Plato Ginting, Penyanyi dan Pencipta Lagu Karo dengan Ciri Kuat dan Otentik

Plato Ginting bukan sekadar nama di blantika musik indie Tanah Karo. Ia adalah salah satu pencipta lagu dan penyanyi yang berhasil membawa suara budaya Karo semakin dikenal luas, bukan hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga pendengar musik indie di luar komunitasnya. Sosoknya menjadi bukti nyata bahwa musik daerah mampu bertahan dan bahkan berkembang di era modern ini.

Awal Perjalanan: Dari Tanah Karo ke Panggung Musik

Plato Ginting lahir pada 19 April 1991 di Suka, Taneh Karo Simalem, Sumatera Utara. Perjalanan musiknya diawali dari pendidikan formal di jurusan Vocal Pop Jazz (dengan peminatan komposisi musik) di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pendidikan ini kemudian menjadi pondasi kuatnya dalam menulis, menciptakan, dan mengaransemen lagu dengan kualitas yang matang dan bernilai seni.

Selepas kuliah, Plato mulai aktif berkarya dan tampil bersama berbagai band di Yogyakarta, seperti NS Brass dan Brass Juma sebelum akhirnya memutuskan membawa kariernya sebagai solo artist. Pada tahun 2013 ia merilis lagu pertama berjudul “KAM”, sebuah karya yang langsung menarik perhatian karena bahasanya yang autentik dan penuh makna. 

🎤 Musik sebagai Cerminan Budaya dan Bahasa

Yang membuat karya Plato begitu istimewa bukan hanya nada atau melodinya, tetapi keberanian dan kecintaannya terhadap bahasa Karo. Ia memilih untuk menghadirkan lagu dengan lirik berbahasa Karo, tetapi disandingkan dengan aransemen musik modern seperti band, gitar, dan melodi yang mudah dinikmati oleh semua kalangan. Langkah ini sukses menjembatani musik tradisional dan pendengar masa kini.

Beberapa lagu Plato yang dikenal meliputi:

  • Kam – Lagu berbahasa Karo yang menceritakan tentang cinta dan perasaan yang tulus. 

  • Gejabken Bas Pusundhu – Balutan irama dan budaya dalam sentuhan musik yang kuat. 

  • Tedeh, Ciremndu, Udan – Lagu-lagu yang tidak sekadar musik, tapi membawa suasana, cerita, dan emosi dari kehidupan sehari-hari masyarakat Karo. 

Melalui lagu-lagunya, ia tidak hanya berbicara soal cinta atau kehidupan pribadi, tetapi juga tentang identitas dan kearifan lokal yang terkadang terlupakan. Musik Plato menjadi medium yang merangkul pendengar dari berbagai usia dan latar budaya karena easy listening namun tetap sarat makna.

Album dan Kontribusi di Dunia Musik

Pada 2015, Plato merilis album self-titled yang berisi serangkaian lagu pop dengan sentuhan musik Karo yang khas. Album ini semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu musisi indie yang berani memperkenalkan musik daerah ke panggung yang lebih luas.

Belakangan ini, Plato juga merilis single terbaru seperti “Bebas Royalti” pada tahun 2025, yang menunjukkan bahwa ia terus berkarya dan bereksperimen tanpa meninggalkan akar budaya yang selama ini menjadi ciri khasnya.

Lebih dari Sekadar Musik

Seperti halnya seniman besar yang memaknai musik bukan hanya sebagai hiburan, Plato Ginting melihat musik sebagai medium pemersatu, pembawa rasa, dan simbol identitas. Lagu-lagunya yang diselimuti oleh bahasa Karo jangan dipandang semata sebagai lagu berbahasa daerah  ia adalah karya seni yang membawa pesan dan cerita kehidupan masyarakat Tanah Karo.

Kekuatan musik Plato terletak pada kemampuannya menyampaikan pesan lewat lirik yang dekat dengan hati, namun dengan musikalitas yang tetap relevan di tengah selera pendengar musik modern. Ia membuktikan bahwa akar budaya tidak pernah ketinggalan zaman jika dikemas dengan jujur dan kreatif.

Plato Ginting bukan hanya seorang musisi. Ia adalah penjaga warisan bahasa, pembawa cerita, dan pemain musik yang mampu menjadikan Nada sebagai medium yang menyatukan generasi. Dalam setiap nada dan syair yang lahir darinya, terdengar suara Tanah Karo yang penuh dengan semangat, rindu, dan keindahan yang tak lekang oleh waktu.