Selamat Jalan Juara R. Ginting — Sang Penjaga Ingatan Kinikaron

Mejuah-juah.

Kabar duka itu datang seperti angin yang menembus sunyi, Juara Rimanta Ginting Munte seorang antropolog, budayawan, aktivis kemanusiaan, seniman, dan guru bagi generasi muda Karo, telah berpulang. Kepergiannya bukan hanya kehilangan bagi keluarga dan kerabat dekat, tetapi juga bagi dunia Kinikaron ruang pengetahuan yang beliau jaga seumur hidupnya. Ia mengabdikan puluhan tahun untuk merekam, meneliti, menafsir, dan memperkenalkan budaya Karo kepada dunia.

Bagi banyak orang, terutama generasi intelektual muda Karo, Juara R Ginting bukan sekadar seorang tokoh. Ia adalah Guru, tempat bertanya, tempat bertukar pikiran, sekaligus sahabat yang tak lelah membimbing. Bagi banyak orang yang telah berkomunikasi dengannya, ia adalah sosok yang setiap harinya hadir sebagai mitra diskusi, pemberi semangat, dan penjaga nyala pengetahuan yang tak pernah padam.

Hari ini, kita melepas beliau dengan penuh hormat, bangga, dan rasa kehilangan yang mendalam.

Tokoh Multidimensi yang Hidup untuk Pengetahuan

Sulit untuk menyebut satu profesi saja yang menggambarkan siapa Juara R Ginting. Ia adalah:

  • Antropolog strukturalis lulusan Universitas Leiden, Belanda,

  • Etnobotanikus yang menguasai ratusan ramuan herbal Karo,

  • Sejarawan dan peneliti lapangan,

  • Penulis produktif sejak era 1980-an,

  • Sutradara pertunjukan seni,

  • Wartawan dan pengelola media,

  • Pendamping masyarakat dalam isu kemanusiaan dan kebudayaan,

  • Sekaligus guru/dosen yang disegani di berbagai universitas, termasuk USU dan institusi-institusi Eropa. Dll

Kemampuannya menjelajah berbagai disiplin pengetahuan membuatnya menjadi sosok yang jarang dimiliki suatu komunitas. Bagi Juara R Ginting, pengetahuan bukan sesuatu yang disimpan di ruang kelas, tetapi dijalani, dirawat, dan dibagikan.

Ia percaya bahwa kebudayaan tidak hanya dipelajari, tetapi juga dihidupkan kembali dalam panggung seni, tulisan, diskusi, dan kerja lapangan.

Akar Perjuangan: Dari Karo ke Belanda

Sejak masa mudanya sebagai mahasiswa di Medan, Juara R Ginting sudah rajin menulis ke berbagai media cetak. Ia mengirim artikel tentang sejarah Lapangan Merdeka, Pasar/Pajak Sentral, tumbuhan obat-obatan, kampung-kampung Karo, dan fenomena sosial yang ia temui. Ia juga menjadi pemandu wisatawan asing dan pendamping peneliti dari Amerika, Jerman, hingga Belanda sebuah langkah awal yang mengarahkannya menjadi akademisi.

Perjumpaannya dengan dunia internasional membawanya lebih jauh, melanjutkan S2 dan S3 di Belanda kemudian bermukim di sana. Namun meskipun tinggal jauh dari tanah asal, hatinya tak sedetikpun lupa akan Karo. Ia menjembatani dua dunia Eropa dan Taneh Karo dengan caranya sendiri melalui penelitian, seni pertunjukan, tulisan, dan kerja-kerja media.

Melalui Sanggar Sirulo dan media Sora Sirulo, ia menyebarkan berita, wawasan, analisis, dan cerita-cerita kampung kepada audiens global. Ia membuktikan bahwa berita dari kampung kecil pun bisa menjadi kabar penting bagi dunia, jika ditulis dengan nilai.

Sanggar Sirulo: Panggung yang Menghidupkan Karo yang Lama

Salah satu kontribusi terbesar Juara R Ginting adalah kerja panjangnya melalui Sanggar Sirulo. Bersama rekan-rekannya, ia mendirikan ruang seni ini sebagai tempat belajar, berkarya, sekaligus melestarikan seni Karo. Mereka tidak hanya menari atau menyanyi, mereka menghadirkan kembali Karo yang dulu, lengkap dengan ritual, pakaian, musik, mitologi, dan nilai-nilainya.

Sanggar ini pernah berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya, memperkenalkan kembali seni pertunjukan Karo yang mulai tergerus modernitas. Mereka tampil dalam panggung lokal hingga internasional termasuk pentas di Belanda.

Dalam seni pertunjukan, Juara R Ginting adalah maestro. Ia bukan hanya seorang sutradara, tetapi juga seorang pemikir yang melihat hubungan antara gerak tubuh, sejarah, dan memori kolektif. Baginya, setiap tarian dan setiap syair adalah arsip hidup.

Penulis Seribu Tulisan: Konsisten Seumur Hidup

Jika ada yang paling mengagumkan dari Juara R Ginting, itu adalah semangatnya menulis. Sejak 1980-an hingga hari-hari terakhir hidupnya, ia tidak berhenti memproduksi tulisan.

Ia menulis tentang:

  • sejarah,

  • etnobotani,

  • isu-isu sosial,

  • politik lokal,

  • arsitektur dan lanskap Karo,

  • resensi seni,

  • dan analisis mendalam tentang dinamika masyarakat.

Ribuan tulisannya tersebar di berbagai media, jurnal, arsip digital, hingga website pribadinya. Ia mengedit tulisan-tulisan tersebut sendiri, merawat websitenya sendiri, bahkan mengolah videonya sendiri.

Dedikasinya tak pernah pudar, meski usia terus menua.

Guru bagi Generasi Karo: Tempat Bertanya dan Belajar

Bagi sebagian besar generasi muda Karo yang tertarik pada sejarah, antropologi, atau budaya, Juara R Ginting adalah guru di balik layar yang selalu membuka pintu diskusi.

Ia dikenal sebagai sosok yang:

  • memiliki ingatan tajam,

  • berpikir runtut dan terstruktur,

  • mampu menjelaskan konsep rumit dengan bahasa sederhana,

  • dan selalu mendorong orang lain untuk menulis.

Kepada banyak orang ia membagiakn tulisannya,  Ia memberi ruang kritik, ruang tanya, dan terutama ruang untuk berkembang.

Ia tidak menyimpan ilmu untuk dirinya. Ia menularkannya.

Aktivis Kemanusiaan & Pengamat Sosial

Selain dunia akademik dan seni, Juara R Ginting juga terlibat dalam berbagai aksi kemanusiaan dan penguatan masyarakat. Ia mendampingi berbagai kegiatan sosial, penelitian lapangan, hingga advokasi untuk isu-isu desa dan petani.

Salah satu gagasannya yang tampak sederhana tetapi berdampak besar adalah laporan harga sayuran harian di media Sora Sirulo. Gagasannya lahir dari keprihatinan bahwa petani Karo sering dirugikan oleh ketidakstabilan harga dan kurangnya informasi. Ia membuat analisis, mencatat pola, dan memberi wawasan yang bahkan tidak terpikirkan oleh pejabat setempat.

Baginya, pengetahuan harus bermanfaat, bukan sekadar dibaca.

Sosok yang Mampu Beradaptasi di Era Digital

Walau usianya jauh di atas banyak pengikutnya, Juara R Ginting tidak pernah ketinggalan zaman. Ia mengedit sendiri video-video lomba, mengelola website, memodifikasi tampilan media, dan berdiskusi tentang tren teknologi.

Ia bahkan ikut menggagas lomba video Nuri-nuri (cerita anak muda tentang pengalaman hidup) dan lomba video kuliner Karo ini membuktikan bahwa ia selalu ingin mendekatkan budaya dengan generasi muda.

Ia tidak pernah bersikap elitis. Ia tidak mengagungkan masa lalu. Ia justru menjembatani tradisi dengan teknologi.

Sahabat Diskusi yang Tak Tergantikan

Juara R Ginting bukan hanya guru. Ia adalah teman diskusi yang tulus, kritis, jujur, dan kadang sangat tegas. Ia membantu banyak orang memahami sejarah, membuka arsip lama, dan menganalisis data sosial. Ia tidak pernah pelit berbagi informasi.

Diskusi bersamanya sering membuka perspektif baru, memancing pengetahuan yang lebih dalam, dan memicu rasa ingin tahu yang lebih besar.

Bagi yang pernah merasakannya, kehilangan ini terasa begitu nyata.

Pertanyaan yang Tersisa: Siapa yang Akan Meneruskan Kinikaron?

Pertanyaan paling berat dari kepergian Juara R Ginting adalah:
siapa yang kini akan melanjutkan Kinikaron?

Ia telah menghabiskan hidupnya untuk meneliti, menulis, mengajar, mengarsipkan, dan mempertunjukkan budaya Karo. Ia menjalani misi itu dengan konsisten selama puluhan tahun, tanpa henti, tanpa pamrih.

Warisan itu kini berpindah tangan.
Ke generasi berikutnya.
Ke kita semua.

Kinikaron tidak boleh terhenti. Tulisan-tulisan, video-video, pentas seni, dan arsip-arsipnya adalah bahan bakar bagi masa depan budaya Karo. Dan tugas kitalah untuk menjaganya.

Selamat Jalan, Maestro. Warisanmu Akan Tetap Hidup.

Kepergian Juara R Ginting meninggalkan ruang yang besar dalam dunia budaya Karo. Namun ia juga meninggalkan jejak yang lebih besar warisan pengetahuan, semangat, karya, dan ketulusan yang akan terus hidup dalam ingatan kita.

Ia telah menjalani hidup sepenuhnya bekerja untuk kemanusiaan, bagi sejarah, bagi seni, dan bagi identitas Karo.

Selamat jalan, Guru.
Selamat jalan, pejuang budaya.
Selamat jalan, maestro seni Karo.

Terima kasih untuk semua tulisanmu.
Terima kasih untuk setiap diskusinya.
Terima kasih untuk warisan Kinikaron yang tak ternilai.

Mejuah-juah Kila....