Pegunungan Purba Berusia 3,6 Miliar Tahun yang Masih Berdiri Kokoh di Bumi

dok. mongabay

Bumi sudah ada jauh sebelum manusia muncul. Banyak fase awal terbentuknya planet ini telah hilang terhapus oleh waktu, erosi, dan perubahan geologi selama miliaran tahun. Namun, ada beberapa tempat yang masih menyimpan bukti dari masa-masa awal tersebut. Salah satunya berada di Afrika Selatan, tempat di mana lapisan batuan kuno masih tersingkap dan menjadi saksi sejarah terbentuknya planet ini.

Di provinsi Mpumalanga, terdapat rangkaian bukit hijau yang disebut Barberton Greenstone Belt, atau juga dikenal sebagai Pegunungan Makhonjwa. Formasi geologi ini menyimpan batuan yang diperkirakan berusia antara 3,6 hingga 3,2 miliar tahun. Inilah salah satu kerak Bumi tertua yang masih dapat dilihat di permukaan hingga sekarang. Melalui lokasi ini, ilmuwan dapat mempelajari proses awal terbentuknya daratan, lautan, dan bahkan kehidupan pertama di Bumi.

Pegunungan ini adalah seperti arsip terbuka bagi sains.

Jejak Bumi Muda

Pada masa awal terbentuknya planet ini, kerak bumi masih panas, tipis, dan tidak stabil. Aktivitas gunung api terjadi hampir tanpa henti, membentuk lapisan batuan vulkanik dan sedimen purba. Lapisan inilah yang kini dapat diamati di Barberton. Batuan dari Onverwacht Group, yang ketebalannya lebih dari 10 kilometer, mencatat sekitar 300 juta tahun proses geologi awal Bumi.

Karena nilainya yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan, UNESCO menetapkan Barberton sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2018. Di sinilah ditemukan sisa karbon dan struktur mikroskopis yang diduga berasal dari mikroorganisme purba petunjuk adanya kehidupan sekitar miliaran tahun yang lalu.

Fakta Geologi Menarik

Penelitian modern menunjukkan bahwa kawasan Barberton terbentuk dari aktivitas gunung api laut dalam dan proses sedimentasi purba yang dimulai sekitar 3,5 miliar tahun lalu. Penelitian oleh Donald R. Lowe dan Gary R. Byerly menemukan deformasi tektonik awal serta bukti tumbukan meteorit besar yang mungkin turut membentuk kerak Bumi muda. Ini menunjukkan bahwa kondisi masa awal Bumi sangat aktif dan penuh perubahan.

Salah satu batuan paling unik yang ditemukan di sini adalah komatiit, sejenis batuan ultramafik yang hanya bisa terbentuk pada suhu sangat tinggi sekitar 1.600°C. Hal ini membuktikan bahwa mantel bumi purba jauh lebih panas dibandingkan saat ini.

Tidak hanya itu, lapisan chert dan endapan karbon yang ditemukan di area tersebut menunjukkan struktur yang menyerupai fosil mikroba, kemungkinan merupakan bukti kehidupan anaerobik yang berkembang lebih dari 3,4 miliar tahun lalu. Lingkungan tempat mikroba tersebut berkembang diperkirakan merupakan laut dangkal dengan kadar oksigen sangat rendah.

Selain itu, ditemukan juga spherule beds, yakni butiran kaca kecil yang diyakini berasal dari tumbukan meteorit raksasa. Temuan ini memperlihatkan bahwa proses geologi Bumi purba tak hanya dipengaruhi dari dalam, tetapi juga dari luar angkasa.

Nilai Penting bagi Sains dan Masa Depan

Pegunungan Makhonjwa bukan sekadar situs alam. Ia menjadi ruang belajar besar untuk memahami bagaimana Bumi terbentuk, bagaimana kerak bumi mengeras, bagaimana lautan muncul, hingga bagaimana kehidupan pertama kali berevolusi. Bahkan, studi di kawasan ini dimanfaatkan sebagai perbandingan dalam penelitian astrobiologi untuk mencari tanda kehidupan di planet lain seperti Mars.

Namun, keberadaan situs geologi purba ini berhadapan dengan ancaman serius. Berdasarkan data UNESCO dan IUCN, lebih dari 40% area geologi penting di Barberton berada di luar area perlindungan resmi. Aktivitas penambangan emas dan penebangan hutan masih menjadi risiko utama yang dapat merusak lapisan batuan yang sangat berharga ini.

Karena itu, berbagai pihak, baik pemerintah Afrika Selatan maupun lembaga internasional terus melakukan upaya konservasi agar bukti sejarah purba Bumi ini tetap terjaga dan bisa dipelajari oleh generasi mendatang.