Memahami Mitos Sebagai Peristiwa Struktural
1904: 'Roemah Kerbo' under construction in 'Lao Baleng', Karo. HQ Foto : Koleksi hitam/putih foto² Sejarah & Budaya - Sumatera Utara |
Tidak ada mitos yang berdiri sendiri (hanya satu pilar tidak mampu menopang luasnya langit, jika hanya 'sitok' itu mungkin 'sagak' / teluran ayam )
Muntei, sebuah merga di Karo, yang memegang mandat "SEMUA YANG TERTUA" tentang Karo.
Masih kurang familiar dengan Ginting? itu lho π warna MERAH, yaitu 1 dari 5 warna ukiran di dinding RASK, yang juga adalah warna yang sama pada Uwis Bekka Buloh, Jika Muntei adalah LandLord 'paling awal' di Karo, maka Siwah Sada Ginting Grup adalah Kelompok Terakhir yang 'memperoleh' merga mereka di Karo. From Ginting to Ginting.
Hikayat Beru Buaten, mitos pembandingnya ialah Kerbou Nenggala Gelutu [sepasang "Kerbou Jalang" yang adalah pemimpin seluruh kerbau dalam satu mbal-mbal, tanduk merekalah sebagai penentu Jahe Julu ture RASK, sepasang kerbou Sada Ni Yoga, erturang sekaligus Suami-Istri, itulah maka Si Baganding Tuah/ RetRet adalah Makhluk dengan 2 kepala π Jantan-Betina, Yin-Yang, Kutub Negatif- Kutub Positif, Abu Si Muntei - Je Si Ginting ]
Pustaka Ginting, mitos pembandingnya ialah Si Talu Kerbo Selakki.
π(Silakan baca di bagian 2 knowing who, linknya digargari di Grup 1001 hal yg disalahpahami ttg Karo)
Saya tidak percaya kalau Pak Ginting punya 10 telur, lalu nanti 'naper' 10 anakNya.
MYTHOLOGY ialah MetaLanguage yang tidak dapat dimaknai secara HURUFiah (harfiah). Tapi, ada tapi nya π Sebuah ENTITAS yang BUKAN KARO tidak dapat masuk ke Karo. Dengan Kata Lain, HANYA YANG DARI KARO YANG BOLEH MASUK KEMBALI KE KARO (ini dalam bahasa Karo istilahnya dinamakan "KAROSKALI") inilah fungsi dari Ritual Tepung Tawar atau Ritual Putar, Putar Ijoh (membuat lingkaran di perdempaken / jidat/ kening), Putari i Joh (di sana ada acara "Putar", hadirilah supaya engkau ingat jalan pulang ke rumahNdu).
Tapi banyak yang mempertanyakan Putri Ijo bukan BAHASA KARO, dan Terima aja tuduhan dari peGiat pemBATAKan dari Simalungun (Dasuha Brothers) yang berkata: kalau Green Princess itu orang Karo, harusnya disebut Ame Ratah apakah itu Sejenis Tembakau Deli?π
Pemilik ke 10 telur ialah Pengulu DELENG TINJO (lokasi nya masih semisterius KUWALA AYER BATU daalm Mitologi Kembaren) yang leluhur nya adalah PerKerbou Nanggalutu dari Tengging, sementara Pendiri Tengging mengaku Anak Sulung dari Raja Ajinembah, Kaisar Balasore. Nantinya Sibayak Suka lah sebagai Pucuk Pimpinan, namun di masa yang jauh setelah itu dipindahkan ke Kuta Bangun (kembali ke Muntei).
Sekalipun Ginting si7 Kuta, terdiri atas Muntei, Manik, Seragih, Jawak, Tumangger, Sinusinga dan Simarmata (versi paling akhir, yang kuno nya tidak diketahui lagi), namun yang menanam 7 batang Jeruk di Merek adalah πhanya Pengulu-Pengulu Merga Muntei seantero Karo dan Saragih Garingging dari Raya, Simalungun.
Pustaka Kembaren, mitos pembanding nya ialah Legenda Beru Similo. Menurut Legenda ini, dari Rih Abun ( Liang Melas) dahulu baru ke Kuala Ayer Batu.
Dimana Posisi Karo-Karo KaroSkali?
KARO-KARO terbagi atas 2 Moiety, 4 phratry.
Mitos 12 Kuta - Mitos 3 Kuru (di satu belahan) dan Mitos 4 Teran - Mitos Senembah ( belahan lainnya)
KaroSkali tidak tergabung ke mana pun, posisinya SEBANDING dengan Ginting Pase yang bukan bagian dari Ginting si7 Kuta dan juga bukan bagian Siwah Sada Ginting (Jertambun, Suka, Sugihen, Jadibata, Guru Patih, Siberas, Bukit, Garamata, Babo).
J. H. Neumann MEMBUKA KEMUNGKINAN, mungkin ada yang lebih tua dari KaroSkali ini,
Brahma Putro MEMBUKA KEMUNGKINAN, hanya Ginting Pase ini yang tidak memiliki kisah terpaut dengan suku di luar Karo, jadi dia juga adalah Karo Asli, tapi siapa yang menyembah siapa, hingga nama tempat itu Ajinembah?
Karena Bandito punya ke-2 Buku nya (PDF), maka saya berani jawab teka-teki mereka.
Jawabannya : MUNTEI
Posisi Muntei dan Seluruh KAROπ
Ada 4 Kerajaan di Karo bagian Timur:
π’ Barusjahe (sembuyak)
π’ Barusjahe (sembuyak)
π’ Lingga ( senina)
π’ Sarinembah ( anak beru)
π’ Suka ( kalimbubu)
Kalau kam pakai mitos Batak maka semua tanah adalah milik hula-hula lho
keSEBAYAKen Suka adalah himpunan 4 Kerajaan pula:
π’ Urung Si 7Kuta (I)
di Ajinembah (Puncak Gerhana Matahari)
π’ Urung Si 7Kuta (III)
π’ Urung Si 7Kuta (III)
di Tengging (Puncak Bulan Sabit)
π’ Urung Suka Piring
π’ Urung Suka Piring
di Saberaya (Puncak Berbintang)
π’ Urung 9 1Ginting
π’ Urung 9 1Ginting
di Soeka (Puncak Cemerlang)
Kebetulan, yang menjabat DUTA BESAR LUAR BIASA (terhadap 3 kerajaan: Barusjahe, Lingga dan Sarinembah) ialah Patriarch (ketua Sekte) dari Puncak Cemerlang. Puncak Cemerlang pe ninTa enggom lit bas 'kuasa' 3 puncak sidebanNa. (4 Kerajaan yang berdiri sama rendah, duduk sama tinggi [pepatah ini sengaja saya balik, karena di Karo semua adalah Raja, maka TIDAK ADA Raja di Karo, kalimat Raja Nami adalah bahasa para budak, perhatikan sastra-sastra Karo yang mana saja]
Lihat kan, betapa terjepit nya Suka Piring diantara 3 Kerajaan Ginting.
Menurut Mitos "Ngennah Kuling-Kuling", Taneh Sukapiring dan Taneh Siwah Sada Ginting adalah π Hutan yang diberikan batas-batasnya oleh Sibayak Ajinembah untuk mereka dirikan Kerajaan.
Perhatikan Taneh Siwah Sada Ginting, hanya Ibukota Negeri URUNGnya, yaitu Suka yang posisinya di Karo.
πSukapiring Gugung (Saberaya) dipanteki KaroSkali bersama Kalimbubunya Mliala sementara
πSukapiring Jahe (Deli Tua) dipanteki KaroSkali dan Anak Berunya yang juga Mliala.
Kedua KAROSKALI ini TIDAK SATU ASAL USUL.
Bandingkan dengan Purba Berastagi yang punya mitos dengan Purba Lau Cih yang punya kaitan dengan Tambak Bawang dan Tarigan Kerendam, yaitu Raja Pendiri Kerajaan Siak.
Berbeda dengan Purba Kabanjahe yang mitosnya sejalan dengan Purba Peceren. Ini juga mengapa begitu sulitnya menempatkan merga Kaban, apakah ikut mitos 3 Kuru atau ikut mitos 12 Kuta, hingga muncul Sinukaban π Jadi unik ya , ada Kaban dan Sinukaban, persamaan yang sama adalah Ginting Sinusinga dari Singa, sebagian mengaku sama dengan Ginting Manik, yang lain mengaku bahwa mereka sebenarnya Muntei.
TARIGAN PURBA & GINTING SERAGIHπ
Dalam Alam Religi Karo, ada 2 Merga di Simalungun sempat VACUUM OF POWER, Raja Toding Ni Purba, nanti menantunya (Raja Sori, Pangeran ke-4 Ajinembah), mendirikan Kerajaan Saragih, Saragih aslinya ke Karo jadi Ginting Seragih, zuriat Purba lalu digantikan Purba/ Tarigan dari Pagaruyung, Sibayak Silo Dunia, menantu Sibayak Pintu Benua, Raja Barusjahe. Ginting Muntei van Garingging atau Ginting Garingging yang menduduki takhta Seragih, disebut sebagai Saragih Garingging, Raja Pendiri Kerajaan Raya (orang Simalungun menyebut Raja Sori sebagai Si Pining Sori).
Alkisah, pada era Raja Raya ke-14, Toehan Rondaheim Saragih Garingging, diadakan "rapat mendadak" di KutaBangun (Karo Highland), disumbangkan Senjata dan Pasukan oleh Pengulu-Pengulu merga Muntei dari Gayo, Alas, Bambil, BatuMbulan dan beserta Raja-Raja Karo bersatu menyelamatkan negeri dari perkebunan asing milik Kolonial Penjajah, inilah PERSATUAN MUNTEI SEDUNIA (kaga ada tuch, dilibatkan orang-orang Samosir (Munthe Tano Batak), itenahken pe lang, Jauh Panggang Dari Api ).
Jadi SAMA SEKALI "Tidak Ada" jejak Muntei berasal dari Batak, justru lembah yang merekah dari Bambil hingga Ajinembah (dipandang sebagai jejak perjalanan Kerbau Nanggalutu) adalah petunjuk hubungan Karo dan Gayo. Dikuatkan lagi dari Nama Rumah Kerajaan Karo RUMAH SI PITU RUANG dan Rumah Kerajaan Gayo UME SI PITU RUE (silakan googling untuk melihat tampilan nya).
Jangan 'pandang enteng' dengan Mitos. Apa yang MITHOLOGY katakan, em si ikutkan. Jangan membuat "khayalan tingkat tinggi" yang melawan Mitos. Terimalah apa yang dikatakannya dan pahami apa ya ia maksudkan.
Mitos yang memposisikan Muntei sebagai 'Panglima' [baca: pendatang, misalnya Panglima Koja Bintan] adalah Mitos Batak, dimana ada seorang pengangguran dari Samosir yang merantau ke Tengging dengan membawa manuk sabugan, dimana manuk itu 'tekuak' di situ Muntei menggarap kampung orang (system Kolonial banget, bukan ).
Padahal di Karo ada mitos lain, yaitu oleh Ginting Muntei Kubu, dimana diceritakan bahwa Semua Muntei menggunakan Kerbou Nanggalutu sebagai kenderaan tempur mereka (anggap aja BatMobile milik Batman). Nah, dimana Kerbau ini buang air besar, di situ Muntei mantek Kuta.
Di Lau Baleng, di Tualah Ganjang, Peken Koramil, masih ada kuburan Kerbau ini, yang menurut kisahnya berangkat dari Doakan. Ada foto yang bertarikh 1910, yaitu acara NGUMBAN untuk Rumah Kerbou (Nama salah satu Rumah Adat Suku Karo (RASK)) di Lau Baleng. Seperti Lau Riman terkoneksi ke Ajinembah via Rumah Mbaru, demikian Lau Baleng terkoneksi ke Dokan via Rumah Kerbou. This is the HOUSE, The House Society.
Kesalahan Fatal dari pemilik vendor Galeri Buku Karo-Bataksche (toean Martin L. PeranginAngin) ialah MENCAMPURADUKKAN ANTARA MITOS DAN SEJARAH. Beliau menyebut Pustaka Ginting dan Pustaka Kembaren sebagai 'sejarah tertua' padahal itu mitos paling akhir . Saya sempat menjumpai bahwa banyak Pustaka Lokal yang masih dimiliki keluarga-keluarga Karo, di salah satu desa di Karo Baluren, Kab. Dairi (lupa nama desanya), si pemilik memamerkan tapi tak seorangpun dizinkannya melihat isinya. Ketika ku tanya: ''Nina LakiNdu, ula cidakken men ise pe, Kila. Egia niBeteh Kam kin lah ngogeCa? ". "Aku pe labo ku angka kal, Permen", sahutnya. TawaKu naring reh.
Sekalipun mitos Si Raja Batak ada di hati orang-orang Batak, jangan pula mereka "menjajalkannya" ke tenggorokan kita. Kita pun jangan pula melarang mereka mempercayainya. Ngga ada itu, ninta. jadi mereka ( individu yang meyakininya) itu siapa, apakah butiran debu?
Tidak layak pula kita berada di posisi sabagai "Gambo-Gambo", semisal orang-orang yang merasa mereka Batak Karo, bersaudara dengan sebangsanya, tapi tidak mengakui mitos SRB, tidak tahu marHata Batak, bukan bagian dari Raja Maroppat Batak (Toba - Samosir - Humbang - Silindung), lalu ngemis-ngemis: Ulanai Bahas! Ulanai Bahas!, kelompok manusia yang TIDAK GENTLE, mereka ngaku Batak, tapi cuma "batak karo"π, menjunjung tinggi orang-orang yang selalu ngaku Batak dan Toba nya senantiasa lupa sebagai bagian sebangsa mereka. Agoi, Amang. Mereka punya Bangso sendiri, Bro, dengan Bendera 3 Warna (Red, White plus Black) di Pussu Buhit sana.
Dalam Tradisi Lisan Karo, Muntei adalah LORD (Raja) yang menerima orang datang ke wilayahnya. Mitos menjelaskan begitu. Labo lit turi-turinNa kami tandang-tandang ku Taneh Karo Enda.
Kembali ke Pustaka Kembaren, baca kisahnya, siapa yang mendirikan kampung-kampung di sekitar Silalahi, siapa Raja yg menjumpai saudara-saudaranya, lalu siapa pula Manusia Burung Layang-Layang. Tidak ada di situ dikatakan mereka orang Minang yang suka goyang nasi padangπ. Tapi dimulai dari 2 Saudara yang berangkat dari Pagaruyung. Jika di Karo Jahe pernikahan antara sesama Sembiring Singombak (Saberaya) saja dikatain "badau", Kembaren di Karo Barat justru menikahi grup mereka (Sinupayung, Keloko, Sinulaki) dan grup sebelah (Maha, Mliala, Plawi, Brahmana, dlsb), KECUALI sesama Kembaren, tapi di Karo Bagian Timur π Kembaren TIDAK menikah dengan Sembiring yang manapun.
Di Lau Baleng, ada kuan-kuan Bagi Kambing Lau Baleng Ertaban Uis Gara. Karena tali tidak cukup untuk mengikat kambing-kambing yang telah 'dikembalikan ke jalan yang benar' ( i mean " diselamatkan"), maka Uis Gara yang dijemur di halaman dipakai untuk mengikat kambing.
Di masa pemerintahan Biak Ginting (Generasi ke-2 pendiri Lau Baleng), banyak penyamun yang mencuri kambing Biak. Maka diundanglah Pasukan dari Kalimbubu Si Majek Lulang (Raja Liang Melas), dengan IPUH LA ERBEGU dan IPUH SIPOLAR dibasmilah para penggarap itu.
Meski di generasi Pengulu selanjutnya, ada seorang Pengulu yang mengeluarkan dekrit: Selama saya menjabat, tak seorangpun merga Kembaren boleh terlihat batang hidungnya di Lau Baleng (musuh kita itu orang-orang dari rumah kita, atau kita serumah dengan musuh-musuh kita)
Kalian nunggu lucunya, kan?
Ketika saya bertanya kepada Laki Uda ( Aminton): kai nge mergaNa si nangko kambing ah ndai, Laki.
πJawab Bulang itu: Penggarap e, Ginting Muntei kang, Kempu.
Makanya di perantauan ini, kalau jumpa Ginting Muntei, aku langsung menaruh curiga, Jangan-Jangan Bulangnya salah satu pencuri kambing itu.
Makanya di perantauan ini, kalau jumpa Ginting Muntei, aku langsung menaruh curiga, Jangan-Jangan Bulangnya salah satu pencuri kambing itu.