Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Perkawinan Semerga antara Sembiring Milala dan Depari

Ritual ini dilaksanakan bagi orang-orang yang jasadnya dibakar
Kremasi Jenazah Suku Karo Tempo Dulu
Foto : 
Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

Banyak generasi muda Karo saat ini yang mempertanyakan mengapa bisa terjadi perkawinan antara merga-merga di dalam Sembiring. Dari beberapa diskusi yang pernah penulis ikuti melalui media jejaring sosial Facebook, maka sebenarnya pola/ aturan perkawinan diantara merga-merga Sembiring ini sebenarnya berbeda antara satu daerah Karo dengan daerah Karo lainnya.

Khusus di daerah Karo Baluren, yaitu yang mencakup daerah Kecamatan Tiga Lingga (Kabupaten Dairi) hingga Kecamaten Mardingding (Kabupaten Karo), maka sebenarnya perkawinan antara merga-merga Sembiring yang umum terjadi hanya pada merga Sembiring Milala dan merga Sembiring Depari.

Menurut penuturan orang-orang tua di daerah ini, perkawinan antara Sembiring Milala dan Sembiring Depari terjadi oleh latar belakang berupa legenda. Menurut legenda tersebut, pada awalnya merga Sembiring Milala dan Sembiring Depari adalah satu nenek moyang yang berasal dari India. Milala dan Depari tergolong dalam Sembiring Singombak.

Istilah Sembiring Singombak berasal dari ritual yang disebut Ngombak. Ritual ini dilaksanakan bagi orang-orang yang jasadnya dibakar. Ngombak dilakukan untuk menghanyutkan abu jasadnya di sungai melalui sebuah perahu mini yang dihiasi. Pada prosesi menghanyutkan abu jenazah, maka akan diikuti pula oleh ritual meratapi kepergian anggota keluarga yang telah meninggal dunia tersebut. Agar prosesi penghanyutan abu jenazah dan ritual meratapi dapat berjalan dengan maksimal ketika ada diantara anggota keluarga yang meninggal dunia, maka maka para anggota keluarga dari Sembiring Singombak ini secara rutin akan mengadakan latihan, yaitu menghanyutkan batang pisang yang dijadikan sebagai simbol dari pada mayat keluarga mereka.

Akibat dari seringnya anggota keluarga Sembiring Singombak melakukan latihan menghanyutkan batang pisang sekaligus latihan meratap, sehingga hal ini membuat kelompok lain di luar marga ini merasa takut dan risih dengan keberadaan mereka, sehingga keberadaan Sembiring Singombak menjadi terkucil di tengah-tengah masyarakat.

Selain dikucilkan dari tengah-tengah masyarakat, muncul pula larangan dari masyarakat luar agar tidak mengawini para keturunan Sembiring Singombak, baik yang laki-laki maupun perempuan.

Karena tidak ada lagi merga lain yang mau menikah dengan kelompok Sembiring Singombak, sehingga pada akhirnya semua anak gadis dan anak jejaka mereka sulit untuk mendapatkan pasangan hidup. Untuk mengatasi hal tersebut, maka para orang tua dari kelompok Sembiring Singombak akhirnya mengadakan pertemuan untuk membuat suatu kesepakatan supaya antara merga mereka dapat saling menikahi. Dalam pertemuan tersebut, maka dibagilah merga Sembiring Singombak menjadi dua bagian, yaitu menjadi ;
👉Sembiring Milala dan 
👉Sembiring Depari.

Setelah pembagian merga menjadi dua bahagian tersebut, maka semenjak itu pula dibuat kesepatakan, bahwa antara Sembiring Milala dan Sembiring Depari dapat saling mengawini hingga saat ini.

Oleh: Brandy Karo Sekali (Medan)
Blog : Sorasirulo