistem drainase yang belum optimal.

“Menarik garis langsung antara kebakaran gedung di Jakarta dan banjir di Sumatera tanpa data adalah langkah yang terlalu jauh,” ujar seorang analis kebijakan lingkungan. “Tetapi suara publik yang mempertanyakan sesuatu adalah hal wajar, karena mereka ingin transparansi dan penjelasan yang lebih terbuka.”

Investigasi Resmi Tetap Menjadi Pegangan Utama

Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan penyebab kebakaran. Belum ada keterangan yang mengarah pada sabotase, kelalaian spesifik, atau hubungan dengan industri lainnya. Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan dugaan tak berdasar yang dapat memperkeruh situasi.

Opini Publik Menggambarkan Minimnya Kepercayaan

Hingar bingar isu ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat merasa ada banyak hal yang tidak transparan dalam isu lingkungan dan tata kelola lahan. Kebakaran berskala besar yang terjadi pada perusahaan berbasis teknologi membuat publik semakin sensitif dan cepat merespon.

Namun demikian, para ahli menegaskan kembali bahwa segala dugaan harus menunggu bukti.

 Isu Mengalir, Fakta Menunggu

Publik boleh saja bertanya, mempertanyakan, dan mengkritisi. Namun hingga kini, tidak ada bukti atau pernyataan resmi yang menunjukkan hubungan antara kebakaran Gedung Terra Drone dengan banjir di Sumatera. Penanganan korban dan investigasi yang transparan menjadi fokus utama.

Sementara itu, diskursus di ruang digital terus berkembang, menandai bahwa masyarakat semakin waspada dan menanti penjelasan komprehensif dari pihak berwenang.