Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TIDAK BENAR Kalau KARO Berasal dari HARU

TIDAK BENAR Kalau KARO Berasal dari HARU
Karo Fashion Culture CarnivalπŸ’•

πŸ’’ Gargari Pusuh Peraten ras PertendinNdu, ise menda situhuna Kam?
 
KARO BUKAN BATAK MENURUT RUMAH SI 7 RUANG
Batasan yang Tidak Boleh Dilanggar. 
πŸ‘‡
Mitos modern versi batak ialah bahwa ada ekspansi orang-orang batak dari Samosir sana, menggendong-gendong manuk sabugan lalu menemukan tanah kosong (jelas sekali ini adalah cara fikir Kolonial). Tidak pernah ada TANAH KOSONG menurut pemikiran Orang Indonesia asli.
 
Ke Gunung mana pun anda 'blusukan', selalu melalui "entrance" / pintu masuk, sekaligus "exit" / pintu keluar, yang disebut *Pass, atau ingan pekesahken (rehat), dimana selalu ada tempat "ercibal", itulah SYARAT untuk memasuki Spiritual Domain dari wilayah sebuah Gunung.
 
Orang Bule biasanya mencari 'kuncen' / Juru Kunci untuk melewati Pass, dan Orang Melayu (yang punya Garis Keturunan Karo dari ibunya) biasa menambatkan Kambing di Pass tersebut sebelum membeli Kuda ke Dataran Tinggi Karo. Bagaiman caranya Orang Batak bisa mengatakan mereka mendirikan kampung-kampung mereka di Karo semudah membeli kerupuk jangek.  Apalagi katanya ratusan tahun yang lalu, dimana Spiritual Domain setiap Gunung masih sangat 'aktif' dengan segala "penunggu" dan binatang buas di dalam nya.
 
Mustahil ada migrasi besar-besaran kecuali segala tempat ercibal diratakan dan keramat-keramat telah ditinggalkan. Para Batak malah masih ercibal di Pusuk Buhit sampai hari ini sambil mengibarkan bendera 3 warnanya.
 
POSISI DELENG SIBUATEN
πŸ‘‡
Deleng Sibuaten adalah Gunung Tertinggi di Sumatera Utara. Dia adalah central dari Kebudayaan Karo. Perhatikan posisi JAHE-JULU dari lokasi rumah-rumah Adat. Teridah maka i : 
πŸ’’ Karo Barat arah rumah ngikutken dalen matawari tetapi,
πŸ’’ Karo Timur arah rumah ngikutken paler lau. 

Dalam kisah Mortal Kombat, ini adalah 2 (dua) perguruan yg masing-masing diwakili oleh Sub Zero ( dingin) dan Scorpion (panas). Atau pepatah lama lainnya: Jumpa Bulan (Lunar), Jumpa Matahari ( Solar).
 
Bagi orang Karo Barat, Karo Timur adalah juga Karo Julu (yang memanjang dari Taneh Urang Julu sampai ke Deli Tua dan Tanjung Merawa sana)
 
Seyakatanen (pengecualian) terjadi di beberapa kampung yang sengaja lokasinya dipilih agar rumah-rumah mengarah Timur-Barat dan sekaligus mengikuti aliran sungai utama setempat. Berapa di antaranya: Berastepu, Lingga, dan Lauriman.

Jadi kita menemukan ada 2 (dua) perspektif di tatanan Karo, yaitu perspektif Solar Time dan Perspektif Lunar Time. Juma Buaten (perladangan padi intensif) harus tetap mengikuti Lunar Time, sedangkan Juma Ngumbung (perladangan padi ekstensif) mengikuti Solar time. Deleng Sibuaten menjembatani kedua perspektif tersebut.
 
Prototype dan Blueprint seluruh Rumah Adat Karo didasarkan pada Rumah Sipitu Ruang.
πŸ‘‡
Ruma Adat Suku Karo (RASK) hanya terdiri dari 2 (dua) bahagian saja, yaitu :
πŸ’¦ KARANG (pondasi, tiang utama dan kerangka penuh ) dan 
πŸ’¦ TARUM ( atap, dinding, dan seluruh pelengkap, termasuk lantai).

πŸ‘‰ KARANG diwakili oleh Palas milik Muntei dan, 
πŸ‘‰ TARUM diwakili dengan Batu Berbentuk Atap, milik Barus Jambur Lige.

Asal Usul Merga Barus
πŸ‘‡
Di Suku Pakpak ada 2 Manik, yaitu : 
πŸ‘₯ Manik Sikettang yang merasa dekat dengan Sihotang Godang Ulu dan, 
πŸ‘₯ Manik Kecupak yang merasa akrab terhadap orang-orang Parna. 

Tapi jangan lupakan bahwa ada Karo-Karo Manik di Karo yg merasa "sama" dengan merga Barus, sehingga ada kisah mengatakan kalau Nini Simbelang Pinggel berasal dari Kuta Usang. Guru Papak Pertandang Sendalinen (7 Orang Pengembara berjalan bersama, Pita Segara kalau di Bali) hanya dikenal di Karo dan tidak pernah di suku lain. Guru Papak yang melakukan PERSILIHI terhadap Sibayak Lingga Raja pun konon daerah lintasan perjalanan mereka via Kuta Usang juga. Kuta Usang adalah menyatakan suatu negeri yang telah punah, jangan langsung tergiur mengkaitkan dengan suatu dusun di Dairi.
 
Dalam salah satu dari beberapa MITOLOGI Karo tentang merga Barus, Nenek Moyang mereka awalnya adalah KIDU (bakal hewan, tonton kartun Korea : Larva) yang tinggal di sebuah pohon yang berada di sebuah pohon di Kuta Usang. Darisanalah dia berangkat ke Ajinembah. Setelah menyelesaikan Ritual Tepung Tawar & Ritual Putar, Sibayak Ajinembah memberikan padanya tanah untuk mendirikan wilayah Sibayak juga. 

Selalu ingat 2 pengulu, Bale dan Silebe Merdang, misalnya :
Kuta Manik Mulia 
πŸ’« Pengulu Bale Ginting Manik, 
πŸ’« Pengulu Silebe Merdang Ginting Muntei.
 
Wilayah Sibayak Barusjahe ialah Urung si 7 Kuta Barusjahe (Barus) dan Urung Si 6 Kuta (Sitepu).

Menurut kisahnya Sukanalu pun awalnya adalah Barung-Barung Ajinembah (Barung ialah wilayah hunian yg belum didirikan 1 (satu) buah pun RASK disana, yaitu penyatuan simbolis 4 buah Urung. Dapat disebut Kuta setelah ada Rumah [Adat] di situ, minimal Rumah Si 4 Jabu.
 
MUNTEI & BARUS DLM RUMAH SI 7 RUANG
πŸ‘‡
Ada 'kemacetan', roda itu tidak bergerak, sebelum dilakukan ritual "Putar" oleh Empung Sibelang Pinggel (menurut kisahnya sebutan Sibelang Pinggel ialah karena beliau punya helai telinga yg sangat lebar, satu untuk alas tidur, satu lagi utk selimut, menandakan ia adalah orang yang hidup dengan seluruh kebahagiaan, alias tidak pernah merepotkan orang lain), moyang Barus Merga Na.

Itulah Alasan nya maka Sibayak Barusjahe lah yang memainkan permainan politik di Karo. Cerita aslinya mungkin para tamu tidak tau cara pulang ke rumahnya selama berbulan-bulan, sehingga kerbau Ginting Merga Na habis, dari puluhan 'mbal-mbal'.
 
Putar ini sangat relevan. Menurut Penulis Buku berjudul : SUKANALU SI MBELANG, nama Putri Hijau berasal dari kata "Putari i Joh" = Disana ada Ritual "Putar". Dari sini Putri Hijau pun menunjukkan kepada era yg lebih kuno. Maka TIDAK BENAR kalau Karo berasal dari Haru. Sebaliknya malah yang Haru tunduk kepada peraturan-peraturan Karo. Terbukti dari aturan kalau Ratu Haru haruslah yang bergelar Putri Hijau, atau kisah legitimasi Sultan Deli, bahwa pembawa "ucang-ucang" calon Sultan yang dipilih Putri Hijau untuk menjadi Raja Deli saat menghadap ke dasar Samudera.
 
Ketika ditanya darimana PUTAR mulai dilakukan ? ; menilik dari jawaban seorang Merga Sinulingga kepada Tn. Mpu Gondrong (Peneliti Lapangan Senior) pada sebuah acara Mengket Rumah di Bintang Meriah, jawaban beliau ialah:

"Hahahahaha .......... Kuga maka rempet Tersenna Tersungkun Kam, o Ginting? Bas keina nari rehna Tepung Tawar ras Putar ah, sanga mengket rumah keina Sipitu Ruang."

Fitnah Pembatakan
πŸ‘‡
2 (dua) Orang utusan iblis, dengan membawa bendera pemBATAKan nyerocos terhadap merga-merga Tua di Karo.
 
πŸ’€Mr. Davinci ZijavaD berkata :
"Sebagian besar Ginting munthe itu ngaku kalau dia Batak "

πŸ’€Mr. Nels TempelBan menambahkan :
"Orang lama yang bermukim di tanah karo dicatat para ahli ada berasal dari 4 bagian.πŸ‘‡

πŸ‘» Keturunan Raja Oloan dari sekitar Humbang sekarang (yaitu garis
keluarga Sisingamangaraja ~> Guru Patimpus.

πŸ‘» Adanya perpindahan keturunan Raja Mataniari (Tampubolon) dari istri yang ketiga (di Barus) menurunkan marga Karo Karo Barus. 

πŸ‘» Adanya ditemukan marga yang sudah duluan ada di sana sebelum ada halak Karo. Itu diperkirakan pendatang yang sudah ada di awal abad I Masehi. Mereka adalah suku Arya (India sekarang). Mereka menurunkan marga yang hampir mirip dengan kasta mereka yaitu Brahmana. 

πŸ‘» Adanya percampuran marga Simalungun dengan suku asli & Batak. Itu pengakuan marga seperti Tarigan yang berasal dari Purba". 

Untuk Batak Karo itu memang pernyataan KEREN BEKEN, bagi saya ini hanya Crocos "Sampah", NAMUN tetap harus dijawab dengan Jawaban yang penuh dengan lautan api. 

Ini beberapa kampung yang dipantek Merga Muntei, saya deretkan dari Barat ke Timur.
πŸ’— Wilayah milik Blah Muntei , para Pengulu di Gayo, Wilayah Sibayak Batu Mbulan dan Wilayah Raja-Raja Bambil (Aceh Tenggara)

πŸ’—  Lau Baleng, Rimo Bunga,Lau Pradep ,Buluh Pancur dan beberapa kampung lainnya
 
πŸ’— Kampung-kampung sekitar Juhar 
πŸ‘‰πŸ‘‰ (a.l. Munte, Kutambaru, Sarimunte, Pernantin, Lau Lingga, Juhar, Kidupen, Kuta Bangun, dll)

πŸ’— Kampung-kampung di Sipitu Kuta Ajinembah 
πŸ‘‰πŸ‘‰ (a.l. Ajinembah, Negara, Muliarayat/ Raja Kinayan, Dokan, Cungcang/ Sukamandi, Kubu, Lauriman, Talinkuta,  dll

πŸ’— Kampung-kampung di Sipitu Kuta Tengging 
πŸ‘‰πŸ‘‰ (a.l. Tengging, Pengambaten, Garingging, Pancurbatu, Pertibi, Sibolangit, dll)

Apakah di kampung-kampung ini ada aroma "Rendang Jering"?

Hebat sekali para 'Jering' ini mendirikan Kampung mereka di Karo .
 
TIDAK ADA kampung Muntei di Tano Batak. Yang di-Claim Batak (dengan bantuan Simalungun yang keBATAK-BATAKan) sebagai Kerajaan SARAGIH MUNTHE ya Urung Si 7 Kuta Tengging nya Suku Karo. 

Misalnya :
πŸ’€ Saragih NaiMunte adalah Simbolon Tuan, 
πŸ’€ Saragih Damunte adalah Siallagan, 
πŸ’€ Saragih Munthe ialah Tamba Tua keturunan Datu Parngongo.
πŸ‘‰πŸ‘‰Inilah yang disebut oleh Bandito sebagai MUNTEI GADUNGAN.

Hanya Saragih Garingging (keturunan Raja Sori), yang Jujur ; mereka pakai Merga Garingging, tapi mereka Muntei "ASLI". Jhon Ramli Garingging (pemilik Efarina grup) membangun tembok yang ada di Palas Si 7 Ruang, itulah tanah Leluhur Tuan Nagori GREAT Raya. πŸ‘‰ (Lokasi : Kantor Bupati Simalungun)
 
Sekalipun Unte artinya Jeruk dan Tongging berasal dari Tonggi (manis) menurut Agen Pembatakan. Ini dapat dibantah dengan mudah.
 
Samosir tidak mengenal Jeruk. Mereka shopping ke Tiga Tengging ramai-ramai naik perahu, beli jeruk, barter, bayarnya pakai anak kuda .

Di Karo, berbagai jenis Jeruk dikenal, Rimo Tuan, Rimo Bunga, dll sebagai bahan obat, pangir, dll
 
Grup Ginting Si 7 Kuta, secara rutin berjalan dari Ajinembah ke Merek dan menanam pohon Jeruk sebanyak 7 batang, lalu kembali ke Ajinembah, ke Palace Si 7 Ruang, sebagai perjalanan ziarah, bertindak sebagai "belo pengeRUANGi" yg melepaskan segala pegal-pegal di otot. apakah ini tradisi batak?
 
Tugu Jeruk Kurang Asem di Tengging itu justru menunjukkan betapa memalukan cara mereka meng-Claim.
 
Unte di Karo adalah Alat Pemintal Serat Tanaman menjadi tali, Nguntei & Muntei sama saja artinya,
seperti Mulangken atau Ngulangken, yaitu perik yg membuat "TERLANTAR" sarang mereka.

Itulah nasib pemBATAKan,
Nguntei kersik jadahen sapo terulang,
Dikiranya menang banyak malah malu berselemak.

Kembali ke Barus.πŸ‘‡
Benarkah Barus adalah pendatang?
 
Sibayak Bukum menceritakan suatu Kisah:
Dulu NiBulang kami, pengulu yang punya 3 (tiga) putra ;
πŸ’₯yang tua pergi ke Patumbak menjadi Raja Senembah, 
πŸ’₯yang muda ke Ajinembah dan menjadi Sibayak Barusjahe, 
πŸ’₯yang tengah tetap di Bukum ini.

******
Silakan pilih, anda lebih percaya dongengan buaian versi Batak atau kisah turun temurun yang dituturkan orang Karo sendiri.

The Choice is Yours.
 
Hidup KBB!
 
*Disarikan kembali oleh Gubernur Jenderal KBB untuk Sumatera Tengah, Lord Bandito, S.Ag 
(untuk anggota Murka (Muda Sadar Kinikaroen)

Oleh : AndichristTheodicea KaynEchsed Ginting (Lord Bandito)
Editor : Willem A Sinuraya