Kualitas kepemimpinan Prabowo Subianto

Disclaimer
Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak terkait dengan kepentingan politik praktis apa pun. Terlepas dari suka atau tidak suka, kita perlu bersikap dewasa dan menerima fakta bahwa Prabowo Subianto dan wakilnya adalah Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan.
Tulisan ini disampaikan sebagai pandangan personal dan refleksi publik.
Prabowo Subianto dan Keberanian Mengatakan Kebenaran
Salah satu kualitas paling menonjol dari Presiden Prabowo Subianto adalah keberaniannya untuk berbicara terus terang bahkan di hadapan komunitas internasional.
Ia secara terbuka mengungkapkan bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang kelaparan dan membutuhkan makanan bergizi, masih ada warga yang menarik becak di usia 70 tahun, dan masih banyak bangunan sekolah dalam kondisi rusak. Ia menegaskan bahwa bangsa ini belum sepenuhnya bebas dari kemiskinan dan penderitaan, serta bahwa rakyat berhak hidup tanpa rasa takut menghadapi masa depannya.
Kejujuran seperti ini tidak lazim.
Dan justru karena itu, ia bernilai.
Hanya pemimpin yang berani yang mau mengakui persoalan bangsanya sendiri tanpa menutup-nutupi. Prabowo tidak mengukur kemajuan Indonesia dari puncak piramida sosial, melainkan dari lapisan terbawah, tempat mayoritas rakyat hidup dan berjuang. Di situlah ukuran kemajuan yang sesungguhnya.
Sikap ini sekaligus menjadi pesan keras kepada seluruh pembantunya: jangan menghindari realitas, jangan bersikap seperti burung unta yang menyembunyikan kepala saat masalah datang. Tantangan harus dihadapi, dan solusi harus dicari.
Kejujuran dalam Mengakui Jasa Para Pendahulu
Nilai lain yang jarang dimiliki pemimpin adalah kejujuran dan sportivitas dalam mengakui prestasi orang lain, termasuk para pendahulunya.
Prabowo secara terbuka mengakui:
Soekarno sebagai peletak dasar negara dan Pancasila,
Soeharto atas keberhasilannya membangun fondasi pembangunan nasional,
BJ Habibie sebagai pembuka kran demokrasi dan penggerak IPTEK,
Gus Dur sebagai pelopor toleransi dan penegakan HAM,
Megawati yang menstabilkan ekonomi pascakrisis dan membela wong cilik,
Susilo Bambang Yudhoyono, pemimpin demokratis yang membawa Indonesia keluar dari krisis, menyelesaikan konflik Aceh, serta mengangkat posisi Indonesia di dunia internasional,
dan Joko Widodo, yang memimpin Indonesia melewati krisis pandemi Covid-19, memperluas pembangunan infrastruktur, serta memulai pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan.
Bahkan tokoh-tokoh yang dahulu berseberangan dengannya, kini dirangkul ke dalam pemerintahan. Ini bukan sekadar strategi politik, melainkan pilihan kenegarawanan.
Jarang ada pemimpin di negeri ini yang dengan lapang dada mengakui kelebihan pendahulunya. Lebih jarang lagi yang mampu merangkul lawan politik tanpa dendam.
Patriotisme yang Berangkat dari Ketulusan
Dalam konteks inilah, ucapan Gus Dur terasa relevan kembali:
“Kalau orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo.”
Bagi saya, kualitas utama Presiden Prabowo Subianto terletak pada ketulusan niat dan keberanian moralnya. Ia memilih mendahulukan persatuan nasional dan stabilitas bangsa, bukan demi kekuasaan semata, tetapi agar pemerintahan berjalan tanpa guncangan dari dalam.
Itulah ciri seorang patriot sejati yang berpikir melampaui dirinya sendiri, melampaui kelompoknya, dan menempatkan bangsa di atas segalanya.