Guru Patimpus (Pa Timpus) adalah seorang putra Karo yg mendirikan
kota Medan. Kata Medan sendiri diambil dari kata Madaan. Dalam salah satu Kamus Karo-Indonesia yang ditulis oleh Darwin Prinst(2002), bahwa Kata Madaan berarti “menjadi sehat”, “lebih baik”ataupun dalam bahasa karo sama
dengan malem.
Guru Patimpus Sembiring Pelawi berasal dari Tanah Karo,
dilahirkan di desa Aji Jahe, kec. Tiga Panah. Guru Patimpus hidup
sekitar akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Pada zamannya, Guru
Patimpus dikenal sebagai seorang dukun besar, thabib ahli pengobatan
suku Karo atau Guru Mbelin Sibeluh Erbahan Tambar.
Di kota Medan terdapat monumen Guru Patimpus yang didirikan dari jerih
payah dan swadaya masyarakat khususnya masyarakat Karo yang diresmikan
pada tanggal 23 Maret 2005. Pemerintahan Kota (Pemko) Medan juga telah
memberikan penghargaan terhadap Guru Patimpus dengan ditetapkannya Hari
Jadi Kota Medan pada tanggal 1 Juli 1590 dan kemudian memberikan nama
kepada salah satu jalan di Petisah dengan nama jalan Guru Pa Timpus.
Berdasarkan catatan sejarah, Medan pertama kali ditempati oleh
orang-orang Suku Karo. Setelah Sultan Iskandar Muda (penguasa Aceh)
mengirimkan panglimanya Gocah Pahlawan/ Laksamana Khoja Bintan dan
melalui politik perkawinannya dengan anak perempuan datuk Sunggal yang
bernama Nang Baluan Beru Surbakti maka Gojah Pahlawan akhirnya menjadi
wakil Kerajaan Aceh di Tanah Deli. Dari perkawinan ini awalnya Kerajaan
Deli mulai berkembang medan.
Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi penduduk maupun
kebudayaan Medan. Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua Tuanku Panglima
Parunggit (1669-1698), terjadi sebuah perang kavaleri di Medan. Sejak
saat itu, Medan harus membayar upeti kepada Sultan Deli.
Tahun 1879, Medan menjadi pusat pemerintahan dan ibukota Asisten Residen
Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan. Pada 1 Maret 1887, ibukota
Residen Sumatera Timur dipindahkan juga dari Bengkalis ke Medan, dan
Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan)
juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18
Mei 1891 sehingga Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya
menjadi Gubernemen dan tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente
(Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan Acte van Schenking (Akte
Hibah) No. 97, Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918,
Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga
Medan resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia
Belanda.
Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu
Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung
Petisah Hilir.
|
Geriten miniatur rumah adat karo di
lapangan Merdeka Medan yang di bangun oleh walikota gementee Medan,
Baron Daniel Mac Key tahun 1930
|
|
Pidato
sambutan walikota Gementee Medan Baron Daniel Mac Key ketika menerima
pilot pertama mendarat di polonia medan 1928 di bawah ada putri Karo
menyambut dengan tudung mbiring dan bunga |
|
Putri Karo ikut menjadi
gadis penyambut tamu pilot pertama mendarat di Polonia Medan di depan
kantor Gementee Medan dengan walikota pertama medan Mr Baron Daniel Mac
key tahun 1928
|
|
Geriten balai runggu raja atau sibayak
yang banyak di bangun pada tahun 1850 hingga 1949 di Koeta Madaan, Laoe
Cih, Pancoer Batoe, Soenggal, Pa Toembak, Amparen Pirak, Tanjoeng
Merawa, Poeloe Berayan, dll. Namun habis terbakar pada jaman revolusi
kemerdekaan sekitar tahun 1947 hingga 1949
|
|
Panggung
festival Karo 2015 yang di bangun oleh putra terbaik karo di lapangan
merdeka medan, 85 tahun kemudian setelah geriten di bangun Baron Daniel
Mac key 1930 |
|
***Yuk Pakai Kesing Orang Sumut***
-Kesing Toba & Karo-
Info Pemesanan :