Tragedi Kebakaran Paling Mematikan di Hong Kong, Dua WNI Dilaporkan Meninggal

Insiden kebakaran besar yang melanda tujuh blok apartemen di Distrik Tai Po, Hong Kong sejak Rabu (26/11), kini disebut sebagai salah satu kebakaran paling tragis dalam sejarah kota tersebut. Hingga Kamis (27/11) pukul 14.00 WIB, otoritas mencatat sedikitnya 55 korban jiwa, termasuk dua warga negara Indonesia (WNI).

Informasi mengenai WNI yang menjadi korban disampaikan oleh Konsul Jenderal RI di Hong Kong, Yul Edison.

“Berdasarkan laporan resmi pemerintah Hong Kong kepada KJRI, dua WNI termasuk dalam daftar korban tewas,” ujar Yul melalui pesan singkat.

Ia menambahkan bahwa KJRI sedang memutakhirkan data sekaligus menelusuri lokasi penampungan warga terdampak untuk memastikan kondisi WNI lainnya.

Sementara itu, Sringatin, koordinator jaringan pekerja migran Indonesia di Hong Kong, menyebutkan ada sekitar tujuh pekerja Indonesia yang masih hilang dan belum diketahui keberadaannya. Menurut data KJRI, hingga Desember 2024 terdapat sekitar 155.000 pekerja migran Indonesia yang tinggal di Hong Kong.

Suasana Haru di Lokasi Kebakaran

Laporan koresponden BBC menggambarkan suasana penuh harapan dan kecemasan di sekitar lokasi tragedi. Banyak keluarga korban terlihat menangis, mencari kabar orang-orang terkasih.

Seorang pria tampak putus asa karena belum menerima informasi mengenai istrinya yang terjebak di apartemen bersama hewan peliharaannya.

Warga lainnya mempertanyakan cepatnya penyebaran api:

“Mengapa asap memenuhi unit hanya dalam 10 menit? Bagaimana ini bisa terjadi tanpa orang punya kesempatan untuk menyelamatkan diri?”

 

Rekor Baru Tragedi Kebakaran di Hong Kong

Jumlah korban tewas dalam insiden ini telah melampaui kebakaran besar Sham Shui Po tahun 1962 yang menewaskan 44 orang, serta tragedi Gedung Garley tahun 1996 yang merenggut 41 nyawa.

Kebakaran paling fatal dalam sejarah kota itu tercatat pada 1948, ketika ledakan bahan berbahaya di sebuah gudang menewaskan 176 orang.

Kesaksian Warga: Alarm Dinonaktifkan, Risiko Sudah Lama Dikhawatirkan

Beberapa penghuni mengaku sudah lama khawatir akan potensi kebakaran. Renovasi yang berlangsung selama lebih dari satu tahun membuat banyak jendela disegel rapat, bahkan alarm kebakaran disebut telah dimatikan karena sering mengganggu aktivitas pekerja konstruksi.

“Ini bukan kecelakaan murni. Banyak pihak tidak menjalankan tanggung jawab,” ungkap Kiko Ma, salah satu pemilik unit.

Polisi Tangkap Tiga Tersangka

Kepolisian Hong Kong menahan tiga pria berusia 52–68 tahun yang diduga bertanggung jawab. Ketiganya berasal dari perusahaan konstruksi yang terlibat dalam proyek renovasi.

Polisi menyatakan menemukan material yang tidak tahan api seperti styrofoam dan jaring pelindung yang justru mempercepat penyebaran api.

Pemerintah Fokus pada Evakuasi dan Penanganan Dampak

Sebagai bentuk respons, pemerintah Hong Kong menghentikan seluruh aktivitas kampanye menjelang pemilu legislatif 7 Desember untuk memprioritaskan penanganan bencana, evakuasi korban, serta penyelidikan penyebab kebakaran.

Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee, menegaskan bahwa penyelamatan korban dan investigasi komprehensif menjadi fokus utama pemerintah.

Sumber berita disadur dari: BBC.
Sumber foto: Getty Images & Reuters.