Hubungan Karo dengan Melayu Asahan
Foto dari : kahekolu.com |
Sebenarnya sudah lama sekali saya berharap bisa mendapat informasi kebenaran tentang sejarah Kesultanan Asahan yang menyebut-nyebut Kesultanan Asahan itu berkerabat dengan Sibayak Lingga. Namun, selama ini, saya belum menemukan siapa kira-kira keturunan Bayak Lingga atau Lingga Karo-karo yang berjasa atas berdirinya Kesultanan Asahan pada Abad 16 itu.
Hari ini, saya berkesempatan dapat berkenalan dengan Dtm Maulidin, seorang terpelajar dari Asahan.
Beliau ini pewaris dan pelestari Budaya Melayu di Asahan. Dia merupakan bukti nyata Kerajaan Haru memang pernah ada namun kemudian terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan dan melahirkan beberapa budaya di Kresidenan Sumatera Timur dan Aceh.
Dalam komunikasi kami melalui inbox, Dtm Maulidin menuturkan sbb:
Mengenai datuk muda di Asahan, ada beberapa keterangan Tuan.
Cerita 1:π
Datuk muda dahulu adalah seorang panglima yang pandai bersilat dan bertempur sehingga disebut payung (pengawal) raja.
Cerita 2:π
Dahulu, di daerah Sarang Holang (daerah Tanjungbalai – Asahan) didatangi seorang yang pandai bertempur. Beliau mengaku sebagai datuk, kemudian diujilah. Ternyata beliau hebat dalam bersilat karena beliau berwajah muda maka disebutlah datuk muda
Cerita 3:π
Dahulu semasa ada Kerajaan Aceh, maka sebagai penghubung (translater) bahasa dengan Orang Hilir (Asahan) adalah si datuk muda.
πLihat juga vidio naskah pelantikan Sibayak Lingga (1935) di Perpustakaan Universitas Leiden, Reportase Sirulo TV π Youtube
Lalu Dtm Maulidin menuturkan, berdasarkan cerita dari atoknya (kakeknya), dahulu ada kerajaan yang bernama HARU. Si datuk muda ini merupakan Si Bayak Lingga, seorang raja di daerahnya. Ayah juga cakap kalau di Karo kami bermerga Sinulingga (sub-merga dari merga Karo-karo).
Kemudian ada penyerangan terhadap Kerajaan Haru (dia lupa siapa yang menyerang). Akhirnya berpencarlah dan turun ke Asahan, menjadi datuk muda. Ada juga yang bilang pernah Melayu dan Karo ada hubungan erat yang tak dapat dipisahkan.π
“Hanya inilah yang dapat saya sampaikan Tuan. Mintak ijin jika saya salah ucap Tuan,” tutur Dtm Maulidin.
Oleh : Sada Arih Sinulingga
Web: kahekolu.com
Hari ini, saya berkesempatan dapat berkenalan dengan Dtm Maulidin, seorang terpelajar dari Asahan.
Beliau ini pewaris dan pelestari Budaya Melayu di Asahan. Dia merupakan bukti nyata Kerajaan Haru memang pernah ada namun kemudian terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan dan melahirkan beberapa budaya di Kresidenan Sumatera Timur dan Aceh.
Dalam komunikasi kami melalui inbox, Dtm Maulidin menuturkan sbb:
Mengenai datuk muda di Asahan, ada beberapa keterangan Tuan.
Cerita 1:π
Datuk muda dahulu adalah seorang panglima yang pandai bersilat dan bertempur sehingga disebut payung (pengawal) raja.
Cerita 2:π
Dahulu, di daerah Sarang Holang (daerah Tanjungbalai – Asahan) didatangi seorang yang pandai bertempur. Beliau mengaku sebagai datuk, kemudian diujilah. Ternyata beliau hebat dalam bersilat karena beliau berwajah muda maka disebutlah datuk muda
Cerita 3:π
Dahulu semasa ada Kerajaan Aceh, maka sebagai penghubung (translater) bahasa dengan Orang Hilir (Asahan) adalah si datuk muda.
πLihat juga vidio naskah pelantikan Sibayak Lingga (1935) di Perpustakaan Universitas Leiden, Reportase Sirulo TV π Youtube
Lalu Dtm Maulidin menuturkan, berdasarkan cerita dari atoknya (kakeknya), dahulu ada kerajaan yang bernama HARU. Si datuk muda ini merupakan Si Bayak Lingga, seorang raja di daerahnya. Ayah juga cakap kalau di Karo kami bermerga Sinulingga (sub-merga dari merga Karo-karo).
Kemudian ada penyerangan terhadap Kerajaan Haru (dia lupa siapa yang menyerang). Akhirnya berpencarlah dan turun ke Asahan, menjadi datuk muda. Ada juga yang bilang pernah Melayu dan Karo ada hubungan erat yang tak dapat dipisahkan.π
“Hanya inilah yang dapat saya sampaikan Tuan. Mintak ijin jika saya salah ucap Tuan,” tutur Dtm Maulidin.
Oleh : Sada Arih Sinulingga
Web: kahekolu.com